“Kamu … kamu tidak salah?”Setelah hening beberapa saat, Santi berteriak dengan suara tinggi.“Bagaimana mungkin dia!”“Apakah Anda Nona Sinta Wijoyo?” Pria itu tersenyum, tetapi matanya dingin, “Jika Anda bukan Nona Sinta Wijoyo, mohon mundur ke belakang!”“Kamu ....”“Ini adalah Pangrango Berjaya dan keluarga Hidayat sebagai tuan rumah dalam pesta malam ini.” Pria itu berkata dengan acuh tak acuh, “Siapa yang harus dijemput dan siapa yang tidak usah dijemput, itu adalah tugas saya dan saya tidak perlu diingatkan Anda!”Wajah Santi menjadi pucat karena marah, sudut mulutnya bergerak-gerak dan dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Julia dan Hendra saling pandang dengan bingung dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.Itu Sinta! Anak haram yang kotor dan berabu seperti itu, punya kualifikasi apa menghadiri pesta megah ini!“Nona Wijoyo,” pria itu menghampiri Sinta dan mengangguk dengan hormat, “Silakan ikut saya.”Jantung Sinta berdebar kencang, seolah-olah ada guntur yang menyam
Dani juga tertegun sejenak.Apakah dirinya menunjukkan terlalu jelas .... Bagaimana dia bisa cemburu pada Billy tanpa alasan? Dari masa kanak-kanak hingga dewasa, Billy jelas mengikuti di belakangnya.Dani terbatuk dua kali, mengambil cangkir dan menyesap air, tapi tidak berbicara.Sebaliknya, sepasang tangan kecil itu memeluknya dengan lembut.Kemudian aroma samar dari tubuh wanita imut itu mulai mengalir ke hidungnya dengan gelisah.“Suamiku,” suara Sinta seperti permen gulali dan dia tersenyum datar, “Jika kamu tidak suka mendengar tentang pekerjaanku, aku tidak akan membicarakannya lagi.”Dani menarik sudut mulutnya dengan tenang, merasa sedikit lebih nyaman di hatinya.“Bukan aku tidak suka mendengarnya.” Dani menoleh ke arah Sinta dan berkata perlahan, “Hanya saja kamu telah membicarakan nama Billy sepanjang malam, bisakah kamu ganti topik?”Sinta membuka matanya lebar-lebar, “Ganti apa?”“Misalnya ....” Dani berhenti sejenak, “Bukankah Keluarga Hidayat yang mengatur perjamuan i
Hotel Grand Imperial, Rooftop.Dani setengah bersandar di kursi santai yang besar. Hari ini bukan hari yang baik. Laut di kejauhan tampak tertutup kabut, setebal simpul di hatinya yang tidak bisa diuraikan.“Apakah kamu tidak tertarik pada Tuan Daniel Hidayat?”“Kalau dia tertarik padamu, bukankah kamu bisa mencapai kesuksesan hanya dalam satu langkah?” ... Jari-jari Dani yang memegang piala itu menegang tanpa suara dan buku-buku jarinya memutih.Padahal Dani hanya ingin bercanda dengan Sinta, tetapi dia tidak menyangka wanita imut itu akan bereaksi begitu keras. Dalam beberapa hari terakhir, dia tidak hanya dilarang masuk ke kamar tidur, tetapi Sinta juga “memperlakukannya dengan segan", makanan dimasak seperti biasa dan rumah dibersihkan seperti biasa, tetapi ada jarak dengannya.Suasana ini membuat Dani yang selama ini tenang dan egois, hampir tercekik dan merasa gila.Kalau dia bisa memutar kembali waktu, dia pasti akan mencekik mati dirinya yang tidak bermoral itu!Sebuah heliko
Sinta tiba-tiba terkejut.Sekarang begitu dia mendengar suara Tomi, semua sel di tubuhnya secara otomatis menyesuaikan diri dengan keadaan, bersiap siaga dan matanya menatap pria itu dengan waspada.Tomi mendekat dan tidak bisa menahan senyum lembut ketika dia melihat Sinta seperti ini. Dia mengalihkan pandangannya ke Anna di samping dan berkata, “Kamu bisa pulang kerja. Sinta harus tetap di sini.”Anna tidak punya pilihan selain pergi duluan, dia menatap Sinta dengan gelisah saat dia berjalan.Semua orang tahu jalan pikiran Tomi yang kotor terhadap Sinta.Jika Sinta dibiarkan sendirian seperti ini, tidak akan ada niat buruk apa pun, 'kan?Anna berjalan ke pintu perusahaan dan berhenti.Terakhir kali, saat mereka melakukan perjalanan dinas bersama, menurut praktik perusahaan, setiap karyawan diwajibkan melapor kontak darurat pada perusahaan dan rekan mereka, jika terjadi keadaan darurat. Dia teringat kalau Sinta mengisi kontak darurat suaminya, Dani ... Anna melihat nomor telepon Dani
