“Dia mengalami luka tusukan di bagian perut, tusukan itu hampir menusuk livernya. Lukanya cukup dalam, tapi sudah dijahit.”Hati Sinta bergetar saat mendengar ini, tanpa sadar dia memegang erat tangan Daniel.“Jangan khawatir.” Lukas tersenyum lelah, “Ini tidak mengancam jiwanya. Tapi sekarang kita harus mengirimnya ke bangsal untuk observasi ... sebaiknya ada orang yang menjaganya. Jika ada kejadian darurat tiba-tiba, aku bisa mengatur penyelamatan tepat waktu.”“Maaf merepotkanmu,” Daniel menepuk pundak Lukas.Sebenarnya, dia merasa tidak enak hati, karena mengirim Darwin ke klinik Lukas.Akan tetapi mereka tidak ada pilihan lain saat ini.Mengirimnya ke rumah sakit biasa, sama saja dengan mengungkap identitas Darwin. Sedangkan mendatangi dokter klinik swasta lain, keterampilan medis mereka tidak lebih baik dibanding Lukas.Perawat mendorong Darwin ke bangsal.Pria yang biasanya selalu terlihat memimpin para gangster dan mendominasi ini kini terlihat pucat pasi, dengan perban yang me
“Kamu kenapa sih?” Daniel tampak kebingungan melihat ekspresi kesakitan Darwin.‘Aku dengan rendah hati membantumu menyeka wajahmu, kenapa masih menampilkan wajah jelekmu itu sih!’“Tidak apa-apa,” Darwin dengan enggan menarik sudut mulutnya.“Lukanya cukup dalam,” Daniel memandang Darwin dan berkata, “Kamu harus beristirahat dengan baik untuk sementara waktu. Berhati-hatilah, jangan sembarangan bergerak. Jika lukamu terbuka, kamu pasti akan merana.”"Tempat apa ini?"“Rumah sakitnya Lukas.”“Apa?” Darwin hampir terduduk karena syok. Dia tidak sengaja menarik luka di tubuhnya dan meringis kesakitan.Daniel menatap Darwin dengan wajah tegas."Aku tidak bisa mengirimmu ke tempat lain. Lukas adalah orang yang tahu segalanya." Daniel berkata dengan suara rendah, "Dia menyelamatkan hidupmu, kamu harus berterima kasih padanya!"Darwin mencibir ringan, dengan senyuman di bibirnya."Jika tidak salah ingat ...." Dia memandang Daniel dengan penuh arti, "Dialah yang menyelamatkan nyawa Tuan Hiday
“Darwin!”Mata Daniel tampak menyeramkan, seluruh tubuhnya memancarkan karisma dan kewibawaan yang luar biasa.“Apakah kamu cari mati?”"He, sepertinya kamu takut sekali?"Daniel tiba-tiba mengangkat tangannya dan menjulurkan tangannya itu ke tenggorokan Darwin dan mencekiknya!Darwin terkejut dan merasakan tekanan di lehernya meningkat, membuat dia semakin sulit bernapas."Kamu ...."Mata Daniel sedikit menyipit, kekejaman dalam gerakan Daniel tidak kalah dengan tindak tanduk orang-orang dunia mafia yang pernah dilihat oleh Darwin.Darwin dengan susah payah mengangkat tangannya untuk meraih pergelangan tangan Daniel ....Namun, pada saat ini pintu dibuka, Sinta kebetulan masuk dan melihat pemandangan ini.“Suamiku!” Sinta terkejut dan berlari untuk memegang lengannya, “Apa yang kamu lakukan?”Daniel tersadar kembali, perlahan dia mengendurkan jarinya dan melepaskan Darwin.Darwin tersedak dan terbatuk-batuk, dia juga takut lukanya koyak, tidak berani batuk terlalu keras, dia melototi
Sinta menekan sudut mulutnya, agak tercengang. Dia bahkan tidak bisa menangis ataupun tertawa melihat Darwin.Sebelum Sinta mendapatkan cara untuk menghadapi Darwin, Daniel sudah langsung berdiri dengan wajah yang tegas."Aku yang akan menjagamu."Ekspresi Darwin berubah, "Tidak, tidak, aku tidak sedang membicarakanmu...""Selain Sinta, hanya aku yang berada di sini.""... Kak," Darwin menahannya sebentar, "kalau tidak, panggilkan Boedi saja.""Boedi juga terluka ringan. Setelah dibalut, aku membiarkan dia pulang untuk istirahat.”"...""Tidak masalah," wajah dingin Daniel menunjukkan wajah setengah tersenyum, "Aku pasti bisa menjagamu dengan baik."Wajah Darwin tampak pucat, Sinta menutup mulut dan menahan ketawa.Sinta menyerahkan kotak makan siang pada Daniel dan berkata dengan suara yang jelas, "Sayang, aku akan kembali ke toko dulu. Aku akan menyiapkan makanan untuk nanti malam dan mengantarkannya untukmu nanti. Selagi kamu berada di sini, kamu harus menjaga Pak Darwin dengan baik
Sosok yang tinggi dan cantik itu pun muncul di hadapan mereka, Darwin tanpa sadar langsung berpegangan pada sandaran tangan kursi rodanya."Kenapa kamu membawanya kemari?”Daniel tampak acuh tak acuh, "Bukankah kamu baru saja mengatakan kalau ada kesalahpahaman, harus menjelaskannya sesegera mungkin, tidak boleh menunda terlalu lama.""Yang aku bicarakan itu kamu!" Darwin memelototi Daniel.Daniel tersenyum tipis di bibirnya, menatap Sinta dan melambai dengan lembut.Jessika berjalan ke arah mereka perlahan dengan langkah berat.Semakin dekat, semakin jelas bayangan masa lalu itu hadir di pikirannya.Raut wajah Darwin tampak dingin dan dia sedikit membalikkan badannya. Namun, pada saat dia membungkuk untuk memegang kursi roda, gerakannya agak lebar dan kalung yang dipakainya pun terlihat ada dibalik pakaian rumah sakitnya.Hati Jessika menegang.Jessika juga memakai kalung yang identik sama di lehernya.Sebenarnya, ini bukan kalung, hanya rantai biasa dengan sebuah cincin. Cincinnya ju
Jessika membenci tingkah Darwin yang cuek bebek dan tidak mau memberikan penjelasan apapun. Padahal pria itu punya begitu banyak cara untuk mencintai Jessika, tapi dia justru memilih cara yang paling bodoh dan paling tolol!Jantung Darwin bergetar hebat, saat ini lukanya mulai terasa sakit.Setelah berjemur di bawah terik matahari untuk waktu yang lama, kekuatan fisiknya mulai terkuras, wajahnya tampak pucat, butiran keringat tampak bercucuran di dahinya.Ekspresi Daniel berubah, dia segera melangkah maju untuk memeriksa keadaan Darwin.Mungkin lukanya robek dan kain perban pun mulai berdarah.Sinta segera berlari mencari perawat.Jessika berjongkok di depan Darwin dengan gugup, memegang tangannya, "Darwin, bagaimana kondisimu? Apakah ... lukamu serius?"Sebenarnya, luka tusukan itu tidak berarti apa-apa bagi Darwin. Dia bahkan pernah menderita luka tembak yang lebih serius dari ini berkali-kali.Hal yang membuat Darwin merasa tidak nyaman adalah apa yang dikatakan Jessika dan cara wan
Tak lama kemudian, Sinta kembali setelah membeli sesuatu. Dia tersenyum lembut saat melihat Jessika merawat Darwin dengan baik.Dia hanya memesan beberapa patah kata pada Jessika dan kemudian menarik Daniel pergi.Sepanjang perjalanan, Sinta berceloteh terus, seperti burung murai kecil yang berkicau. Beban pikirannya yang satu ini akhirnya tuntas. Meskipun Jessika tidak bersama Lukas seperti yang dia harapkan, asalkan Jessika membuat pilihan, Sinta pasti akan mendukung Jessika sepenuhnya!“Suamiku.” Sinta tersenyum manis, “Menurutku kamu dan Darwin pasti akan lebih sering bertemu kelak. Lupakan masa lalu dan cobalah untuk hidup rukun!”"Ya." Sebenarnya, tidak ada yang terjadi di masa lalu.Daniel menatap Sinta dengan tatapan rumit dan tiba-tiba berhenti.Dia sedang dalam suasana hati yang baik saat ini. Kalau aku mengatakan sesuatu padanya, dia seharusnya bisa menerimanya ....Akan tetapi, dia harus memulai dari mana?Daniel menarik napas dalam-dalam dan menatap mata Sinta yang jernih.
Sinta mencemaskan Jessika yang sendirian di rumah sakit, ketika dia berkunjung, dia melihat Jessika sedang menyuap Darwin.Jessika yang biasanya sangat kasar, setiap suap dia lakukan dengan hati-hati, sambil meniup sendok sup berulang kali, dia takut bibir Darwin terkena panas dan melepuh.Sedangkan pria yang di ranjang rumah sakit itu seperti orang yang tak mampu mengurusi dirinya sendiri, siapa sangka kalau pria ini dua hari yang lalu masih aktif melakukan latihan fisioterapi di ruang pemulihan?Sinta tersenyum dan tiba-tiba teringat pada prianya sendiri.Tehadap orang luar, dia selalu menunjukkan wajah sangar dan sekujur tubuhnya seperti ada tulisan "Jangan dekat-dekat, awas sengol bacok".Tapi begitu Daniel melihat Sinta, dia akan menempel terus dengan Sinta, dia bahkan tidak bisa dihalau pergi. Dia selalu memanggil-manggil “istriku, istriku”, bahkan kicauan burung murai di pohon pun kalah.“Kamu sudah datang.” Pada saat ini, suara yang familier tiba-tiba terdengar dari belakang.S
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem