“Yah, aku tidak mau datang, Billy-lah yang ingin datang!”Agus membela diri dengan cepat.Daniel menatap Billy dengan sedih."Bukan begitu, Kak Daniel, aku...""Bukan hanya ingin ikut, dia juga bilang ingin menumpang mobil baru Kak Daniel!"“Agus!” Billy cukup bawel, tetapi tidak bisa menang kalau beradu mulut dengan agus.Daniel berkata dengan dingin, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak sembarangan berkeliaran di sini, bagaimana kalau Sinta melihatmu!""Aku ...."Billy hendak menangis, tetapi Agus menekan sudut mulutnya dan mencibir.“Lupakan saja, Kak Daniel, sejak kecil dia memang tidak terlalu pintar, jangan perhitungan dengannya!”Billy, "..."“Oh ya, mobil barumu sangat cantik!” Agus tersenyum seperti rubah licik, “Ini pilihan Sinta, ‘kan?”Baru pada saat ini Daniel menunjukkan seulas senyumannya.Agus berkata, "Sinta memiliki selera yang sangat bagus. Kak Daniel, mobil-mobil yang dulu kamu miliki tidak terlalu praktis. Performa, gaya dan terutama warna mobil ini sangat
"Tapi ...."Kalimat itu hendak diucapkan, tetapi Diana tidak bisa mengatakannya, jadi dia menelan ludahnya dengan susah payah.Kecuali kakakku yang menjelaskannya secara pribadi, tidak ada orang lain yang bisa ikut campur dalam hal semacam ini."Sudahlah," Sinta tersenyum dan mencubit hidung kecil Diana, "Kenapa kamu begitu aneh hari ini? Apakah karena kamu belum makan biskuitnya?"Diana dengan enggan menyungingkan sudut mulutnya dan mengeluarkan biskuit itu bersama Sinta.Lonceng angin di pintu berbunyi dan para tamu berdatangan satu demi satu.Sinta memulai kesibukan sehari-harinya lagi. Hari ini sama seperti hari-hari biasanya, Matahari memenuhi halaman dan aroma kopi memenuhi seluruh ruangan. Para tamu mengobrol dan berfoto di sini dan tidak lupa memberikan ulasan yang baik sebelum pergi.Meski sudah mendekati awal musim gugur, bunga iris masih bermekaran dengan indah.Hati Sinta dipenuhi dengan kebahagiaan dan Diana melihat Sinta dengan senyuman yang puas dan berharap dia bisa tet
Daniel mengerutkan kening, merasa canggung sejenak.Diana tidak akrab dengan urusan duniawi dan telah menjadi gadis yang baik sejak kecil.Namun, gadis seperti dia itulah yang semakin mudah bertemu dengan orang yang tidak baik.Dia menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit sakit kepala dan terdiam beberapa saat sebelum mengemudi kembali....Di luar klub pribadi Jakarta, Fajar Suseno telah menunggu selama tujuh hari berturut-turut.Dia datang setiap hari, memohon untuk bertemu Herman, berdiri di sana dari jam tujuh pagi sampai jam delapan malam, meskipun dia telah berbicara panjang lebar, pengawal di luar tetap tanpa ekspresi.Herman merasa kesal walau hanya mendengar nama Fajar, apalagi melihatnya.Tepat ketika Fajar hampir putus asa, pengurus rumah tangga keluar dan mengatakan, "Pak Suseno, Tuan Donni mempersilakan anda masuk."Mata Fajar berbinar, dia segera berlari ke dalam dengan minyak di kakinya.Ada sangkar besi besar berdiri di ruang terbuka di halaman belakang klub sebelum Fa
Donni tertegun lama, lalu tiba-tiba mengambil mangkuk teh di atas meja dan membantingnya hingga hancur berkeping-keping!“Tuan .… Tuan, jangan marah!” Fajar menarik napas dan dengan hati-hati menatap wajah Donni, “Tuan, jika kamu bisa mempercayaiku, beri aku waktu beberapa hari dan aku akan menyelidiki semuanya!”Mata Donni bersinar dengan cahaya yang menyeramkan dan ganas, dia tersenyum lembut padanya.“Jadi, kamu bersedia berpihak pada kami lagi?”"Aku telah menerima kebaikan Tuan Herman, sudah sepantasnya aku membalasnya!"“Berhentilah berbicara hal yang terdengar muluk-muluk!” Donni adalah orang yang keji, tentu saja dia tahu apa yang dipikirkan orang-orang keji. “Itu karena Billy tidak dapat diandalkan dan kamu membutuhkan uang, jadi kamu menjual informasi ini padaku!”"Kalau Billy bersedia mengisi kantongmu enam ratus miliar, kamu pasti sudah menelan semua informasi ini, ‘kan?"Keringat dingin di kepala Fajar menjadi semakin deras."Tapi ini kabar baik ... setidaknya Daniel sial
Sinta tercengang.Pria ini sepertinya agak cengeng akhir-akhir ini, dia selalu merasa bahagia.Sinta tersenyum, dengan lembut menutup mulut Daniel dengan tangan kecil Sinta.“Kebahagiaan semacam ini cukup kamu ketahui sendiri saja,” Sinta berkata, “Jangan mengatakannya keras-keras, kalau tidak, tidak akan berhasil!”“Sayang, saat aku kembali nanti, aku ingin memberitahumu sesuatu.”Sinta melihat tatapan serius Daniel dan bertanya, "Masalah apa?"“Iya ... ceritanya panjang," kata Daniel dengan sungguh-sungguh, "Setahun sejak kita menikah, kamu masih belum mendengar situasi keluargaku. Sebenarnya, masih ada orang di keluargaku, tapi kami jarang berkomunikasi satu sama lain."Sinta sedikit bingung. Apa yang dia ketahui saat menikah adalah keluarga Setyawangsa telah bangkrut, kedua orang tua Dani telah meninggal. Dia adalah seorang preman yang hanya tahu berkelahi dan seringkali menimbulkan masalah.Namun tidak menyangka kalau masih ada orang di keluarga Setyawangsa.Akan tetapi setelah di
Sinta tercengang.Dia tidak mengenal siapa pun di Jakarta, ada apa sih dengan undangan ini?“Nona Sinta?” Mbok Wati di seberang telepon mendesaknya, “Kapan Anda akan datang untuk mengambilnya?”"Oh, kalau begitu besok deh ...."Sebelum Sinta selesai berbicara, di ujung telepon terdengar Mbok Wati mengiakan dengan tergesa-gesa, kemudian suara dominan Santi terdengar.“Aku sudah memanggilmu beberapa kali, apakah kamu tuli? Jika kamu tidak bisa bekerja di sini, balik ke kampungmu saja!”Mbok Wati menutup telepon dengan panik, Sinta mendengarkan suara panggilan terputus dan menggelengkan kepalanya tanpa berdaya.“Dengan siapa kamu baru saja berbicara?” Santi menyilangkan tangan di depan dada dan menatap Mbok Wati dengan hati-hati.Mbok Wati biasanya memang sudah takut pada Santi, tetapi ketika Santi menanyakan pertanyaan ini, Mbok Wati tersendat dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Santi menunduk dan melihat surat di tangan Mbok Wati."Apa ini?"Wajah Mbok Wati membeku, dia ingin m
Egh, penelepon terus memanggil "Nona Wijoyo", tetapi hanya ada satu Nona Wijoyo di keluarga ini, yakni Santi Wijoyo!Bagaimanapun, mereka semua adalah tuan muda keluarga Hidayat, tidak peduli apakah mereka itu Tuan Donni atau Tuan Daniel. Asalkan bisa menikah dan masuk ke keluarga Hidayat, maka akan mengangkat harkat dan martabatnya di seluruh Semarang dan bahkan di Jakarta!Memikirkan hal ini, ekspresi jahat dan bangga muncul di wajah Santi."Mbok Wati!""Nona ...." Mbok Wati berlari dengan tergesa-gesa. Awalnya, jantungnya berdebar kencang, tetapi ketika dia mengangkat kepala dan melihat, dia pun menyadari kalau Santi sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik."Nona, ada perintah apa?"“Telepon kembali ke telepon tado.” Santi mengangkat dagunya, “Beri tahu orang-orang di sana kalau desainer bisa datang mengukur badanku kapan saja!”“Juga, telepon Sinta lagi!” Dia tersenyum dingin."Saat desainer itu mengukurku, aku ingin anak jalang itu melihatku dijemput keluarga Hidayat!"...
Santi tiba-tiba berhenti dan berbalik untuk melototi Sinta.“Entah kamu percaya atau tidak, aku sama sekali tidak mengenal Donni Hidayat ini,” Sinta berkata dengan tenang, “Tidak peduli siapa dia, kekuasaan apa yang dia miliki, ini tidak ada hubungannya denganku.”“Aku sudah punya suami dan aku juga sangat mencintainya. Tujuan hidupku bukanlah menikah dengan keluarga kaya!”Santi mengerutkan kening, meragukan keaslian kata-kata Sinta.Apakah ada orang di dunia ini yang tidak menyukai kemuliaan dan kekayaan? Apakah ada orang yang tidak ingin menikah dengan baik?Namun, melihat tatapan tenang dan tegas Sinta, dia tiba-tiba merasa sedikit malu.“Ha, bagus sekali ucapanmu!” Santi berkata dengan kasar, “Kamu tidak bisa menikmati anggur, jadi kamu mencetus anggurnya asam!”Sinta tertawa.Baru saja Santi mengejeknya dengan mengatakan kalau sia-sia menceritakan pada Sinta, karena Sinta bahkan tidak mengetahui nama-nama merek besar di dunia.Namun saat ini dia juga merasakan hal yang sama, sia-
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem