Daniel tidak tertarik pada latar belakang Nathan. Dia acuh tak acuh dan melemparkan sutil di tangannya dengan suara nyaring ke atas meja. Dia melipat tangannya di depan dada dan berdiri bersandar di dinding, kedua matanya yang gelap mengungkapkan emosi yang ambigu.Darwin terus berkata, "Kabarnya Nathan berasal dari Batam dan keluarganya memiliki hubungan yang kuat dengan militer Selat Malaka. Pencapaiannya tidak bisa dipisahkan dari kerja kerasnya, tapi jika bukan karena punya latar belakang, dia tidak mungkin populer begitu cepat!"Daniel meliriknya secara diam-diam dan berkata, "Latar belakang macam apa ini ...."Darwin bisa mencium aroma kecemburuan dari jauh. "Aku hanya ingin kamu tahu." Darwin menahan senyumnya dan berkata, "Hanya dengan mengetahui diri sendiri dan musuh kita dapat memiliki kesempatan untuk menang! Jika kamu ingin melawan dia, bukankah kamu harus mencari tahu tentang latar belakangnya lebih dulu?""Apa peduliku dia punya latar belakang apa?" Daniel tertawa si
Sinta melihat ke arah datangnya suara.Santi yang memakai gaun panjang tak bertali berwarna emas terlihat berjalan mendekat dari kerumunan orang. Dari mata Yenni yang berdiri tidak jauh dari situ terlihat sorot main-main dan menikmati permainan menarik."Memangnya kenapa dengan Nyonya Hidayat? Dia hanya seorang orang kaya baru! Siapa yang tidak tahu Keluarga Wongso di Jakarta adalah penjual makanan ternak? Hahaha ...."Wajah Yuyun segera berubah ketika dia mendengar kata-kata di sini. Banyak tamu yang mendengarnya menunjukkan ekspresi rumit. Dibanding dengan keluarga besar lainnya, Keluarga Wongso tidak memiliki latar belakang keluarga yang sangat dalam. Namun, Keluarga Wongso kaya dan berkuasa. Selain bisnis pertanian, mereka tidak tanggung-tanggung dalam membeli tanah dan membangun bangunan. Tidak ada orang kelas atas berani meremehkan Keluarga Wongso, apalagi menyebut mereka sebagai orang kaya baru.Sinta melihat ke arah sana dan melihat ekspresi bangga Santi terlihat seperti
Terjadi keributan di sekitar.Namun, semua orang hanya ingin menonton keramaian, dan tidak ada yang akan begitu bodoh untuk menyinggung nyonya besar Keluarga Hidayat demi Santi. Selain itu, ini kesalahan yang disebabkan oleh Santi sendiri."Tampaknya Nona Santi sangat emosional. Kebetulan, segelas anggur dingin ini bisa meredakan amarahmu," kata Yuyun dengan nada dingin dan sorot mata merendahkan.Santi melepaskan jeritan, mengelap wajahnya, sehingga semua riasannya luntur. Dia belum menyerah dan mengambil kue di sebelahnya. Namun, sebelum bisa melemparnya, dia ditahan oleh penjaga keamanan yang tiba tepat waktu.Yuyun perlahan-lahan berjalan ke arahnya, lalu memandangnya dengan ekspresi tajam. "Jika kelak kamu tidak ada kerjaan dan asal berbicara lalu didengar olehku, itu tidak akan sederhana seperti meredakan amarahmu saja! Aku bahkan akan memotong lidahmu!"......Yuyun membawa Sinta ke ruang rias."Wanita ini sudah seharusnya sejak awal aku bereskan!" ujar Yuyun sambil memaka
Yenni membeku sesaat dan membalikkan badannya."Oh, ternyata manajer hotel, ya," ucap Yenni sambil tersenyum aneh. Dia lalu melanjutkan, "Nyonya Yuyun berkata kalau perhiasan yang dipakainya sekarang kurang pas. Dia menyuruhku untuk ke sini dan mengambilkan perhiasannya yang baru. Tapi aku tidak punya kartu kamarnya.""Tidak apa-apa. Saya mempunyai kartu cadangan," ucap manajer itu sambil tersenyum lalu mengeluarkan kartu dan membuka pintu kamar.Sinta mengedipkan matanya pada Inem untuk menyuruhnya bersembunyi di lemari.Walaupun Inem sudah berumur, pergerakan badannya masih lincah. Karena dia kurus dan kecil, dia bisa masuk ke dalam lemari dalam waktu singkat.Seperti yang Sinta perkirakan, sedetik kemudian Yenni memasuki kamar.Saat masuk, Yenni melihat Sinta yang berdiri sendirian di sana, tanpa ada orang lain. Sesuai dengan harapan Yenni."Nona Yenni." Sinta tersenyum lalu berkata, "Apa Nona ingin beristirahat juga?"Yenni menjawab dengan ringan, "Iya.""Tapi ini adalah kamar prib
Namun, Yenni menggenggam tangannya dengan erat. Sinta yang cemas meraih tangannya, berusaha untuk mendorong Yenni.Saat keduanya saling tarik menarik, tiba-tiba tatapan Yenni berubah dingin.Yenni mengetatkan rahangnya, melepaskan genggamannya pada Sinta dan memukul wajahnya sendiri dengan begitu keras.Sinta sangat terkejut, tidak menyangka kalau Yenni akan menyakiti dirinya seperti ini!Pada saat yang sama, wajah Yenni memerah dan bengkak. Dia segera keluar dari kamar dan berteriak dengan lantang."Tolong! Tolong aku!""Sinta mencoba untuk membunuhku!"Yenni keluar sambil membunyikan alarm, yang membuat manajer, pelayan, bahkan petugas keamanan segera datang ke kamar Yuyun.Beberapa saat kemudian, orang-orang yang berada di aula pesta pun mendengar suara alarm dan semuanya berlarian ke asal suara alarm itu.Yenni mengacak-acak rambutnya sendiri dan berdiri di depan pintu kamar dengan memasang wajah yang panik. Yenni segera berlari menghampiri Daniel yang ada di dalam kerumunan sambil
Tatapan semua orang beralih pada Sinta.Daniel melihat Sinta dengan cemas dan diam-diam menyuruh Wilman. "Tenangkan Keluarga Siagian. Negosiasikan masalah ini dengan mereka. Pastikan masalah ini terselesaikan. Setidaknya, jangan sampai mereka membicarakan hal ini kepada Kakek.""Tapi, Tuan Daniel." Wilman berkata dengan suara rendah, "Sudah jelas kalau Yenni yang menjebak Nona Sinta."Daniel menggertakkan giginya dan berkata, "Masalah sudah terjadi. Pertama, cari cara untuk meredakan amarah mereka ... lalu selesaikan masalah ini.""Baik." Wilman menganggukkan kepalanya.Di saat yang sama, suara seorang tetua kembali terdengar. Suaranya penuh dengan hinaan, melihat ke arah Cinta, lalu berkata, "Oh, begitu? Bagaimana caranya Nona Sinta bertanggung jawab?""Aku ingin bertanya pada Paman terlebih dahulu," ucap Sinta dengan tenang, lalu melanjutkan, "Kalau ternyata bukan aku yang memukul Yenni, apa yang akan dilakukan oleh Keluarga Siagian untuk menebusku?""Kenyataan sudah di depan mata. K
Chandra sekarang merasa dirinya sebagai seekor tikus yang berada di dalam jebakan. Melangkah maju salah, melangkah mundur pun salah.Sinta melihat ke arah pintu lemari yang terbuka sedikit. Inem masih berada di dalamnya.Dia tersenyum dalam diam.Awalnya, Sinta berencana untuk membuat Inem keluar dari tempat persembunyiannya dan mengatakan kejadian yang sesungguhnya. Akan tetapi, sepertinya sekarang dia tidak membutuhkan kesaksian Inem.Sinta menekan nomor 110. Saat akan menekan tombol panggilan, dia mendengar Chandra yang berteriak, "Tunggu sebentar!"Seketika suasana di sekitar mereka berubah hening."Sepertinya ... masalah ini tidak perlu memanggil pak polisi. Toh, masalah ini berkaitan dengan martabat Keluarga Hidayat.""Perkataan Paman sepertinya salah." Tatapan Daniel makin dingin, dia lalu berkata, "Justru karena masalah ini berkaitan dengan martabat kedua keluarga, kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini begitu saja!""Betul," ucap Sinta sambil tersenyum, lalu melanjutkan, "B
"Bi Inem ...." Sinta sangat tersentuh dengan perkataan Inem. Dia lalu memegang tangan Inem dengan erat.Inem mengalihkan perhatiannya pada Sinta dan tersenyum.Dia adalah seorang wanita tua dan tidak mempunyai apa pun. Inem jelas tidak merasa takut pada apa pun.Walaupun di depannya adalah keluarga berkuasa seperti Keluarga Siagian, Inem tetap tidak takut dan bertekad untuk membantu Sinta sampai akhir.Kalau bukan karena Sinta dan Daniel, bagaimana bisa dia hidup dengan nyaman seperti sekarang?Ketika manusia hidup di dunia ini, mereka harus membalas kebaikan dengan kebaikan."Heh. Lelucon macam apa itu!" ucap Astri dengan marah. Dia belum pernah merasa semarah ini sebelumnya.Dia tidak percaya kalau Inem, yang statusnya hanyalah seorang pelayan dari Keluarga Hidayat, berani mempertanyakan mereka! Apa Inem tidak tahu, kalau status Keluarga Siagian sama dengan status Keluarga Hidayat?"Orang yang dipukul adalah Yenni. Sudah jelas kalau Keluarga Siagian yang malu! Kalian masih ingin memf
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem