"Oh, jadi kamu dokter Lukas?"Jessika buru-buru menarik kembali tangan yang masih memegang tangannya, "Mak comblang Sinta dan Dani?"Lukas tidak menyadari perubahan emosi di mata Jessika, dia selalu merasa tepat menjodohkan Sinta dan Dani, sehingga mereka memiliki pernikahan yang bahagia.Jadi Lukas membenarkan jas putihnya dengan sedikit kebanggaan pada nada bicaranya dan menatap Jessika sambil tersenyum, “Benar. Oh, sebenarnya aku juga tidak banyak membantu. Jodoh mereka sudah ditentukan, aku hanya ...."“Ini kamu masih anggap belum banyak membantu?” Jessika memotongnya dan meninggikan suaranya, “Dokter Lukas, kamu benar-benar rendah hati!”Lukas mengerutkan kening dan menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresi Jessika."Dokter Lukas, kamu itu seorang dokter! Sudah kewajibanmu menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan orang yang terluka, 'kan? Kenapa repot-repot berkeliling ke sana sini, jadi mak comblang ...."“Tak usah jadi mak comblang, kamu menjadi orang baik saja sudah lebih dari
"Benar! Usaha keluarga Wijoyo adalah salah satu yang terbaik di industri ini dan perusahaan kita bisa dianggap sebagai adik kecil. Alangkah baiknya kalau adik kecil ini bisa mendapat bagian dari kakak laki-lakinya!"“Mana ada.” Santi memandang mereka sambil tersenyum, “Terima kasih semuanya. Sebenarnya, ayah sudah memberitahuku sebelum datang ke sini, bahwa kerja sama ini sebagai bahan latihanku. Bagaimanapun, aku akan mengambil alih usaha keluarga kelak! Kalau aku melakukan kesalahan, mohon arahan dan bimbingan para senior!”Ruang konferensi itu tiba-tiba menjadi sunyi.Sinta merasakan tatapan aneh dari semua orang mencibir di dalam hatinya. Maksud Santi mengatakan ini adalah untuk memberi tahu semua orang, bahwa mulai sekarang keluarga Wijoyo akan menjadi milik Santi, sedangkan Sinta sebagai anak haram.Meskipun Sinta juga putri dari keluarga Wijoyo, dia tidak dapat memperoleh satu sen pun!Karena hal ini, mungkin kelak Sinta juga akan sulit untuk bersosialisasi di perusahaan. Orang-
Mendengar ini, Pak Samanhudin dari departemen pemasaran segera mengedipkan mata pada bawahannya.Namun, Santi memandang Sinta sambil mencibir, “Saya ingat Bu Sinta paling ahli dalam menghidangkan teh dan menuangkan air. Kalau begitu, silakan buatkan saya secangkir teh!"Mata semua orang kembali tertuju pada Sinta.Tampaknya konflik antara anak kandung dan anak haram ini tidak akan pernah bisa didamaikan.Sinta berdiri, menatap Santi dan berjalan menuju ruang teh tanpa ekspresi.Kelopak mata Devianti bergerak-gerak, dia berkeringat dingin ketika ada desas-desus bahwa Billy dan Agus telah dimobilisasi untuk menggabungkan kedua perusahaan.Dia hendak bangun dan melangkah maju untuk menghentikan Sinta, tapi kemudian dia berpikir, mungkin itu hanya kebetulan saja? Mungkin kedua perusahaan awalnya memang sudah ingin merger, tetapi hal itu kebetulan terjadi saat Sinta tertimpa masalah saja .... Singkatnya, latar belakang Sinta masih sebuah misteri, tetapi latar belakang Santi sudah terpampan
Sinta berjalan maju dengan diam dan dengan lembut menekan lengan Santi.Santi hendak menyerang, tetapi sorotan mata Sinta membuat Santi tidak bergeming.Jarang sekali melihat Sinta terlihat begitu kejam, tetapi kini dia bukan lagi anak kelinci putih yang bisa diintimidasi. Hati Santi bergetar, sudut mulutnya berkedut dan dia tidak berani berkata apa-apa lagi.Mungkinkah Sinta yang selama ini lemah lembut dan pengecut, tertular aura dingin itu setelah lama tinggal bersama orang seperti Dani?"Apa yang ingin kamu lakukan?""Kak," Sinta merendahkan suaranya, mata hitam putihnya menunjukkan sedikit kewibawaannya, "aku mewakili perusahaan sedangkan kamu mewakili ayah dan keluarga Wijoyo! Kamu bertindak tidak masuk akal, apa kamu ingin mempermalukan ayah?"Santi menatap Sinta dengan tatapan kosong dan mengepalkan tinjunya dengan kuat."Kalau secangkir teh tadi dihamburkan ke aku, akan ada banyak obrolan di perusahaan dan orang yang menonton dan mempublikasikan videonya. Keluarga Wijoyo sebag
Dani tersenyum lembut, "Hotel Grand Imperial."Sinta menelan ludah, terpaksa menarik sudut bibirnya.Dani sangat tidak sungkan-sungkan. Setiap kali keluar makan, dia tidak pergi ke mana pun selain Hotel Grand Imperial ....Akan tetapi mengingat Dani baru saja pulih dari cedera seriusnya, anggap saja sebagai penambah nutrisi!Sinta berganti pakaian dan pergi ke hotel bersama Dani.Ada banyak sekali tamu yang keluar masuk Hotel Grand Imperial, tetapi anehnya tidak ada seorang pun yang duduk di meja dekat jendela.Begitu keduanya masuk, pelayan membawa mereka ke tempat duduk dekat jendela dengan sopan.“Suamiku, ini tempat kita duduk yang biasanya kita duduk!" Sinta sedikit terkejut, "Apakah pelayanan di sini begitu penuh perhatian? Kita baru dua kali ke sini, mereka sudah tahu di mana kita selalu duduk?"Dani tersenyum diam-diam, melirik menu dan menyerahkannya pada pelayan, lalu bertukar pandang dengan pelayan itu.Pelayan itu mengenalinya dan mengetahui kalau dia memiliki hubungan deka
Mata Dani berbinar dan dia menatapnya dengan penuh minat.“Usaha sendiri?”"Ya! Jika kamu bisa berinvestasi atau melakukan usaha sampingan setelah bekerja, itu akan menjadi sebuah penghasilan!"Sinta merencanakannya dengan sangat serius, "Bahkan jika kamu membuka toko kecil dan mendirikan kios, itu adalah usaha kamu sendiri. Sebagai bos, kamu memiliki hak mengambil keputusan. Bukankah itu akan lebih bagus!"“Jika kamu benar-benar mempunyai uang untuk diinvestasikan, bisnis apa yang paling ingin kamu lakukan?”Sinta berpikir sejenak, dengan ekspresi wajahnya seperti gadis kecil yang sedang melamun."Haha .... Kalau aku punya banyak uang, aku ingin membeli seluruh pusat perbelanjaan yang dipenuhi pelanggan setiap hari! Hehe, tapi ini jelas tidak mungkin. Lebih realistisnya, aku ingin menghemat uang untuk membuka toko baru. Sebuah kafe kecil dengan jendela besar dari lantai ke langit-langit dan halaman kecil yang penuh dengan bunga iris. Lalu aku duduk di belakang meja sambil menggiling k
Wanita lain berharap suaminya menjadi orang terkaya di dunia, tapi yang satu ini justru berbeda.Sinta berkedip padanya dengan mata besar dan cerah.“Kenapa kita harus menjadi luar biasa? Bukankah lebih baik menjadi orang biasa?”"Bukan." Dani tersenyum ringan, "Maksudku, jika suamimu mampu, tidakkah kamu bisa menjalani kehidupan yang lebih baik?"“Kehidupan yang sekarang sudah sangat baik!” Sinta memegang lengannya dan menyandarkan kepala kecilnya di bahu Dani.Sinta selalu menjadi orang yang mudah puas.Dibandingkan dengan kejayaan dan kekayaan, Sinta lebih memilih kehidupan biasa yaitu tumbuh bersama.“Sebenarnya, aku tidak iri pada orang-orang kaya itu,” Sinta berkata dengan suara rendah, “Mungkin karena aku sendiri tumbuh dalam keluarga yang tidak normal sejak kecil. Aku menyaksikan tragedi ibuku dengan mata kepala sendiri dan aku merasa kalau orang kaya itu tidak baik dan tidak adil ....“"Jadi, aku hanya ingin memiliki seseorang yang menyayangiku, rumah sendiri dan kita bisa mak
Jadi dia terbatuk-batuk dan mengganti topik pembicaraan. "Um ... apa yang baru saja kamu bicarakan? Diana, tadi kamu bilang apa yang terjadi di Jakarta?"Diana memandang kakaknya, "Paman Herman sangat gelisah akhir-akhir ini. Dia membuat masalah dengan ayah di dewan direksi sepanjang hari dan kakek tidak peduli! Paman Herman juga berkata, Kak Daniel selalu hidup di Inggris dan kamu selalu berdiri di posisi kakek luarmu. Kamu sudah lama tidak menganggap dirimu sebagai bagian dari keluarga Hidayat ...."“Ha!” Billy tersenyum menghina, “Bisakah Kakek Brian mempercayai ini?”“Mungkin tidak akan percaya jika mengatakannya sekali atau dua kali,” kata Dani dengan sungguh-sungguh, “Tapi kebohongan diucapkan ribuan kali pun menjadi kebenaran, 'kan?”Beberapa orang terdiam.“Selain paman Herman, Kak Donni juga punya beberapa trik." Diana melanjutkan, "Kak, kamu harus berhati-hati di sini. Kudengar kak Donni berhubungan dengan orang mafia. Dia pasti akan menggunakan metode yang paling ampuh untuk
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem