Sore itu Naya datang lebih awal untuk mengantarkan Shakira dan Natarina berbelanja perlengkapan rumah tangga, dari pakaian hingga sabun. Malam itu mereka juga makan bersama di rumah Naya sekaligus memperkenalkan keluarga Naya kepada Shakira dan Natarina.Lalu mereka juga berjalan-jalan keliling kota agar Shakira dan Natarina bisa melepaskan penatnya. Tak ayal Shakira memanfaatkan kesempatan itu untuk membeli nomor ponsel baru, satu untuknya dan satu untuk Ibunya.Ketiga wanita itu telah puas berjalan berkeliling Malioboro dengan membawa beberapa bungkusan baju-baju batik rumahan.“Shaki, kau yakin akan memakai baju-baju itu?” tanya Natarina dengan tatapan bingung melihat Shakira membeli beberapa potong baju batik model daster rumahan.Shakira terkekeh senang, “sejak dulu Shaki selalu kagum sekaligus aneh jika melihat orang-orang memakai baju daster seperti ini. Shaki merasa mereka sangat cantik dan elegan dalam keadaan apa adanya,”“Apa seumur hidup Kakak tak pernah memakai daste
Beberapa hari telah terlewati dan hampir setiap tengah malam Shakira selalu terbangun dan menangis. Hingga pagi itu Shakira terbangun dengan kepala berat dan berdenyut-denyut. Natarina yang diam-diam mengetahui kesedihan Shakira hanya bisa mendukungnya dengan memberinya perhatian lebih.“Sayang, ayo kita sarapan dulu, nanti Shaki bisa tidur lagi kalau memang masih mengantuk,” ucap Natarina membangunkan Shakira yang masih tergolek lemah di kasur.Demi agar tak mengetahui kegelisahannya, Shakira menuruti ajakan Ibunya yang telah menyiapkan sarapan yang dibawakan oleh Naya. Akan tetapi, baru satu suapan Shakira merasa sangat mual dan ingin muntah.Natarina menghela napas panjang seraya memberikan obat asam lambung kepada Shakira tanpa berkomentar panjang. Seolah ia tahu Shakira akan membutuhkan obat itu. Walau mengernyit bingung Shakira menerima dan segera mengunyahnya.“Minumlah, kau pasti asam lambung. Sudahlah sayang, jangan terlalu di pikirkan. Ada Mama. Kau sudah memilih jalanmu. Ku
Dengan perasaan was-was Shakira dan Natarina menunggu dalam diam, sementara Aksa pergi ke halaman rumah agar leluasa berbicara dengan Axel. Sesekali Shakira menatap kepada Ibunya yang menggenggam erat tangan Shakira seolah menguatkannya saat mereka mendengar suara Aksa meninggi dan berdebat.Dua puluh lima menit berlalu akhirnya Aksa mengakhiri panggilan tersebut. Dengan menghela napas kesal laki-laki itu perlahan memasuki rumah.“Maafkan aku, aku sengaja tak ingin memperdengarkan pembicaraan kami agar kau dan Mama tak serta merta ikut menyahut perkataannya,” ucap Aksa menatap Shakira dan Natarina bergantian.“Ya, kau benar dan aku setuju seperti itu,” sahut Shakira mengangguk dengan canggung.“Apa kau ingin tahu kabarnya?” sela Aksa tersenyum melihat sikap Shakira yang terlalu kentara dan canggung.“Aksa, apa kau sudah makan saat perjalanan kemari? Kalau belum sebaiknya kau makan dulu ya,” sela Natarina seolah teringat sesuatu, “kebetulan sekali jam sudah menunjukkan mendekati makan
“Bukan dok, dia adik saya. Ayah si jabang bayi sedang ada di luar kota. Besok rencananya baru bisa kembali,” papar Aksa mencoba mencairkan suasana. Lalu mereka pun tertawa, karena dokter itu meminta maaf atas kesalahpahamannya.“Iya dokter, ini saja saya tidak tahu kalau saya sedang mengandung, karena saya pikir cuma masuk angin kelelahan karena setelah melakukan perjalanan jauh,” sahut Shakira menimpali.Dokter dan perawat perempuan itu pun tersenyum, lalu dokter wanita itu memberikan wejangan kepada Shakira untuk menjaga kondisi kesehatannya dan bayi yang ada dalam kandungannya. Karena umurnya yang masih relatif muda akan rentan dengan keguguran.“Mama akan menjaga Shaki, jadi semoga tak akan terulang lagi seperti yang sudah-sudah,” ucap Natarina memeluk pundak Shakira.Lalu mereka pun menyelesaikan administrasi pembayaran dan obat-obatan untuk Shakira. Dalam perjalanan pulang mereka lebih banyak terdiam membisu walau sesekali Aksa memecah kesunyian untuk mengajak mereka berhenti be
Shakira yang awalnya menolak halus ajakan Aksa, mau tak mau harus menurut karena permintaan Ibunya dan memikirkan si jabang bayi yang sedang ia kandung. Walau dengan berat hati akhirnya Shakira menyetujui untuk ikut dengan Aksa.Kini mereka telah melakukan perjalanan dari rumah, bandara hingga kembali menapaki salah satu apartemen mewah di bilangan kota Jakarta Selatan.Melihat keadaan payah Shakira yang hampir sepanjang perjalanan terus mengalami mual-mual dan kesakitan membuat Aksa mau tak mau harus membopongnya saat hendak memasuki bangunan mewah apartemen itu. Selain demi kesehatan Shakira itu dilakukan demi menghindari orang-orang Axel yang bisa saja berada di sekitar apartemen pribadi Aksa.“Sudah Aksa, aku, maksudku terima kasih aku sudah tidak apa-apa,” ucap Shakira ingin turun dari gendongan Aksa karena taj enak hati.“Tidak apa-apa sebentar lagi kita sampai,” sahut Aksa tak mengindahkan ucapan Shakira.“Apakah aman jika aku tinggal di Jakarta lagi?” tanya Shakira dengan ragu
Walaupun Shakira enggan melakukannya, namun berkat dorongan Ibundanya, Shakira akhirnya mau berangkat ke dokter kandungan bersama Aksa. Natarina pun mau tak mau harus ikut mendampingi Shakira.Selama pemeriksaan hingga selesai, semua berjalan sangat lancar dan dengan semestinya. Tak ada hal-hal yang membuat mereka tak nyaman, karena kini Shakira memahami dengan jelas niat baik Aksa mengantarkan Shakira, selain demi menjaga keamanan Shakira itu juga sebagai penjagaan nama baiknya di muka umum.Shakira menyadari itu melalui pandangan setiap orang saat mereka di klinik bersalin itu, yang memandangnya dengan pandangan bermacam-macam walau lebih banyak pandangan iri atas sikap Aksa yang terlihat sangat perhatian padanya.Beberapa wanita itu ada yang menatapnya senang dan takjub atas kesempurnaan sosok suaminya. Hal itu mau tak mau membuat Shakira tersenyum dengan rendah hati. Walaupun di dalam relung hatinya serasa teriris sembilu mengingat apa yang sebenarnya ia alami.Memang benar, oran
Tanpa terasa usia kandungan Shakira memasuki 8 bulan dan dengan perasaan bahagia ia ingin mempersiapkan kelahiran anak pertamanya yang akan ia jalani 3 minggu ke depan.Shakira menatap perutnya yang membuncit di depan cermin lemari besar yang ada di sudut kamar. Wanita itu mengelus perutnya seraya tersenyum, namun lagi-lagi air mata meleleh membasahi kedua pipinya yang tirus.Masih teringat jelas bagaimana sedihnya ia di bulan-bulan sebelumnya karena selalu teringat pada Axel. Apalagi dengan perutnya yang makin membesar. Ia yang akhirnya bisa merajut karena kesabaran Ibunya yang melatihnya dan karena kerja keras dia sebagai pengalihan rasa rindu pada Axel.Shakira meraih sebuah syal rajut berwarna biru gelap dengan aksen bergaris putih. Benang-benang itu saksi bisu bagaimana ia menuangkan perasaan rindu, cinta dan rasa bersalahnya pada Axel. Ia ingin bertemu, tetapi ia telah mengambil keputusan.Andai syal ini bisa bicara mungkin dia akan bosan karena selalu melihat air mataku seolah
Shakira tersentak dari tidurnya, ia memindai ruangan tempatnya terbaring. Sebuah kamar yang serba putih dan bersih. Akan tetapi Shakira memastikan ia tidak sedang berada di sebuah kamar rumah sakit. Karena tak ada fasilitas medis apa pun di sana. Hanya ranjang tempatnya berbaring, sofa panjang dan meja. Bahkan jendela kamar pun tidak ada.Oh, ini di mana? Kamar ini bukan di rumah sakit. Walau bersih tapi masih terasa bau debu dan apek. Ya Tuhan, ini di mana? Dan siapa orang-orang yang menculikku? Apakah mereka orang-orang suruhan Axel?Saat pikiran Shakira berkecamuk tak menentu tiba-tiba pintu terbuka dan memperdengarkan pembicaraan dua orang laki-laki dan perempuan dengan bahasa asing dengan aksen yang kental.Shakira menatap seorang perempuan cantik berambut pirang dan berpakaian sangat modis yang menatapnya dengan pandangan penuh dendam, sementara Sang laki-laki terlihat lebih jauh lebih tua dengan tatapan sendu. Wajah mereka sangat mirip, hanya saja lelaki tua itu berambut lebih
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan