Sinta dan Daniel sudah resmi tinggal di Taman Imperial.Meskipun Billy sudah mengatur semuanya, Sinta tetap merasa bahwa lebih baik dia mendesain sendiri rumahnya.Jadi, karena sedang dalam tahap serah terima tugas di perusahaan surat kabarnya, Sinta masih punya beberapa hari sebelum bekerja di Asea Media. Wanita itu pun mendatangi jalan besar dan gang kecil di kota Jakarta serta memborong banyak barang.Dia menggunakan kartu Daniel untuk melakukan pembayaran.Ketika sedang rapat, ponsel Daniel terus saja bergetar. Pesan yang menunjukkan detail transaksi terus-menerus bermunculan.Daniel menunduk dan matanya menunjukkan tatapan penuh kasih sayang.Wanita ini benar-benar bisa membelanjakan uang. Kenapa dulu dia tidak tahu bahwa Sinta punya nafsu belanja yang kuat?Dalam belanja kali ini, uang jajannya bulan ini sudah habis. Bahkan, kondisinya sudah seperti Darwin yang bahkan tidak sanggup lagi membeli sebungkus rokok.Hati Daniel pun bergejolak.Rapat kali ini, manajer secara tidak seng
Daniel menunduk.Tinggi badan Sinta termasuk sudah mencukupi standar di antara para wanita. Hanya saja di hadapan Daniel, meskipun Sinta sudah berjinjit, dia hanya bisa mencapai pundak pria itu. Daniel lantas mengusap kepalanya. Matanya menunjukkan warna yang hanya bisa terlihat ketika melihat Sinta."Kalau aku tidak datang, bulan ini aku tidak punya uang jajan lagi," ucap Daniel sambil tersenyum lirih."Mana mungkin? Aku sudah menyisakannya untukmu!""Benarkah?""Benar! Aku sudah menghitungnya. Di perusahaan ada orang yang sudah menyiapkan makananmu. Jadi aku tidak perlu memberimu uang jajan. Bajumu aku yang belikan juga. Sekarang kita tinggal di Taman Imperial. Kamu tidak perlu bayar uang sewa lagi. Kehidupan kita jauh lebih baik dibandingkan ketika tinggal di kota Semarang.""Kita hanya perlu membayar sedikit untuk makanan, transportasi dan tempat tinggal." Sinta lantas menggerakkan jari-jemarinya sambil berhitung dan berkata, "Sekarang, mobil yang kamu kendarai itu memiliki mesin y
"Tanda tangani kontrak dengan Nathan. Kamu tidak mungkin lupa!"Darwin agak terbawa perasaan. Dia sudah mengorbankan harga dirinya dengan menggunakan 300 batang lipstik demi mendapatkannya."Tenang saja! Aku tidak lupa," ucap Daniel sambil tersenyum ringan."Tapi, kudengar Asea Media juga ingin merebut Nathan. Perusahaan itu bahkan sudah diam-diam menghubunginya beberapa kali."Daniel kaget sekali. Bukankah perusahaan itu adalah perusahaan milik Nella?Rupanya sang ibu juga tertarik pada Nathan.Kalau kedua belah pihak sampai berkompetisi, dia tidak enak hati menyinggung pihak mana pun."Mungkin ini hanya rumor." Daniel melanjutkan dengan tenang, "Aku akan membantumu mencari tahu.""Ya! Terima kasih." Darwin pun tersenyum. Tiga ratus batang lipstik itu tidak boleh disia-siakan....Daniel sudah kembali ke Taman Imperial. Begitu masuk ke kamar tidur, dia menemukan Sinta sedang memasang seprai.Wanita mungil itu berlutut di atas ranjang dan merapikan seprainya. Dia bergerak-gerak seperti
Daniel tertegun dan segera berbalik melihatnya.Rambut wanita itu agak berantakan. Gayanya ketika baru bangun terlihat lucu dan menggemaskan.Kalau bukan karena di Hidayat Grup ada banyak pekerjaan yang harus dia bereskan, Daniel masih berpikir untuk ...."Apa kamu yakin kamu ingin mengantarkan makanan untukku?"Sinta tidak tahu ada maksud lain di dalam perkataannya. Wanita itu pun mengangguk dengan serius.Bibir pria itu lantas menukik dan memperlihatkan senyuman tipis penuh arti."Baiklah!" Dia lantas menambahkan dengan lirih, "Siang ini, aku akan menunggumu."Saat siang tiba, Daniel tidak tahu mau makan siang dulu atau melahap wanita ini.Setelah Daniel berangkat, Sinta terus sibuk di dapur.Bibi Inem sudah bersih-bersih. Dia tiba-tiba tertarik pada aroma yang sangat menggugah selera. Wanita itu pun bergegas pergi untuk memeriksanya. Ternyata, Sinta sudah selesai memasak lauk dan sop. Dia juga sedang memasukkannya ke dalam kotak penghangat."Nona Sinta, apa yang kamu buat?" Bibi Ine
Sinta mengangguk dan segera berjalan keluar.Daniel sudah memberikan kartu akses khusus untuk Sinta. Dengan demikian, Sinta tidak perlu membuat janji di resepsionis dan dia juga bisa pergi ke setiap tempat di dalam gedung kantor Daniel.Sinta menggunakan kartu tersebut dan segera mengakses elevator khusus menuju ke lantai tertinggi.Ketika dia hendak masuk ke kantor Daniel, Sinta tiba-tiba mendengar ada sedikit suara di dalam kantor tersebut."Kira-kira isinya seperti itu. Lalu masih ada beberapa laporan. Kamu lihat saja dulu!"Sinta tertegun.Suara ini terdengar sangat tidak asing. Suara ini seperti suara milik Nona Yenni yang sangat angkuh itu.Jadi, Yenni bekerja di kantor Daniel?Pantas saja ketika Sinta mengirimkan pesan di perjalanan, Daniel sama sekali tidak menggubrisnya."Daniel, minggu ini ada acara tanda tangan dengan tamu negara Perancis. Aku sudah membantumu mempersiapkannya," ucap Yenni dengan manja.Lalu Daniel sama sekali tidak merespons."Aku melakukan semua ini untukm
Kali ini Yenni benar-benar terkejut."Ada apa?" Daniel menatapnya dengan dingin dan menambahkan, "Bukankah tadi kamu mengatakan ingin memperlihatkan hatimu untukku?""Daniel ...." Yenni berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum."Apa kamu ingin aku membantumu melakukannya?""Bukan!""Maksudku adalah, aku bersedia menyerahkan segalanya." Yenni merasa tidak nyaman dan melanjutkan, "Maksud perkataan membelah dadaku hanyalah sebuah metafora ...."Yenni tidak tahu harus mengatakan apa, lalu melanjutkan, "Daniel, apa kamu bahkan tidak tahu perumpamaan ini?"Daniel tersenyum ringan dan membalas, "Kalau begitu maaf, aku adalah tipe orang yang memiliki cara pikir yang lebih sederhana dan memahami perkataan secara harafiah. Perkataanmu barusan membuatku berpikir bahwa kau benar-benar ingin membelah dadamu untuk menunjukkan hatimu.""Eh! Kamu bercanda, ya?" tanya Yenni."Aku tidak pernah bercanda dengan orang yang tidak dekat."Sorot mata Daniel terlihat sangat dingin. Sekujur tubuhnya juga memancar
Sinta menengadah dan merasa kesulitan ketika berkata, "Sepertinya minggu depan tidak bisa. Besok aku sudah mulai bekerja di Asea Media.""Secepat itu?""Benar!" balas Sinta sambil tersenyum.Setelah urusannya di perusahaan surat kabar sudah selesai, Nella menghubunginya sampai tiga kali sekali dan membujuknya segera datang bekerja.Meskipun Sinta ingin beristirahat beberapa hari lagi, pekerjaan tetaplah lebih penting. Bagaimanapun juga, dia ingin menjadi wanita sukses seperti Bibi Nella."Hal ini bukan masalah. Aku akan memberi tahu Ibu supaya dia memberimu izin satu hari," ucap Daniel setelah memikirkannya.Sinta lantas mengerutkan dahinya dan berkata, "Kalau seperti itu tidak terlalu baik!""Tidak ada yang baik ataupun tidak baik." Daniel tersenyum samar dan mengusap kepala wanita itu. Selanjutnya dia pun berbisik mengatakan, "Jamuan ini sangat penting. Kamu harus datang."Sinta sepertinya tidak memahami maksud kata "Sangat penting".Dia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya adalah bo
"Hari ini ada kegiatan apa saja?""Jam 13.00 nanti ada janji temu dengan dua orang idola. Jam 14.30 ada rapat internal. Lalu dari jam 15.10-17.00 akan ada pertemuan penting dengan beberapa media untuk membicarakan kesepakatan kerja sama.""Selanjutnya di jam 19.00 ada janji makan malam dengan manajer artis. Restoran yang dipesan adalah restoran melayang di atap hotel."Sinta menjabarkannya dengan jelas. Meskipun baru bekerja beberapa hari, wanita ini sangat teliti dan penuh pertimbangan. Dia juga bisa bersikap tenang ketika dihadapkan dengan masalah dan menyelesaikannya dengan kepala dingin. Sinta bukan hanya bisa membereskan semuanya dengan rapi. Tulisannya juga sangat cantik. Selain itu, kemampuannya dalam bekerja juga sudah diakui.Nella lantas tersenyum puas. Dia makin merasa bahwa orang pilihannya ini memang sudah tepat.Daniel pun melihat Sinta dan merasa kasihan padanya.Pagi-pagi sekali wanita ini sudah datang bekerja. Dia bahkan sering tidak sempat sarapan.Lalu demi menyelesa
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem