Nayla dan Beca diam-diam mengambil motor matic di bagasi rumah. Nayla menggendong tasnya. Beca sudah berganti baju, memakai kaus oblong dan celana training milik Nayla. Padahal dia sudah berdandan dan memakai dress casual untuk pergi dengan Bagas.
"Lo liatin Maps, perhatiin bener-bener. Awas salah, bisa nyasar kalau lo salah ngasih petunjuk." Nayla memperingatkan. Dia membawa motor dengan kecepatan 30/km.
"La, 50 meter lagi belok kanan." teriak Beca di jalan raya.
Nayla mengikuti arahan Beca. Nayla lupa kalau dia itu punya penyakit buta arah. Kanan bisa ke kiri. Kiri bisa ke kanan.
"Habis lampu merah ini, belok kiri," ucap Beca sambil melihat Maps di handphone.
"Okay." Nayla menahan keseimbangan motor dengan kakinya. Sebenarnya
Para alumni menatap langit dengan wajah muram. Mereka batal mendaki gunung, Kang Deni menyayangkan prediksi cuacahnya terpeleset. Mereka akhirnya menyewa vila di dekat daerah itu. Hari semakin gelap. Raka duduk menikmati kopi hangatnya, wajahnya sedikit kesal. Di sampingnya Doni sedang asyik memfoto Tina, tanpa sepengetahuan gadis itu. "Lo bisa dilaporin polisi ambil foto tanpa izin tau," ujar Erga menatap Doni yang sok tidak perduli. "Kemarin gue liat dia like foto Instagram Tina, dari bawah sampe atas. Dilike semua." Mike berdecak. Erga tertawa sinis mendengar itu. "Banci banget lo! Samperin gih kalau suka." Kata Erga. "Dia suka sama lo Raka, gue mah tau diri aja," balas Doni menyimpan ponselnya. "Kira-kira Nayla lagi apa ya?" ucap Doni melirik Raka. Raka mengerutkan da
"Masi kuat?" tanya Reno melihat Nayla seperti kelelahan berjalan. "Kuat kok," jawab Nayla, ada perasaannya yang berkecamuk. Sampai di vila Nayla mendapatkan pandangan sinis dari Ellena dan anggota wanita yang lain. Tina juga tidak seberapa suka melihat kedatangan Nayla. Hanya Rangga yang masih mensyukuri kedatangan mereka dengan selamat. "Jadi cewek murahan banget sih? Ngapain lo nyamperin cowok, gatel lo? Sini biar gue garuk sekalian dengan muka lo." Kalau bukan sedang di hutan, mungkin ucapan Ellena lebih parah lagi. Abel menarik tangan Ellena untuk tidak menyentuh Nayla yang mematung di depan mereka. Cewek itu terlihat kelelahan membuat Abel kasihan. "Mendingan kita ke api unggun, anak-anak udah pada nungguin," ajak Abel. "Tugas
Sudah beberapa waktu yang lalu saat Raka mengambil ciuman pertama Nayla. Rasanya baru kemarin, mengingatnya saja pipi Nayla merona. Cewek itu menatap kepala sekolah dengan mata kosong. Suara pidato kepala sekolah yang bertele-tele itu terdengar seperti alunan musik di telinga Nayla. "Saya himbau semua murid pastikan mengikuti peraturan sekolah dengan sebaik-baiknya." Pak Bakri menatap seluruh siswa di depannya dengan semangat. Namun, kebanyakan siswa melotot tapi arwah sudah pergi entah kemana. "La..." panggil Beca di sampingnya dengan nada pelan. Berulang kali Beca memanggil, gadis itu tetap mengawang-awang, Beca mencubit tangan Nayla. "Auhh! Sakit Becak!" maki Nayla, pelan dan tajam. Cubitan pedas Beca membuyarkan lamunannya. "Dari tadi gue panggil nggak denger. Melamun lo ya? Sepatu lo bego! N
Setelah upacara selesai Nayla langsung menghadap Bu Maya di ruang guru. Tampak beberapa guru sedang berbincang dengan tamu mereka. Matanya tertuju pada sepasang suami istri yang berpakaian formal dan elegan itu. Wanita paruh baya itu tersenyum padanya saat mata mereka bertemu, sangat anggun dan laki-laki paru baya itu juga terlihat berwibawa. Nayla menunduk saat wanita itu melihat sepatunya. Dengan malu-malu Nayla berjalan ke arah Bu Maya. "Kamu lagi, kamu lagi! Saya sampai hapal. Hari ini kamu saya biarkan, karena sekarang ada tamu. Sana kembali ke kelas. Ini terakhir peringatan dari saya buat kamu." Peringatan keras dari Bu Maya. "Makasih Bu. Permisi." Nayla menunduk dengan lemas. 'Kamu lagi, kamu lagi' serasa dirinya si biang onar. Nayla mengumpat dalam hati. Untung ada tamu
Bagas masuk ke dalam kamar Nayla setelah mengetuk pintu berulang kali baru adiknya itu bersuara. Ternyata Nayla sibuk mengobrak-abrik seisi lemari mencari dress yang cocok untuk dipakai. "Kata Beca lo mau ke party ya?" tanya Bagas yang tidak direspon adiknya, "Udah bilang Mama sama Papa belum lo? Gue anterin ya, sekalian mau jalan sama Beca." Nayla menarik nafas melihat Bagas, "Beca lo jadiin spy ya? Selalu aja lo tau urusan gue." Bagas tertawa mendengar ucapan Nayla. "Gak usah ka Bagas. Gue nggak mau ganggu acara kalian," sahut Nayla yang masih memilih dress. Tadinya Nayla juga mengajak Beca, tapi karena udah janjian sama Bagas. Beca menolak, dengan dramanya. "Lo pergi sendiri?" Bagas masih belum puas. "Nggak. Rangga yang jemput." "Yakin pergi sama Ran
Suara music dan lampu yang berkedip-kedip membuat club itu semakin gemerlap, salah satu yang mencerminkan dunia malam, hiruk-pikuk dunia malam semakin menjadi saat DJ dan alkohol sudah menyatu."La! Pokoknya lo jangan macem-macem di sini, soalnya gue yang disuruh tanggungjawab sama bonyok lo," ucap Rangga memperingati Nayla sambil masuk."Iya bawel!"Mata Nayla membesar, kepala reflek mengikuti alunan music. Nayla dan Rangga masuk diantara kerumunan manusia yang lagi asyik bergoyang. Ini pertama kali Nayla melihat suasana seperti ini. Tiba-tiba matanya tertuju pada DJ cantik yang sedang bermain di atas panggung. Semakin dilihat semakin Nayla merasa mengenali wajah itu."LA! DJ-NYA TINA? ITU TINA KAN?" ujar Rangga yang duluan sadar kalau DJ itu Tina. Nayla tertegun, selama ini ternyata banyak yang tidak diketahui Nayla. Sebagai sahabat Tina. Sangat mengejutkan Tina benar-benar lincah. Nayla bangga punya tem
"Boleh kenalan nggak? Lo anak kuliah? Muka lo babyface banget kalau anak kuliah," ucap Barry, dari tadi ia tidak melepaskan pandangannya dari Nayla.Nayla tidak menjawab. Ia merasa risih dengan tatapan menyebalkan cowok di sebrangnya itu. Namun saat Nayla mengalihkan pandangannya, Raka sudah berjalan ke arahnya dengan pandangan tajam dan tidak suka. Membuat jantung Nayla tidak tenang."Biasa aja mata lo boy! Dia cewek gue," ucap Raka, kini ia sudah berdiri di depan mereka."Oh, sorry Rak. Gue nggak tau." Barry menelan ludah melihat tatapan tajam Raka. Lalu memegang lehernya. Ia berjalan meninggalkan mereka, karena sayang lehernya.Nayla memberanikan diri menatap Raka. Bibirnya keluh, tak berani berucap. Beginikah cara Doni memberikan surprise. Kenapa suasananya jadi horor."Siapa yang nyuruh kamu dateng?" tanya Raka dengan tidak suka
"Heh! Jangan kurang ajar ya!" teriak Ellena pada cowok yang menyentuh pinggangnya. Ellena berhenti menari menatap penuh kemarahan pada Roy yang mulai berlaku kurang ajar, mungkin Roy sudah terpengaruh dengan alkohol.Tak menghiraukan dengan teriakan Ellena, Roy kembali menyentuhnya dan memaksa untuk menari bersama. Ellena punya body yang sangat membuat Roy tidak tahan untuk mendekati. Bibir merah yang seperti di filter itu membuat Roy semakin bernafsu.Ellena sudah menjauh dari pandangan Roy. Tapi cowok itu tetap saja mengikuti.Roy semakin hilang sadar saat Ellena berdiri, lekukan tubuhnya mengikuti dress mini. Mata Roy liar memandangi setiap bagian tubuh Ellena yang membuatnya bergairah.Tangan kanannya bergerak begitu saja menyentuh bagian paha Ellena, bagian yang mulus dan putih itu seakan menyapa matanya yang genit."Anjing! Lo jangan kurang ajar Roy!"Jeritan Ellena
Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da
Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."
"Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl
Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama
Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu
"Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife
Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep
Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke
"Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te