Share

Bab 23

Penulis: LinDaVin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 11:39:28

Semua selesai mandi dan bersiap ke kantor aku masih belum selesai juga.

"Pamerkan masakanmu, pada Rena sama Bundanya. Mereka harus mengakui keunggulan kamu," ucap Bunda padaku.

"Tapi, Indah belum selesai. Nggak bisa temenin Mas Aris sarapan," ucapku sedikit kecewa.

"Nggak papa, biar Ibu yang ladenin sama yang nemenin," ucap Ibu kemudian.

Tak berapa lama, semua sudah berkumpul.di meja makan.

"Indah, nggak sarapan? Tanya Mas Aris padaku.

Diperhatikan seperti itu saja hatiku sudah senang sekali, nampak Rena melihat ke arahku dengan wajah malas. Aku membalasnya dengan senyum kemenangan. Daguku terangkat, lambat laun perhatian Mas Aris pasti aku dapatkan.

"Belum selesai, Mas duluan saja," balasku manis.

"Ehem," terdengar Bunda Rena berdehem, melihatku sinis.

"Nih, masakan mantu kesayangan, terbukti untuk kesekian kalinya, anakmu tak ada apa-apanya," ucap Ibu, kemudian melirik ke arahku dengan senyumnya. Aku membalas dengan senyum yang sama.

"Halah, palingan rasa alakadarnya," cibir wan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Neraka untuk Maduku   Bab 24

    Belum juga lama aku mengobrol dengan Tante Erin, Ibu memintaku cepat-cepat pulang. Kadang menyebalkan sekali wanita itu, andai bukan karena aku mencintai anaknya, malas sekali berhubungan dengan wanita itu.Lama-lama risih juga akhirnya aku berpamitan, Tante Erin hanya tertawa mendengar ceritaku tentang ibu mertuaku itu.Keluar dari cafe segera kulajukan kembali mobilku ke arah pulang. Sedari tadi ponselku tak berhenti berbunyi. Sayang sih sayang, tapi kalau caranya begini, buat pusing.Baru mobilku menepi akan masuk halaman, Ibu mertuaku sudah berdiri di depan pagar. Ya ampun Ibu-Ibu satu ini, benar-benar tidak sabaran sekali. Melihat mobilku datang lekas ia menghampiri dan naik di jok belakang. Sudah persis sopirnya aku dibuat."Kemana Bu? Ke pasar yang dekat simpang tiga saja ya Bu, disana pasarnya bersih kata Bi Eti." Aku melihat Ibu dari spion tengah."Nggak mau, yang Ibu cari gak ada di sana. Cuma ada di pasar yang dekat terminal," jawab perempuan setengah baya itu.Pasar kumuh,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Neraka untuk Maduku   Bab 25

    Pov Rena•••Aku masih fokus dengan tumpukan berkas di atas meja, saat terdengar beberapa notif pesan masuk ke ponselku. Tanganku meraih laci dan menariknya. Ponsel kembali bergetar saat aku mengambilnya.Pesan gambar di aplikasi WA dari Ibu, sedikit menunggu karena aku tak mensetting unduh otomatis. Tawa tak dapat kutahan saat melihat gambar-gambar yang Ibu kirimkan. Terlihat foto Indah yang lucu sekaligus menyedihkan. Salut dengan Ibu, yang seakan tak pernah kehilangan akal untuk mengerjai menantu keduanya itu.Aku masih benar-benar tak habis pikir, kenapa ada gadis bodoh seperti Indah. Apa yang diharapkan dari sosok Mas Aris. Apalagi sekarang aku sudah mengunci suamiku itu, yang otomatis hanya bisa bangun saat denganku saja. Indah cantik, kaya, dan masih muda, Mas Aris juga abai padanya.Kalau hanya soal rupa, banyak pria lebih tampan dari Mas Aris. Apa gadis itu terobsesi karena Mas Aris menolaknya. Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tau, apa yang Ia pikirkan. Sekarang lebih baik a

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Neraka untuk Maduku   Bab 26

    ••Sepanjang perjalanan tadi, Ibu juga hanya berdiam. Tak bicara apapun padaku atau Bunda juga. Itu terjadi sampai sekarang, ketika kami berkumpul di ruang tengah selepas sholat isya."Rena, Ibu memiliki firasat tak nyaman, dengan kondisi ini," ucap Ibu tiba-tiba.Aku dan Bunda menoleh bersamaan ke arah Ibu, yang terlihat lebih serius dari biasanya. "Dengan ketiadaan Papanya, anak itu akan semakin bergantung pada Aris. Dia akan mencari perhatian Aris dengan alasan karena Papanya sudah meninggal, dan dia sedang berduka."  Ibu menjeda kalimatnya."Surat perjanjian itu sudah ada di tangan kita. Sebelum terlambat kita pergi dari sini, kita pulang saja. Setelah itu kalian pindah lagi ke kota lain, dan mulailah kehidupan baru kalian," tambah Ibu lagi."Tapi, Mas Aris …." "Ibu yang urus Aris. Ibu tak ingin kita terlibat terlalu jauh dengan gadis itu. Dia tak sebodoh yang kita pikirkan seperti sebelumnya," lanjut Ibu lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Neraka untuk Maduku   Bab 27

    "Aris tak mau pergi?" tanya Ibu padaku. Aku mengangguk. Pagi-pagi sekali, Mas Aris sudah pergi. Indah menghubunginya, meski tau aku tak suka, Mas Aris tetap pergi. Dia telah memilih  jalannya, dia tak ingin pergi. Mas Aris lebih memilih duniawi daripada hidup dengan cintaku. "Maafkan Aris," ucap Ibu kemudian. Aku memeluk Ibu mertuaku itu, tangisku pecah. Saat semua daya upaya yang dilakukan ternyata sia-sia, yang tersisa hanya rasa kecewa."Rena …  Ah, sakit sekali rasanya Bu. Segala usaha kita, tak ada nilainya. Semua sia-sia, kalah dengan harta dan silaunya dunia." Sesak sekali rasanya dadaku, mengingat semua hal yang tengah terjadi.Bunda mengusap punggungku pelan. Kami semua terluka, oleh pilihan yang diambil Mas Aris. Semua kecewa, sangat kecewa. "Sudah, jangan menangis seperti ini. Hati bunda tambah sakit rasanya." Bunda terisak, pasti sama yang ia rasakan sekarang denganku."Ibu minta maaf, benar-benar minta maaf," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Neraka untuk Maduku   Bab 28

    Aku mengatur dan mempersiapkan hatiku, malam ini. Bukan hal yang mudah memang. Tapi, semua sudah menjadi keputusanku. Aku tak ingin melanjutkan rasa yang timpang ini, sendiri akan lebih baik. Daripada menggenggam bara untuk selamanya. Meski semua hal tercukupi dan aku bisa berfoya-foya, hatiku tetap tak akan bahagia.Semua sudah duduk di ruang tengah, ada rasa tegang di wajah Ibu yang jelas terpancar. Bunda hanya terdiam, menutup mulutnya rapat-rapat. Mas Aris terlihat lebih rileks dari pada Ibu serta Bunda. Semua pandangan mengarah padaku, karena aku yang meminta semua berkumpul. Guna menyampaikan tentang gugatan cerai yang akan aku ajukan."Ibu, maafkan Rena," ucapku mengawali pembicaraan malam ini. "Bukannya Rena sudah tidak sayang pada Ibu, hanya saja ini sudah menjadi keputusan Rena sekarang."Semua terdiam, masih menatap ke arahku. Pandangan Ibu mengisyaratkan dia tau apa yang akan aku sampaikan.  Mas Aris juga terlihat mulai tegang."Rena i

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-03
  • Neraka untuk Maduku   Bab 29

    Memutuskan untuk tetap tinggal di kota yang sama dengan Mas Aris, sempat membuat Bunda kuatir. Aku perlu meyakinkan aku baik - baik saja, meski kenyataan tak sepenuhnya seperti itu. Hanya saja S2 - ku sebentar lagi selesai, sayang sekali kalau sampai aku tak meneruskan kuliahku.Perlu waktu untuk merasa semua baik - baik saja, dan aku bisa sendiri tanpa Mas Aris. Dua bulan selepas sidang putusan, baru aku mulai terbiasa. Bayang Mas Aris juga berangsur - angsur memudar dari angan dan pikiran. Sudah mulai bisa tersenyum dan menikmati hidup. Semua yang berhubungan dengan Mas Aris sebisa mungkin aku singkirkan. Termasuk rumah dan mobil. Aku menganti mobil dari pembagian harta gono-gini, begitu juga dengan rumah yang telah Mas Aris selesaikan cicilan nya. Aku ingin menghapus pelan segala kenangan yang pernah ada. Karena mengingat hal bahagia di masa lampau menjadi hal yang paling menyakitkan untuk saat ini.Menata hati dan hidupku kembali. Karena aku tinggal s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-03
  • Neraka untuk Maduku   Bab 30

    Siapa lagi, kalau bukan Mas Aris yang juga atasan Pak Aldi. Dunia ternyata sempit, tapi, semua hal sudah aku pikirkan. Begitu juga kemungkinan aku akan berjumpa lagi dengan mantan suamiku ini."Rena …." Sama seperti Pak Aldi, Mas Aris juga terkejut saat melihatku.Ampun, apanya yang aneh. Kenapa mereka terlihat kaget dan syok seperti itu.  Aku melihat kearah pakaianku, tak ada yang aneh. Wajahku juga tidak menakutkan, malah sekarang aku rajin perawatan dan juga sering ke salon. Apanya yang salah coba?"Kok, kamu di sini. Sama siapa?" tanya Mas Aris. Dia mendorong kembali kursi yang baru di tariknya, diurungkan niatnya untuk duduk. Mas Aris menoleh ke kanan dan kiri."Iya, disini memang." Aku spontan saja menjawab. Melihat mereka kaget, malah membuat aku ikut bingung menjawab."Mba, pesanan Bapaknya." Sania datang, di belakangnya Rudi membawa nampan berisi pesanan Pak Aldi. Aku melirik Sania yang menyipitkan mata ke arah Mas Aris

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-03
  • Neraka untuk Maduku   Bab 31

    Kejadian tadi siang, dengan Mas Aris aku ceritakan ke Bunda. Tak ada respon berlebihan, dari Bunda. Hanya saja pasti dia langsung membahas masalah  pendamping.  Bunda beberapa minggu terakhir ini memaksa ingin memperkenalkan anak dari sahabat Ayah.  Katanya bekerja di sini, di kota yang sama denganku."Ish, Rena masih ingin sendiri Bund. Menikmati hari - hari Rena, lepas tanpa beban." Aku beralasan seperti biasa. Aku belum mau memikirkan rumitnya sebuah hubungan. Pasca berpisah hampir setahun yang lalu dengan Mas Aris, aku menutup rapat hatiku untuk pria manapun."Jangan - jangan kamu masih ngarep, rujuk sama si Aris," celetuk Ibu, di sambungan telepon."Ish, amit - amit." Aku mengetuk kepala dan meja bergantian. "Dah kapok Bund, nggak mau lagi Rena. Cukup sudah."Terdengar  tawa Bunda,  saat mendengar jawabanku. Aku tidak pernah membenci Mas Aris hanya saja rasa di hati yang dulu pernah ada. Kini, semakin lama semakin layu dan mati.•••

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04

Bab terbaru

  • Neraka untuk Maduku   Bab 56

    "Itu, Tante Rena, pacarnya Om Kelvin, iya kan Om?!" Gita sama saja dengan Viona. Suka menggoda Omnya. Wajahku kembali menghangat."O." Bibir wanita yang baru datang itu membulat."Butuh apa saja?" tanya Kelvin lagi.Aku menyebutkan aneka bumbu dapur, dan bahan lain yang aku butuhkan. Juga alat yang diperlukan. Panci berukuran lumayan besar telah disiapkan begitu juga bahan yang diperlukan.Untuk Ayam sengaja aku masak lebih dahulu, agar bumbunya meresap. Bukan masalah besar untuk mengerjakan semuanya. Disela memasak Ayam dan bebek rica aku mengeksekusi cabe yang baru dibawa Mbak Sari.Satu wajan penuh sambal sedang aku olah, Kelvin membantu mengikat rambutku dengan karet gelang. Dan juga memasangkan celemek padaku. "Capek sayang?" Kelvin memijat bahuku saat aku sedang mematangkan sambal di wajan."Nggak. Tapi, keringetan." Aku memperlihatkan dahiku padanya. Dia beranjak ke meja menarik beberapa tisu, dan mengelap keringatku."Bund, besok pakai urap juga?" tanyaku pada Bunda Kelvin."R

  • Neraka untuk Maduku   Bab 55

    Obrolan ringan mewarnai perjalan kami. Mobil mulai memasuki komplek perumahan yang menjadi tempat tinggal Kelvin dan keluarganya. Jantungku semakin berdetak dengan kencang, telapak tangan juga terasa dingin. Aku menarik napas dalam dan menghembus perlahan, untuk mengatur hatiku.Mobil mulai sedikit melambat dan akhirnya berhenti. Huff debaran di dadaku semakin sulit aku kendalikan. Aku grogi … Kelvin membunyikan klakson mobil, satu kali. Tak berapa lama pintu pagar terbuka. Mobil kembali bergerak memasuki halaman rumah yang cukup besar itu. "Sayang, sampai." Kelvin memanggilku. Aku masih bergeming, kemudian menyentuh punggung tangannya dengan telapak tanganku yang dingin."Dinginnya," ujar Kelvin, digenggamnya tanganku kemudian."Rasanya nano - nano," ucapku kemudian."Tenang, semua akan baik - baik saja," balas Kelvin sambil mengeratkan genggamannya."Iya, Bismillah." Aku membalas dan berdoa.Aku sedikit menyapukan bedak, yang selalu aku bawa di tas. Hanya samar, agar tampak pucat

  • Neraka untuk Maduku   Bab 54

    "Gombal banget, sih." Aku menggigit bibir, menahan senyum. Jujur hatiku bagai hamparan taman bunga, dengan bunga yang beraneka warna dan bermekaran dengan sempurna. "Itu ungkapan hati, Yang." Setengah berbisik, Kelvin mendekatkan bibirnya ke telingaku. Hanya setengah berbisik karena tetap terdengar oleh kedua wanita di depanku, yang tengah sibuk membungkus parcel. Terlihat keduanya saling sikut dan menahan tawa.Wajahku menghangat, Kelvin membuatku salah tingkah. "Mbak, saya tunggu di kasir depan, ya," ucapku, untuk mengalihkan fokusku dari Kelvin."Baik, Kakak." Keduanya menjawab hampir bersamaan.Aku dan Kelvin beranjak, sambil sesekali berhenti melihat aneka camilan yang terpajang di display. Mengambil beberapa yang terlihat enak. "Banyak banget?" tanya Kelvin melihat keranjangku kembali penuh."Buat anak - anak di resto, sama buat nemenin kerja," jawabu. "Ayank, nggak pengen?" tanyaku kemudian."Kalau pengen, kan tinggal nyebrang." Sambil menjawab, pria itu mengangkat alisnya

  • Neraka untuk Maduku   Bab 53

    "Mau kemana kita?" tanya Kelvin kemudian, saat kami sudah berada di dalam mobil."Pulang saja, Oh … ya, ke toko buah dulu ya."Kelvin mengajakku ke rumahnya, besok pagi - pagi sekali, aku tak akan mungkin mendapatkan toko yang buka sepagi itu."Mau belanja buah?" tanyanya kemudian."Iyap." Aku menjawab singkat.Mobil melaju keluar dari area parkir resto. Tak jauh dari resto ada toko buah, yang cukup besar, berdiri bersebelahan dengan toko roti. Kesanalah kami menuju sekarang.Tidak memerlukan waktu yang lama, mobil berbelok masuk area parkir toko yang kami tuju. Seorang tukang parkir datang untuk mengarahkan. Kami turun selepas Kelvin mematikan mesin mobil.Aku baru saja keluar mobil, saat aku dengar seperti ada yang memanggil namaku. Aku menghentikan langkah kemudian menajamkan pendengaran."Sayang, ada apa?" tanya Kelvin saat melihatku celingukan."Kayak ada yang manggil." Aku menjawab, masih dengan mengedarkan pandangan."Rena." Aku dan Kelvin bersamaan menoleh ke arah kiri be

  • Neraka untuk Maduku   Bab 52

    Siang setelah selesai tugas di rumah sakit, Kelvin menemaniku untuk membuat laporan di kantor polisi. Cukup menyita waktu, untung sore Kelvin tak membuka praktek, karena sabtu sore dia libur. Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Bukti rekaman CCTV juga akan menjadi barang bukti. Tentang ada orang lain dibalik kejadian ini atau tidak masih diselidiki."Capek ya?" tanya Kelvin padaku. Sesaat setelah kami masuk mobil, selepas keluar dari kantor polisi."Mayan, Ayang juga pasti capek." Aku memiringkan tubuh, menghadap ke arahnya dengan mengangkat satu kaki."Aku cowok, Yang. Kemana ini kita?" tanyanya kemudian."Balik resto ya, malam minggu mesti ramai. Ayang mau nemenin?" tanyaku kemudian."Boleh, aku temenin." Kelvin mengusap puncak kepalaku. Sebuah senyum manis terukir di bibirnya yang tampak kebiruan."Masih sakit?" Tanganku mengusap kulit memar itu."Nggak, Sayang. Kan tadi dah diobatin." Kelvin mengecup tanganku. Hatiku kembali berdebar mengingat kejadian tadi pagi."Udah y

  • Neraka untuk Maduku   Bab 51

    Aku melepas alas kaki, sudah lama sekali aku tak melatihnya, tenagaku juga pasti tak seperti dulu lagi. Saat aku baru melepas alas kaki, sebuah bogem mentah mengenai wajah sang pahlawan kesiangan. Semua berteriak histeris terutama pegawai perempuan. Ini bukan sedang syuting film India dimana satu orang bisa mengalahkan puluhan orang. Tapi, apapun itu … bukan saatnya untuk jadi penonton.Baru aku beranjak memasang kuda - kuda terdengar suara mobil polisi mendekat. Beberapa polisi datang. Aku menoleh ke arah sang pahlawan kesiangan, darah segar keluar dari sudut bibirnya. Dia yang kesakitan kenapa aku yang lemas. Aku terduduk, saat mulai menyadari apa yang baru saja terjadi. Mataku mengedar ke arah pegawai, aku tak bisa membayangkan, kalau mereka tadi benar - benar dihajar oleh para pria berbadan tegap itu."Sayang, kamu nggak papa?" Pahlawanku terlihat panik melihatku, yang seolah tanpa tenaga."Stop, aku bisa sendiri. Bantu berdiri saja." Saat dia terlihat akan mengangkat tubuhku."

  • Neraka untuk Maduku   Bab 50

    "Aku mengerti, tapi aku pernah gagal, pernah disakiti. Dan, itu membuatku merasa takut, untuk memulai lagi sebuah komitmen dalam sebuah ikatan yang sakral." Aku menjelaskan alasanku. Dari dalam hati terdalam, masih ada trauma akan sebuah hubungan rumah tangga."Tenang, aku dokter segala penyakit. Termasuk sakit hati, segala lukamu di masa lalu, aku berjanji akan menyembuhkannya."Senyum terkembang di bibir itu. Tak pernah bisa benar - benar bisa serius bicara dengannya."Terus aja, ini ibarat kata, sudah diangkat tinggi terus dihempas ke bumi," ujarku."Kok bisa?""Ya, bisalah. Tadi sudah bicara serius eh absurd lagi." Aku menjawab.Kelvin tertawa."Serius tak selalu mengerutkan kening, Sayang. Aku serius dengan ucapanku tadi." Kelvin menjelaskan."Aku serius dengan hubungan ini, aku serius ingin mengobati rasa sakit hatimu, aku serius ingin selalu menjagamu, dan aku serius ingin menjadi imammu." Kelvin kembali menambahkan."Secepat ini?" tanyaku ragu."Nunggu apa?" tanyanya, aku men

  • Neraka untuk Maduku   Bab 49

    "Beberapa hadiah, Mas Aris kirimkan. Barang - barang branded. Aku menolaknya, dia memaksa. Hingga sewaktu dia di ruangan, selepas acara di resto, Indah datang. Dia mengamuk melihat Mas Aris bersamaku. Sebelumnya juga pernah bertemu di salon. Dia, merendahkan dan mencibirku, bagaimana bisa janda sepertiku berada di salon mahal."Aku menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan. "Saat mengamuk itulah, dikira aku minta - minta uang dan hadiah pada Mas Aris. Indah kembali menghinaku. Hingga aku bisa membalikkan keadaan, aku bilang kalau Mas Aris-lah yang belum bisa move on dariku. Mas Aris mengakui, itu sepertinya yang membuat Indah semakin marah. Hingga akhirnya pagi tadi, dia kembali membuat ribut." Kembali aku menjeda, Kelvin mengusap punggungku."Aku merasa, Indah sengaja mencari masalah denganku. Itu sebabnya aku pasang banyak CCTV di resto. Jujur aku merasa takut, dia memiliki banyak uang. Tau sendiri kan, uang cukup berkuasa. Aku hanya takut kalau dia sampai membuat masalah unt

  • Neraka untuk Maduku   Bab 48

    Seperti kemarin, hari ini juga semua bahan habis, padahal stok sudah di tambah. Bahkan harus tutup lebih cepat dari biasanya, karena semua menu utama kosong. Baru jam delapan lewat, restoran terpaksa harus ditutup."Wow, luar biasa hari ini. Meski pagi dah mau di ajak gelut." Sania menghempaskan bobot tubuhnya di kursi depan mejaku."Yang paket meriah, penjualan naik terus." Sania kembali menambahkan. "Pada bilang, baru nemu makanan enak tapi murah, dengan porsi mantap."Paket meriah, memang baru keluar bulan ini. Paket yang terdiri dari ayam bakar atau goreng ukuran sedang, urap sayur tambah lalapan dan sambal, plus minuman. Dengan harga cukup murah. "Mbak, kalau yang depan ini. Kita buat jadi dua lantai, gimana?" saran Sania.Aku terdiam sesaat, mulai membayangkan usulan Sania. Bagus usulnya, bisa menambah kapasitas. Hanya, saja harus mengatur waktunya. Pengerjaannya tidak mungkin hanya sehari, dua hari. "Oke juga, nanti mbak cari referensi dulu. Yang bisa ngerjain, bagus, rapi,

DMCA.com Protection Status