“Tidakkah menurutmu Billy itu aneh?”“Hei, apa yang aneh!” Tomi tidak setuju, “Bukankah semua pria seperti itu saat bertemu wanita cantik!”“Itulah yang ingin kubilang ... tapi penampilan Billy bukan seperti melihat wanita cantik, melainkan seperti bertemu leluhurnya!”Tomi hampir tertawa terbahak-bahak.Dia menutup mulutnya, melihat sekeliling dengan sepasang matanya yang seperti penyamun dan berkata pada Adam Sutrisno dengan suara rendah, “Pak Sutrisno, aku sudah mengatur segalanya. Kamarnya ada di ....”Hati Sinta bagai tertahan di tenggorokannya dan diam-diam mencondongkan tubuh dan menajamkan telinganya untuk mendengarkan.Hotelnya agak jauh dari sini, letaknya di pinggiran kota, tempatnya sangat sepi.Sinta mengepalkan tangannya dengan keras, gelombang kemarahan mengepul di dadanya.Tomi tersenyum sangat sinis, “Tempat itu sangat terpencil, bahkan jika Sinta berteriak hingga tenggorokannya kering pun sia-sia! Haha, ketika Tuan Billy sudah cukup bersenang-senang, dia pasti akan me
“Nona Wijoyo, jangan gugup,” Billy menjaga jarak darinya, “Aku akan mengantarmu pulang.”Sinta menoleh dan melihat ke luar, ini bukan jalan pulang!Sebenarnya, Billy tahu persekongkolan Pak Sutrisno dan Tomi, begitu mobil meninggalkan hotel, dia harus berpura-pura dan tidak bisa langsung mengantar Sinta pulang, jadi dia mengambil jalan memutar yang jauh.Akan tetapi Sinta tidak tahu!Sinta tampak lebih waspada dan tubuhnya sedikit gemetar.Tali tasnya terlepas dan Sinta memegangnya erat-erat di tangannya.Saat ini yang terlintas di benaknya adalah gambaran-gambaran bela diri wanita yang biasa dia lihat. Dia menenangkan diri dan memikirkannya dengan hati-hati. Ada tiga orang di ruangan yang sempit ini termasuk si pengemudinya. Kecuali supir, dua lainnya adalah pria kuat.Sinta tidak bisa melawan mereka secara langsung.Akan tetapi Sinta duduk tepat di belakang pengemudi.Dia mengerutkan bibirnya, menatap langkah Billy selanjutnya dengan matanya yang besar seperti bintang buas. ... Dan
Sinta membuka kelopak matanya yang berat dan tulang-tulang di tubuhnya sepertinya telah remuk dan rasa sakitnya tak tertahankan.Dia melihat dinding putih di sekelilingnya, bau desinfektan menempel di hidungnya dan tubuh serta wajahnya dibalut kain kasa.Yang lebih parah lagi adalah salah satu kakinya digantung tinggi-tinggi.Dia tertegun sejenak, lalu sebuah tangan besar terulur dan kehangatan di bawah telapak tangan meresap ke dalam hatinya.Dia membalikkan wajahnya dan menatap mata dalam pria itu.Dia menatap pria itu dengan tenang, dengan emosi kompleks muncul di matanya.Khawatir, marah, prihatin, kasihan ... Dia juga menyalahkan diri sendiri.Dia memaksakan senyum, dengan lembut mengusap rambutnya dan berkata dengan suara serak, “Kamu akhirnya bangun.”Sinta bergerak, kepalanya berdengung dan dia tidak merasakan apa pun selain rasa sakit di sekujur tubuhnya.“Apa yang salah denganku?”“Tidak ingat?” Dani memegang tangan kecilnya di telapak tangan dan menggosoknya dengan lembut.
Dani melihat Sinta tampak sedih, dia tersenyum dan mengangkat rambut panjangnya.“Ada apa?”Sinta menghela napas pelan dan tersenyum kecut.“Tidak ada cara yang baik untuk membalas mereka saat ini,” Sinta berbisik, “Aku tidak ingin mengumumkan masalah ini pada publik, lagi pula, itu tidak terlalu terhormat… Orang-orang seperti mereka dapat menjalani hidup mereka seolah-olah tidak ada yang terjadi setelah melakukan kejahatan, tapi aku tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan mereka.”“Aku hanya bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku akan bersabar untuk saat ini. Ketika saatnya tiba, ketika aku sudah cukup kuat untuk bersaing dengan mereka, aku akan menyelesaikan masalah dengan mereka lagi!”Dani memandang Sinta dan tersenyum ringan.Sinta bukanlah wanita yang lemah dan mudah ditindas.Dia tidak hanya tidak lemah, tetapi juga memiliki perbedaan yang jelas antara cinta dan benci, keuletan dan kesabaran, setiap dendam pasti dibalas.Di saat-saat kritis, dia dapat melindung
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem