Share

Bab 35

Penulis: Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 08:08:58

Ada getaran saat gadis kecil itu memanggil Bimo. Rasa rindu pada sang ayah hanya bisa ia simpan. Meskipun Gio selalu ada dan berusaha menggantikan peran Bimo, perasaan rindu akan kehadiran ayah kandung tetap ada. Naya hanya bisa memandang punggung Bimo dari jauh saat pria itu pergi. Sedangkan wanita yang bersama Bimo, terlihat berlari mengejat sambil melontarkan umpatan kasar kepada Bimo.

"Sayang, ayo, kita pulang," ajak Laila. Naya hanya diam dan menurut.

Sepanjang jalan gadis itu hanya diam, tidak seceriah sebelumnya. Gio menggandeng tangan kecil itu sambil bertanya apa lagi yang ia mau, tetapi Naya hanya menggeleng. Lalu Gio berinisiatif mengajaknya ke istana boneka. Di sana banyak berbagai jenis boneka yang lucu, mulai beruang berukuran kecil sampai yang paling besar. Melihat banyak benda yang disukainya, Naya langsung tersenyum dan berlari menghampiri beberapa boneka, untuk saat itu Gio mampu mengusir kesedihan Naya.

Laila hanya mengekor dari belakang. Sama halnya dengan Naya, ia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 36

    Perjalanan hidup banyak mengajarkan Laila arti bertahan. Banyak hal yang ia dapatkan dari permasalahannya dengan Bimo. Perceraian, khianat, sakit hati, dan kesedihan, dari semuanya itu Laila dapat bangkit dan tahu bahwa hidupnya lebih berharga dibandingkan semua yang pernah ia korbankan untuk Bimo. Perasaan cinta yang terlalu dalam hingga tidak bisa membedakan antara logika dan perasaan membuat Laila tersadar, hidup tidak melulu tentang memberi, tetapi juga harus menerima. Apa yang ia berikan untuk Bimo tidak pernah ada balasan untuknya.Pagi itu, beberapa tetangga membeli sarapan di kedai Laila, seperti biasa mereka akan bergosip tentang segala hal, mulai dari artis yang sedang viral, hingga masalah rumah tangga tetangga mereka. Kali ini salah satu wanita dengan postur tubuh grmpal bertanya pada Laila tentang keluarga Bimo."Maaf, Bu, saya gak tau," jawab Laila."Masa kamu gak tau, sih, La? Kan, Bu Ratna sekarang udah kayak gembel penampilannya, suaminya ketaguan korupsi, belum lagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 37

    "Ngapain?" tanya Aminah saat melihat Laila mengintip keluar jendela.Mendengar suara sang ibu, Laila terlonjak kaget. "Ibu, ngagetin aja.""Ngapain ngintip-ngintip?""Anu, Bu, tadi ada orang berdiri di depan, tapi wajahnya ketutupan helm, gak tau mau ngapain.""Kenapa gak ditanya?""Orangnya langsung pergi, lagian serem liat gayanya kayak gengster.""Ditanya juga gak, tau dari mana gengster," celoteh Aminah sambil meninggalkan Laila ke dalam.Laila menyusul ibunya yang sedang duduk di ruang tengah, di sana ada Naya yang sedang bermain boneka di lantai.Aminah menatap Laila yang terlihat murung. Seolah-olah bisa membaca pikiran sang anak, Aminah langsung memberikan nasihat untuk putrinya itu. "Udah, La. Gak usah dipikirin omongan mereka. Mereka itu cuma senang cari-cari salah orang lain buat bahan cerita."Laila menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memegangi gelas yang sudah kosong. "Capek, Bu. Kenapa hidup aku selalu jadi bahan gosip?" "Karena mereka gak pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 38

    Sesampainya di sekolah Naya, Andara melihat keponakannya itu duduk di depan gerbang sekolah bersama penjaga sekolah. Suasana di sana sudah mulai sepi, hanya beberapa anak yang belum dijemput orang tua mereka. Andara bergegas mendekati Naya yang terlihat asik berceloteh dengan penjaga sekolah."Om Anda!" teriak Naya saat melihat pamannya berjalan ke arah dia duduk."Maaf, Om, telat jemptnya," ujar Andara sambil mengusap pelan kepala Naya. Gadis itu hanya tersenyum."Pak, kalau saya atau ibu Naya belum jemput, tolong titip Naya, ya, kalau ada yang jemput selain kamu berdua jangan dikasih, telepon saya atau ibunya dulu," pesan Andara pada penjaga sekolah sebelum mereka pulang.Andara memperhatikan sekitar sekolah, mungkin saja pria misterius itu berada di sana dan mengintai Naya juga. Namun, tidak ada tanda-tanda orang tersebut di sana, tetapi tiba-tiba Naya berkata jika ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh saat menunggu jemputan."Naya liat di mana?" tanya Andara sebelum mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 39

    Dua orang misterius yang membawa Bimo itu berhanti di jalanan sepi dekat persawahan. Mereka melemparkan Bimo di tepi sawah."Jangan pernah lagi datang ke sana dan mengganggu keluarga Laila." Salah satu pria memperingatkan Bimo, lalu mereka pergi meninggalkan mantan suami Laila itu dalam keadaan babak belur.Bimo meringis kesakitan akibat pukulan dari orang-orang yang tidak dikenalnya itu. Ia terkulai lemas sambil memandangi kedua orang itu pergi menjauh.Sedangkan pria yang satunya, terus melajukan sepeda motor hitam sampai ke sebuah gedung kosong di sekitar kampung Laila. Ia berhenti di depan banguan tua itu, lalu masuk dan menemui 2 orang yang melemparkan Bimo di tepi sawah tadi.Dua pria misterius itu melaporkan bahwa Bimo sudah mereka bereskan dengan aman. Pria itu hanya mengangguk mendapat laporan dari rekannya. Ia pun mengeluarkan ponsel dan mengirim sebuah pesan.[Semua aman, Bos. Bimo sudah kami singkirkan.][Pastikan semuanya aman, jangan sampai ada yang curiga, termasuk Anda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 40

    "Lu g i l a, ya? Maksud lu ngirim orang buat ngintai keluarga mereka apa?" teriak Rossa pada seseorang yang ia telepon. "...." "Gue gak mau tau, apapun alasan lu, gue gak mau keluarga mereka sampai kenapa-kenapa. Lu tau, kan, gimana baiknya mereka sama kita?" "...." "Ya, gak gini juga cara balas budi lu. Gue tau, iya, gue tau, tapi ...." Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh orang di seberang sana. "Hallo ... hallo ...! S i a l!" Rossa pun mengetik sebuah pesan pada orang tersebut. [Lu harus hati-hati, jangan sampai lu dan anak buah lu ketahuan. Gue gak mau terlibat lagi.] Rossa pun mengirim pesan tersebut. *** Pukul 09.00 malam, Andara tiba di rumah setelah mengantar Rossa. Laila yang membukakan pintu langsung memborongnya dengan pertanyaan. "Sudah ketemu Beben?" Andara hanya mengangguk sambil terus berjalan ke arah kamarnya. Laila yang mengikuti dari belakang terus saja bertanya, "Udah ada kabar dari Beben?" Andara membalikkan badan dan menatap kakaknya. "Kak, aku bar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 41

    Laila masih bergeming ketika pria tersebut pegi. Hal yang dibisikan orang itu masih terdengar jelas di telinganya. Saat tersadar, Laila cepat-cepat membereskan dagangannya dan masuk ke dalam. Andara yang baru saja keluar dari kamar terdiam di ambang pintu melihat sang kakak dengan tatapan bingung."Ada apa?" tanya Andara sambil mencekal lengan Laila saat lewat di depannya."Barusan ..., barusan ada orang asing yang ...."Laila gagap dan terlihat bingung."Siapa, Kak!" sungut Andara khawatir.Mendengar adiknya sedikit menaikkan suara, Laila langsung menceritakan bahwa ada orang asing yang makan di warungnya. "Dia bilang, kita harus hati-hati dan jangan keluar rumah sendirian. Dia juga menyelipkan kerta yang bertuliskan ini." Laila menyerahkan kertas kecil yang sudah kusut karena diremas olehnya kepada Andra."Aku selalu mengawasimu." Andara membaca isi tulisan itu. "Ini ancaman atau peringatan?" ujar Andara lalu menatap Laila."Kakak gak tau, pokoknya kita harus hati-hati, kayaknya oran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 42

    Andara terkejut mendengarnya. Dari cela pintu yang terbuka sedikit, ia bisa melihat ada 3 orang pria berpakaian serba hitam yang sering ia lihat di sekitar rumah. Andara mencoba pergi dari sana, tetapi tanpa sengaja ia menginjak sesuatu dan menimbulkan suara."Siapa?" teriak salah satu pria.Dengan detak jantung yang memburu, cepat-cepat Andara berlari keluar. Namun ketiga pria itu melihatnya dan mengejar Andara.Salah satu dari mereka berhenti dan mengeluarkan ponsel, lalu mengirim pesan ke pada Bos mereka.[Bos, kami ketahuan Andara.] Pesan terkirim.Tidak lama kemudian masuk pesan balasan. [Bo do h!]Lalu ponselnya berdering. "Maaf, Bos, kami gak tau kalau dia sampai ke sini. Kami akan segera menangkapnya.""Jangan dikejar, biarkan saja. Jangan kalian apa-apakan dia." Suara di seberang telepon itu memperingatkan."Baik, Bos." Pria itu pun bersiul memanggil kedua rekannya yang mengehar Andara.Kedua pria itu menoleh, saat melihat kode dari pria satunya, mereka pun kembali ke markas.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 43

    "Oma gak boleh ke sini!" tiba-tiba Naya datang bersama Rossa."Naya ...." Laila dan Ratna terkejut saat Naya melarang sang nenek untuk datang ke rumah mereka. "Gak boleh ngomong gitu sama Oma, Nak." Laila mendekati Naya berjongkok di depan gadis kecil itu."Gak boleh! Pokoknya Oma gak boleh ke sini! Oma sama Ayah jahat!" Naya berlali ke dalam meninggalkan mereka sambil menangis."Maafin Naya, ya, Ma. Dia kaget karena udah lama gak ketemu Mama.""Kak, maaf tadi aku jemput Naya. Kebetulan lewat sana dan lihat anak-anak udah pulang," sela Rossa yang sejak tadi berdiri melihat adegan penolakan Naya.Laila hanya mengangguk, "Makasih, ya, Ros.""Aku masuk dulu, ya, Kak."Laila kembali mengangguk. Rossa pun segera masuk karena canggung dengan keadaan di sana.Ratna yang mendengar penolakan Naya hanya diam tertunduk."Mama jangan sedih, ya. Nanti Laila bicara sama Naya.""Gak apa, kok, La. Mama yang salah, selama ini Mama gak pernah kasih rasa sayang sama dia.""Gak, kok, Ma. Jangan merasa ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 70

    Di pintu keberangkatan internasional, Aminah, Rossa, dan Andara mengantar kepergian Laila dan Gio yang akan terbang ke Turki."Jaga diri baik-baik di sana, ya!" seru Aminah dengan mata berkaca-kaca."Iya, Bu. Jangan khawatir, kami akan baik-baik saja," balas Laila, tersenyum lembut.Sementara itu, Naya yang berada dalam pelukan Gio tak kalah antusias melambaikan tangan. Wajah gadis kecil itu berseri-seri, matanya berbinar penuh kegembiraan."Bunda, kita liburan ke luar negeri lagi, ya?" tanya Naya penuh semangat.Laila mengangguk, mengusap lembut rambut putrinya. "Iya, Sayang. Ini perjalanan spesial buat kita.""Bro, jangan lupa pulang bawa jagoan buat temen gue gelut," bisik Andara sambil tertawa."Tenang, gue udah bawa jamu yang banyak," balas Gio santai. "Oh iya, nanti aku bawain sesuatu yang spesial buat pernikahan kalian," lanjutnya, melirik Rossa yang tersenyum malu.Setelah berbicara sebentar, mereka bertiga masuk ke dalam area pemeriksaan. Aminah, Rossa, dan Andara melambaikan

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 69

    Jhon membungkukkan tubuh saat memasuki ruang makan, di mana Gio dan Laila sedang menikmati sarapan mereka."Semua dokumen sudah siap, Tuan. Hari ini isbat pernikahan Tuan dan Nyonya akan dilakukan di Pengadilan Agama," lapor Jhon dengan sopan.Gio meletakkan sendoknya, lalu menatap Laila sambil menyentuh tangannya. "Sayang, hari ini kita akan meresmikan pernikahan kita. Kamu siap?"Senyum dan binar bahagia terpancar dari wajah Laila. Ia mengangguk mantap."Kabari Ibu dan Andara, kita akan menjemput mereka," lanjut Gio."Baik, Mas."Di ruang sidang Pengadilan Agama, Gio dan Laila duduk berdampingan. Pengacara Gio sudah menyiapkan semua dokumen agar proses berjalan lancar.Setelah mendengar kesaksian mereka, hakim akhirnya mengetuk palu."Dengan ini, pernikahan saudara Gio dan Laila dinyatakan sah secara hukum negara. Buku nikah akan segera diterbitkan."Laila menghela napas lega. Tangannya digenggam erat oleh Gio, seolah meyakinkan bahwa semua ini nyata. Kini mereka telah sah, bukan ha

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 68

    Laila menatap Gio dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia kini mengerti betapa berat beban yang selama ini dipikul oleh suaminya. Dengan suara yang bergetar, ia berkata, "Pasti berat banget kamu bertahan selama ini, ya, Mas? Maaf ... aku sudah marah-marah sama kamu dan gak ngerti perasaan kamu."Gio tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya untuk membelai pipi Laila dengan lembut. "Kamu gak perlu minta maaf, Sayang. Aku paham, kamu hanya ingin kejujuran dan kepastian. Aku yang salah karena menutupi semuanya darimu," ucapnya lirih.Air mata Laila jatuh tanpa bisa ia tahan. Dengan perlahan, ia melingkarkan tangannya di leher Gio, memeluknya erat seakan ingin menyalurkan seluruh perasaannya. "Aku hanya ingin kamu percaya padaku, Mas. Aku ingin jadi bagian dari hidupmu, sepenuhnya," bisiknya.Gio membalas pelukan itu lebih erat, membenamkan wajahnya di bahu Laila, menghirup aroma tubuhnya yang selalu membawa ketenangan. "Selama ada kamu di sampingku, semuanya akan baik-baik saja," ucapny

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   67

    Malam itu, Gio duduk di teras rumah sederhana, menatap langit yang bertabur bintang. Udara segar dari pepohonan di sekitar terasa menyejukkan, diiringi suara jangkrik yang bersahutan. Begitu berbeda dengan suasana rumahnya di kawasan elit. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menghela napas berat. Pikirannya dipenuhi semua perkataan Laila. Baru menikah, tapi ia sudah menghadapi ujian besar.Rasa bersalah dan penyesalan menggelayut dalam hatinya. Rahasia yang selama ini ia simpan kini menjadi bumerang dalam rumah tangganya. Ia ingin jujur, tapi di saat yang sama, ia belum siap. Bagaimana jika setelah ia mengungkapkan segalanya, Laila justru semakin membencinya dan benar-benar pergi? Bayangan itu terus menghantuinya.Tiba-tiba, kursi di sebelahnya bergeser. Rossa menariknya dan duduk, menghela napas panjang sebelum berbicara."Capek, ya, Mas?" sapanya mencoba mencairkan suasana.Gio membuka matanya yang sempat terpejam, menoleh ke arah Rossa. "Sedikit," jawabnya singkat."Sampai kapan lu

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 66

    Gio menangkap bayangan di balik pintu. Seketika matanya menyipit, lalu memberikan isyarat kepada Jhon untuk menghentikan pembicaraan.Ia berbalik, melangkah pelan menuju pintu.Di luar, Laila tersentak saat melihat suaminya bergerak ke arahnya. Panik, ia segera membalikkan badan, berusaha pergi sebelum ketahuan. Namun, ia kalah cepat. Sebelum sempat melangkah lebih jauh, tangan Gio mencengkeram pergelangannya dengan kuat."Laila," suara Gio terdengar dalam dan berat.Laila menelan ludah, jantungnya berdetak tak beraturan. Perlahan, ia berbalik, menatap suaminya yang berdiri tegak di depannya."Sejak kapan kamu di sana?" suara Gio terdengar tajam, mencurigai.Sekilas, rasa takut menyelimuti Laila, tetapi ia segera menguasai dirinya. Dengan cepat, ia menepis tangan suaminya, menatapnya penuh selidik."Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas?" suaranya bergetar, tetapi nadanya penuh penuntutan.Mata Gio tetap mengunci pandangan istrinya. "Kamu mendengar semuanya?""Jawab aku, Mas!" Laila se

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 65

    Sudah lebih dari seminggu Laila dan Naya berada di Italia bersama Gio. Selama di sana, mereka tidak hanya menikmati keindahan Verona, tetapi juga menjelajahi berbagai kota dengan pesona yang memukau—Venezia dengan kanal-kanalnya yang romantis, Florence yang penuh seni, hingga pesona pedesaan di Tuscany yang begitu tenang. Bagi Naya, perjalanan ini terasa seperti dongeng. Bocah itu selalu ceria, berlarian di antara bangunan bersejarah, menikmati gelato di bawah sinar matahari sore, dan tertawa lepas saat melihat burung merpati beterbangan di Piazza San Marco. Sementara itu, Laila menyimpan perasaan campur aduk. Ada kebahagiaan saat melihat Naya begitu senang, tetapi juga ada kepedihan di sudut hatinya. Hidup yang tenang seperti ini terasa asing baginya, berbeda jauh dari kenyataan yang selama ini ia jalani. Namun, ia tetap menjaga kebahagiaan di depan Naya. Sesekali ia membagikan momen-momen itu di media sosial, memperlihatkan senyum tulus Naya yang bercahaya dalam setiap foto. Namun

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 64

    Gio duduk di kursinya, menatap Jhon yang berdiri di hadapannya dengan ekspresi serius.“Bagaimana dengan Sintya?” tanyanya datar.Jhon menunduk sedikit sebelum menjawab, “Sesuai perintah, kami memperlakukannya dengan baik. Anda ingin bertemu dengannya, Tuan?”Gio mengangguk tanpa ragu. Jhon pun memberi isyarat agar ia mengikutinya.Saat mereka keluar dari ruang kerja, tanpa sengaja Laila melihat keduanya berjalan melewati ruang tengah, tetapi bukannya masuk, mereka berbelok ke arah lain. Laila mengernyit, memperhatikan langkah mereka yang berhenti di depan sebuah dinding kayu. Namun, bukan sekadar dinding biasa—ada sesuatu yang tersembunyi di sana.Jantungnya berdegup lebih cepat saat melihat Jhon menarik sebuah pajangan di rak, dan tiba-tiba, sebuah pintu tersembunyi terbuka.Laila menahan napas. Tangannya refleks menutup mulutnya agar tidak bersuara. Ketika Gio dan Jhon menghilang di balik pintu itu, ia mendekat perlahan. Tangannya meraba pajangan yang tadi disentuh Jhon, dan dengan

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 63

    "Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Mas?" tanya Laila penuh curiga. Gio terdiam. Otaknya berputar cepat, mencari alasan yang tepat agar Laila tidak semakin curiga. "Aku melihat semuanya, Mas." Laila menatap tajam. "Aku melihat Mas dan Jhon keluar rumah bersama beberapa pengawal. Apa yang sebenarnya Mas lakukan? Kenapa baju Mas penuh darah? Siapa Mas sebenarnya?" Gio menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. "Sayang, dengarkan Mas dulu." Ia mencoba merangkul Laila, tetapi wanita itu menghindar. "Jelaskan, Mas!" "Semalam Mas ada panggilan mendadak. Salah satu karyawan mengalami kecelakaan, jadi Mas harus segera ke Turin." Laila menatapnya tajam, mencoba menangkap kebohongan jika ada. "Kamu gak bohong, 'kan, Mas?" "Tentu, Sayang." "Lalu, darah ini dari mana?" "Mas menolong mereka yang kecelakaan dan harus membawa mereka ke rumah sakit. Maaf Mas gak bilang, Mas takut ganggu tidur kamu." Gio akhirnya berhasil meraih Laila dalam pelukannya. Perempuan itu tidak

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 62

    "Kalian istirahat aja duluan, Mas masih ada pekerjaan," ujar Gio.Laila, yang sedang menemani Naya di tempat tidur, hanya terdiam. Tadinya ia berpikir malam ini akan menjadi malam pertama yang istimewa bagi mereka, tetapi lagi-lagi Gio tampak tidak peduli. Bukannya bersama istrinya, pria itu justru memilih keluar tanpa banyak bicara.Laila hendak bertanya, tapi mengurungkan niatnya. Ia takut hal itu hanya akan membuat Gio semakin menjauh. Akhirnya, ia memilih diam dan membiarkan suaminya pergi.Laila menghela napas saat pintu tertutup. Ia menatap wajah putrinya yang mulai terpejam, lalu membelai kepalanya dengan lembut. "Selamat tidur, Sayang," bisiknya pelan.***Di bagian lain vila, yang tersembunyi di balik perpustakaan, Gio dan Jhon berkumpul di ruang taktis yang telah lama ia siapkan. Ruangan itu minim cahaya, hanya diterangi lampu meja dan layar monitor besar yang menampilkan peta elektronik. Beberapa senjata tersusun rapi di rak besi di sudut ruangan, bersama peralatan komunika

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status