Jadi kalau begitu seharusnya di kamar tidur masih ada satu orang lagi.Dia berjalan mendekat diam-diam dan dengan lembut membuka pintu kamar tidur. Ternyata memang ada Jessika dan Sinta sedang tidur di dalam.Daniel tertawa terbahak-bahak. Sepertinya wanita ini takut hidup sendirian dan memanggil sahabat baiknya untuk menemaninya. Akan tetapi Darwin mengkhawatirkan Jessika dan pasti mengikutinya tanpa malu-malu.Dia dengan lembut meletakkan barang bawaannya dan berjalan dengan hati-hati ke Sinta.Tempat tidur mereka sangat besar, Sinta tidur dengan punggung menghadap Jessika, ada jarak yang besar di antara mereka. Sinta memegang bantal di pelukannya, yang biasa digunakan Daniel.Alisnya bergerak, sudut bibirnya terangkat, dia menutupinya dengan selimut dengan lembut.Pada saat ini, Jessika di sebelahnya berbalik dan mengusap matanya yang mengantuk.Dengan cahaya redup, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada seseorang yang berd
Wajah Sinta langsung pucat, dia segera mengangkat kaus Daniel dan memeriksa luka suaminya.Memang ada bekas yang jelas di punggung bagian bawah.“Semuanya merah!” Sinta menggosok punggung Daniel dengan sedih dan berbalik untuk melihat Jessika.“Kak Jessika, lihatlah! Daniel ditendang Darwin jadi seperti ini!”Darwin tidak pernah menyangka kalau Jessika tersayang, yang baru saja menunjukkan kasih sayang padanya, akan melototinya, seakan-akan Jessika berubah menjadi orang yang berbeda dalam sekejap mata."Iya, kenapa kamu begitu kasar sih!""Jessika, kamu tidak membelaku ...." kata Darwin dengan wajah polos, “Membela kamu, apaan sih?” Jessika merangkul bahu Sinta, “Sinta-ku jadi tidak senang! Ayo, ayok kamu harus pergi membeli obat untuk Dani!”Mata Darwin membelalak.Sinta-ku?Tadi ‘kan masih bilang Darwin-ku!Apakah ini berarti sahabatnya lebih penting daripada prianya?!Jadi cinta bisa menghilang, begitu, ‘kah?Darwin berdiri di sana dengan pandangan kosong, tiba-tiba mengarahkan pan
Seperti yang Sinta duga, Hendra tidak menandatangani sertifikat pengembalian saham, tetapi malah mengesampingkannya.Lalu dia menatap Sinta dengan tatapan mata yang sangat rumit.Sinta tidak memiliki keyakinan yang jelas, dia benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan atau dilakukan Hendra selanjutnya.Suasana pun menjadi sangat canggung. Setelah keheningan yang cukup lama, akhirnya Hendra mengangkat kepalanya dan bertanya pada Sinta dengan suara yang sedikit serak, "Kamu begitu ingin cepat-cepat memutuskan hubungan kekerabatan denganku?"Sinta mengerucutkan bibirnya dan tetap diam.“Ibumu sudah keluar rumah sakit?” Mata Hendra tajam, “Apa dia yang memberitahumu hal ini?”"Bukan." Sinta berkata dengan suara rendah, "Aku mengetahuinya secara kebetulan, ternyata kita tidak memiliki hubungan darah.""Jadi aku datang ke sini hari ini, hanya untuk mengembalikan ini padamu ...."Telapak tangan Sinta berkeringat, dia diam-diam memerhatikan ekspresi Hendra.Hendra duduk tegak dan bertanya,
Suara pintu dibanting itu begitu keras, membuat Sinta terkejut, secara tak sadar Sinta mengangkat kepalanya dan melihat sekilas sorotan mata dingin Hendra dan senyuman tipis di bibirnya.Setelah meninggalkan kantor, sebelum sempat keluar dari gedung kantor itu, Sinta ditarik Santi dari belakang."Berhenti!"Saat berbalik badan, Santi hendak menampar Sinta!Namun, Sinta sudah mewaspada Santi, dengan gesit Sinta menghindarinya, berhasil mengelak gamparan Santi. Saat Santi ingin melancarkan tamparan kedua, Sinta langsung menahan pergelangan tangan Santi dengan keras!Mata Santi begitu tajam, tetapi Sinta tidak menyerah sama sekali dan menghempaskan tangan Santi.Dokumen pengembalian saham itu pun jatuh ke lantai dan berserakan ke mana-mana dan kolom kosong tanpa tanda tangan Hendra itu terlihat begitu ironis.Santi berteriak histeris seperti orang yang telah kehilangan akal sehatnya.Saat itu pula perasaan Sinta terasa sedikit rumit.Memikirkan dari sudut pandang lain, kalau saja dia deng
"Sudahlah, jangan merusuh!"Sinta menolak dengan lembut dan tangan kecil Sinta menarik Daniel dengan lembut.Daniel tersenyum, mencium leher Sinta dalam-dalam dan berusaha meredamkan gejolak yang tiba-tiba datang itu.Dia tahu kalau Sinta adalah wanita yang konservatif, tidak terbiasa melakukan hal ini di luar kamar tidur.Sepertinya kelak aku harus melatih Sinta baik-baik ....“Suamiku, kenapa kamu melamun?”Daniel kembali tersadar dari lamunannya, menjilat bibirnya yang kering dan tersenyum ringan pada Sinta."Apakah kamu merasa lebih baik sekarang?""Um!""Sayang, masalah saham itu bagaimana kamu akan menyikapinya?" tanya Daniel dengan suara rendah, Dia menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa pada Daniel.“Sedikit saham ini tidak seberapa nilainya,” Daniel membelai rambut Sinta, “Jika kamu menginginkannya, kamu dapat mengambilnya. Jika kamu tidak menginginkannya, ya jangan diambil. Tidak perlu merasa dilema.”“Sedikit saham?” Sinta tiba-tiba tertawa, “Kamu mengatakannya se
“Ditambah tabungan sebelumnya dan keuntungan dari reksadana ….” Mata dan alis wanita kecil itu menunjukkan kegembiraan, “Suamiku, coba tebak berapa banyak uang yang kita miliki sekarang!”Daniel terkekeh dan menggelengkan kepalanya.Sinta membisikkan jumlah nilai dan kemudian dia dengan sangat gembira hingga membuka mulutnya lebar-lebar.“Suamiku, akhirnya aku bisa membelikanmu mobil!”“Apa?” Daniel berhenti makan dan menatapnya dengan heran.“Beli mobil!” Sinta mengulangi, “Bukankah aku sudah mengatakan kalau aku akan membelikanmu skuter? Hanya saja saat itu uang di tabungan belum cukup.”Daniel merasakan kehangatan di hatinya.Tampaknya ketika masih di perusahaan sebelumnya itu, Sinta dipromosikan menjadi supervisor penjualan dan gajinya naik berlipat ganda.Kemudian Sinta berkata kalau kelak akan membeli rumah besar dengan cicilan dan juga membelikan mobil sehingga Daniel bisa mengendarainya dengan nyaman.Sepertinya Sinta menghabiskan uang untuk Daniel, tidak pernah merasa sayang u
Itu adalah mobil sedan yang sangat biasa, dengan kapasitas cc yang kecil, irit bahan bakar, ruang interior mobil tidak terlalu luas dan harganya tidak lebih dari dua ratus juta.Bahkan para pelayan keluarga Hidayat pun tidak mengendarai mobil jenis ini.Akan tetapi Daniel sangat menyukainya.Karena mata Sinta berbinar ketika melihat mobil itu, Daniel senang melihat cahaya mata Sinta.“Suamiku, bagaimana menurutmu?" Sinta memegang lengan Daniel erat-erat.Daniel tersenyum dan berkata, "Asalkan kamu menyukainya."“Aku cukup menyukainya, tapi aku membelikannya untukmu, jadi tentu saja kamu harus menyukainya!”Sinta mengetahui kalau pria memiliki keterikatan khusus pada mobil. Mobil itu diibaratkan sebagai istri mereka yang lain.Jadi harus memilih yang dia sukai."Setelah Kak Jessika dan aku melihat begitu banyak mobil, kami merasa kalau mobil ini sangat cocok dalam segala aspek! Suamiku, Kenapa kamu tidak mencoba untuk test drive?"“Tidak perlu.” Daniel menatap mata Sinta, “Pilih yang in
“Yah, aku tidak mau datang, Billy-lah yang ingin datang!”Agus membela diri dengan cepat.Daniel menatap Billy dengan sedih."Bukan begitu, Kak Daniel, aku...""Bukan hanya ingin ikut, dia juga bilang ingin menumpang mobil baru Kak Daniel!"“Agus!” Billy cukup bawel, tetapi tidak bisa menang kalau beradu mulut dengan agus.Daniel berkata dengan dingin, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak sembarangan berkeliaran di sini, bagaimana kalau Sinta melihatmu!""Aku ...."Billy hendak menangis, tetapi Agus menekan sudut mulutnya dan mencibir.“Lupakan saja, Kak Daniel, sejak kecil dia memang tidak terlalu pintar, jangan perhitungan dengannya!”Billy, "..."“Oh ya, mobil barumu sangat cantik!” Agus tersenyum seperti rubah licik, “Ini pilihan Sinta, ‘kan?”Baru pada saat ini Daniel menunjukkan seulas senyumannya.Agus berkata, "Sinta memiliki selera yang sangat bagus. Kak Daniel, mobil-mobil yang dulu kamu miliki tidak terlalu praktis. Performa, gaya dan terutama warna mobil ini sangat
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem