"Aku akan tutup lebih awal hari ini," kata Sinta tanpa ekspresi, "Semuanya, silakan pulang! Tidak ada yang kalian butuhkan di sini!"Rekan-rekannya saling memandang satu sama lain dan melirik ke arah Santi.Santi mencibir, dia menyilangkan tangan dan memberi isyarat agar mereka tetap duduk. "Dik, kalau kamu tutup sepagi ini, bukankah akan rugi karena masih harus membayar uang sewamu, 'kan?""Uang sewa?" Sinta mengangkat alisnya, "Uang sewa dibayar oleh suamiku dan dia bertanggung jawab atas semua yang ada di toko ini. Suamiku berkata kalau toko ini dibuka hanya untuk membuatku senang, jadi aku bisa tutup kapan saja aku mau. Tidak perlu mengkhawatirkan uang sama sekali!”"Ada lagi," Sinta menyeka konter bar dan menatap Santi, "tempat ini untuk minum kopi dan makan cemilan, bukan untuk bergosip!""Bisnismu sudah mandet, jadi kenapa masih dilanjutkan lagi?" ujar Santi tidak ingin mengalah, apalagi pada Sinta di hadapan rekan-rekannya. Karena, akan sangat memalukan kalau sampai hal ini te
"Kalau kamu berani menyentuh batas kesabaranku ini lagi, aku akan memberitahumu bagaimana rasanya dijemput ajal!""Kamu ....""Keluar!"Sinta meraung dengan marah.Santi tertegun menatap Sinta, dengan ekspresi ngeri di wajahnya dan kebencian di matanya, tetapi dia tidak berani main-main lagi.Kebetulan Jessika datang pada saat ini dan melihat pemandangan ini.Hanya dengan melihat kekacauan di sekelilingnya saja, dia sudah bisa menebak apa yang telah terjadi.Dia sangat ketakutan, dia takut Sinta akan menderita. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas maju dan mendorong Santi menjauh! Santi didorong oleh Jessika hingga terhuyung dan menabrak sudut meja dengan keras, berkeringat dingin karena kesakitan.“Jessika, apakah kamu sudah gila!” Santi histeris, “Beraninya kamu mendorongku!”“Aku yang mendorongmu, memangnya kenapa!” Jessika melindungi Sinta, “Kamu membawa sekelompok orang ini datang untuk menyusahkan Sinta, 'kan?”“Ha, aku datang ke sini untuk membantu usahanya!” Santi m
Santi menggigit bibirnya erat-erat dan berusaha meregangkan tubuhnya sejenak. Rambut Santi dibiarkan tergerai, agar Darwin tidak melihat wajahnya."Tidak perlu," Santi berkata dengan suara kecil, "Aku tidak beruntung hari ini ... bertemu dengan dua wanita sial ini!""Apa katamu?" ujar Jessika meninggikan suaranya dan Santi segera membungkam mulutnya.Saat Santi berjalan menelusuri dinding, dia berkata dengan marah,"Sinta, tunggu saja! Jagalah kafe kumuhmu ini dengan baik. Suatu hari nanti, aku akan menghancurkannya sampai berkeping-keping!"Saat Jessika hendak melangkah maju, Sinta memegang tangan Jessika erat-erat."Lupakan saja!" ucap Darwin mengangkat bangku yang telah rusak itu dan duduk. Dia menjepit kancing mansetnya ke posisi semula dan memandang mereka berdua dengan tersenyum. “Semua kerugian ini, apakah kamu ingin memintanya kembali?”"Apa urusanmu!" damprat Jessika melimpahkan semua emosi tadi pada Darwin.Suara ini membuat Darwin bergetar sampai ke ulu hati.Dalam keadaan t
"Kak Darwin," ujar Anak buahnya dengan senyum yang mencemooh, "Konon katanya Nona Santi bermain dengan sangat bebas!""Benarkah?" Darwin juga tertawa, "Bermain seperti apa?""Aku tidak tahu. Anda harus bertanya pada para bartender tampan yang bekerja di klub malam itu! Haha …."Mata Darwin menjadi gelap. Meski dia tersenyum, ada rasa dingin di sudut mata dan alisnya....Dalam beberapa hari, Santi dilempar ke ruangan kecil yang gelap di Diskotik Exodus.Awalnya dia sangat arogan, kemudian menjadi gila dan berteriak-teriak di bawah pengaruh alkohol."Siapa kalian? Beraninya kalian mengikatku! Aku tamu VIP di sini, apa kalian semua buta!""Tentu saja aku tahu kamu adalah tamu VIP kami," tiba-tiba terdengar suara dingin.Ruangan itu berangsur-angsur menjadi lebih terang dan pria yang duduk di tengah memiliki aura yang menusuk, mata yang tajam dan bekas luka di antara alisnya terlihat sangat mencolok.Jantung Santi berdebar kencang dan dia tersentak."Nona Santi," Darwin mencibir, "tamu VI
"Ups, aku mengirimkan ke salah orang." Suara bercanda Darwin datang dari ujung sana, "Foto yang begitu indah ini seharusnya dikirimkan ke Ketua Dewan Komisaris Hendra Wijoyo!""Darwin Latief!""Citra Nona Santi di klub malam sangat menawan!"Santi menggigit bibirnya dan menjadi pucat."Nona Santi, aku ini pernah hidup menderita di penjara. Terutama dalam berkelahi, tanganku bahkan sudah tidak begitu berguna!""Bagaimana kalau tanganku keseleo suatu hari nanti dan tidak sengaja memposting sesuatu .... Hehe, Nona Santi, aku tidak peduli, tapi pamormu sebagai wanita kaya sepertimu ....""Darwin .… Kak Darwin!" Suara Santi bergetar, "Kamu, katakan saja sesukamu! Selama aku bisa melakukannya, aku pasti akan melakukannya!""Tidak ada yang lain. Hanya saja kamu kurang ikhlas dalam menghilangkan pengaruh negatif seperti ini!"Gigi atas dan bawah Santi bergemeletuk, "Lalu, apa lagi?""Kamu hanya perlu membeli orang secara online dan memberikan ulasan yang bagus. Kalau memang sesederhana itu, ak
Dia memaksakan dirinya untuk menelan napas ini dan terus menunjukkan rasa kasihan pada Sinta."Adik, kamu … apakah kamu benar-benar tidak akan memaafkanku?""Kamu tidak diterima di sini." Mata Sinta dingin, "Silakan pergi." "Bisa bisa ....""Keluar dari sini!" Sinta mengepalkan tinjunya, mengertakkan gigi dan memelototinya.Meskipun Santi telah menindas Sinta sejak kecil, dia masih takut pada Sinta ketika Sinta sangat marah.Selain itu, sekarang ada pria yang seperti Yama si Raja Neraka di samping Sinta ....Santi menggigit bibirnya. Karena Sinta mengusir Santi, dia ingin segera pergi. Lagipula, dia sudah meminta maaf."Sin, Sinta, aku minta maaf. Jika kamu tidak memaafkanku, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan!""Aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di sini lagi! Kamu tidak ingin melihatku dan aku juga tidak ingin melihatmu!"Saat Santi berbicara, dia terhuyung mundur dan berlari keluar halaman, kakinya terkilir di jalan berbatu.Sinta menarik napas dalam-dalam dan mencoba yang t
“Kak Darwin!” Anak buahnya takut sesuatu akan terjadi padanya dan mereka semua mulai panik.Darwin menggertak dan menyuruh mereka semua untuk mundur.Para bawahannya itu pergi dengan tidak rela. Daniel yang menyaksikan para bawahan menghilang di tengah senja dengan mata kepalanya sendiri, perlahan-lahan menurunkan pistol yang berada di tangannya.“Ya, aku sudah tahu dari awal kalau kamu bukan Dani.” Darwin mencibir, “Tapi memangnya kenapa? Setelah aku tahu, aku tidak pernah mencari masalah lagi denganmu, 'kan?”Wajah Daniel menjadi gelap.Apa yang Darwin katakan benar, terutama ketika Santi datang ke toko untuk menindas Sinta waktu itu, Darwinlah yang telah mengusir Santi dan yang lainnya.Meski begitu, Daniel masih memiliki keraguan yang kuat terhadap Darwin.“Kamu tahu kalau aku bukanlah Dani.” Daniel menatapnya dengan dingin, “Kalau begitu, apakah kamu tahu siapa aku?”Darwin tersentak, dia melirik Daniel dan tiba-tiba tertawa.“Aku hanya tahu kalau wanitamu dan wanitaku merupakan s
“Apakah aku mengganggu kalian?” Sinta mengerucutkan bibirnya dan tersenyum lembut.Ternyata suaminya lebih memikat perhatian dari yang Sinta bayangkan!Wajah ketiga pria itu satu per satu menjadi muram, terutama Daniel, yang menatap ke kiri dan ke kanan seolah-olah sedang melihat musuhnya.“Kalau mau bertengkar, bertengkarlah di luar!” Daniel menggertak dengan suara yang dalam, “Apakah kalian tidak melihat istriku datang!”Kedua orang itu tercengang pada saat bersamaan.Lukas tampak malu, dia tersenyum pada Sinta dengan segan. Dia pun sadar diri dan segera pergi.Dengan ekspresi tercengang di wajahnya, Darwin memandang Daniel dalam-dalam. Dia pun menepuk bahu Daniel dan perlahan berjalan keluar dengan kakinya yang jejang.Sinta akhirnya tertawa.“Kenapa kamu tertawa?” Daniel memeluknya dan memelototinya.Sosoknya yang begitu maskulin menghantam ke tubuh Sinta.Sinta bersandar di tubuh Daniel dan menyentuh dada Daniel yang bidang dengan jarinya."Kata orang, cinta sesama jenis itu merup
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem