“Kau sudah pulang?”Nathan menatap Aubree yang baru saja masuk ke dalam kamar. Tampak Nathan memperhatikan Aubree lekat-lekat. Pun Nathan meletakan iPad yang ada di tangannya ke atas meja. Nathan memang sengaja menunggu Aubree di kamar. Padahal Nathan ingin menjemput Aubree, tetapi Aubree menolaknya. Wanita itu mengatakan sebentar lagi akan pulang. Sebenarnya, jauh dari dalam lubuk hati Nathan, dia mencemaskan Aubree.“Iya, Nathan. Aku baru pulang. Maaf membuatmu menunggu lama.”Aubree mendekat pada Nathan. Wanita itu meletakan tas dan ponselnya ke atas meja. Lantas dia duduk di pangkuan Nathan. Membenamkan wajahnya di leher Nathan. Terlihat Nathan sedikit terkejut kala tiba-tiba Aubree duduk di pangkuannya. Namun keterkejutannya hanyalah sebentar. Refleks, Nathan segera membenarkan posisinya agar jauh lebih nyaman.“Apa kau sudah makan?” Nathan mengusap-usap punggung Aubree.“Aku sudah makan. Tapi aku ingin makan pasta buatanmu lagi. Boleh tidak?” Aubree menatap Nathan dengan tatapan
Aubree menatap layar ponselnya; terdapat dua panggilan tak terjawab dari Joseph. Entah ada apa adik iparnya itu menghubunginya. Aubree enggan untuk berbicara memilih untuk mengabaikan panggilan dari Joseph. Pagi ini Aubree sengaja berangkat lebih pagi. Bukan karena memiliki pekerjaan. Aubre hanya ingin duduk di ruang kerjanya. Aubree ingin sekali meyendiri. Dikala emosi tersulut dan letupan amarahnya nyaris meledak. Aubree memilih untuk menjauh dari Nathan. Aubree takut kalau emosinya akan membuat dirinya semakin tak disukai oleh Nathan.“Nyonya Aubree?” Elida—asisten Aubree melangkah mendekat pada Aubree.“Ada apa?” tanya Aubree dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Tatapannya menatap dingin Elida yang mendekat padanya.“Nyonya, tadi Nyonya Delina datang ke kantor karena memiliki meeting. Beliau menanyakan keberadaan Anda, Nyonya. Tapi saya hanya jawab Anda sedang sibuk,” ujar Elida melaporkan.Aubree terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Elida. Sejak di mana ibunya marah, mem
Gelegar petir membelah langit. Kilatnya begitu mengerikan bagi banyak orang yang takut akan petir. Malam itu jalanan di Manhattan pun mulai sepi. Hujan turun begitu deras membasahi bumi. Jika semua orang banyak takut dengan gelegar petir, lain halnya dengan Aubree. Wanita itu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh membelah kota Manhattan. Lampu mobil beserta lampu jalan membantu mobil Aubree yang melalui jalan tersebut.Derai air mata Aubree tak henti-hentinya berlinang deras bersamaan dengan hujan turun. Tangis yang terdengar begitu pilu dan menyakitkan. Benak Aubree memikirkan tentang apa yang dikatakan oleh Nathan. Tak pernah Aubree sangka kalau Nathan akan mengakui mencintai Kylie di hadapannya. Hancur. Bagaikan sebuah benda yang pecah berkeping-keping.Aubree memukul-mukul setir mobilnya seraya berteriak keras. Tangisnya pecah bersamaan dengan suara jeritannya. Dada Aubree terasa begitu sesaak. Luapan amarah dan emosinya tak tertahan. Lagi dan lagi tak ada yang menginginkannya
“Ini untukmu.” Joseph memberikan teh hangat untuk Aubree. Lalu dia duduk tepat di samping Aubree. Tampak Joseph sejak tadi tak henti-hentinya melihat wajah pucat Aubree. Tak perlu banyak bertanya, Joseph sudah tahu Aubree memiliki masalah besar. Hanya saja sejak tadi Aubree tak mau mengatakan tentang masalah yang menimpa wanita itu.“Terima kasih, Joseph.” Aubree menerima cangkir yang berisikan teh hangat pemberian Joseph. Lantas dia menyesap teh hangat itu perlahan. “Ini apartemenmu?” tanyanya seraya memegang cangkir teh itu. Hangat yang tersalurkan dari cangkir telah menjalar ke tubuhnya yang dingin akibat terkena guyuran air hujan.Joseph menganggukan kepalanya. “Iya, ini apartemenku. Tidak ada yang tahu apartemenku. Baik itu keluargaku atau temanku. Ini apartemen pribadiku. Biasanya jika aku sedang memiliki masalah atau hal yang membebani pikiranku; aku akan ke apartemen ini.”Joseph membawa Aubree ke salah satu apartemen pribadinya yang cukup jauh dari pusat kota. Apartemen yang
“Sialan!” Nathan mengumpat kasar kala nomor ponsel Joseph tidak aktif. Emosi Nathan tersulut. Benaknya memikirkan tentang Aubree yang tengah bersama dengan Joseph. Umpatan terus lolos dari mulutnya. Rahang pria itu mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Bisa-bisanya adiknya berani membawa istrinya tanpa izin darinya.Nathan mondar mandir tidak jelas di dalam kamarnya. Pria itu berusaha melacak GPS ponsel Aubree dan Joseph tapi semua itu gagal karena ponsel mereka sama-sama tak aktif. Pun Nathan tidak bisa sembarangan melacak GPS di mobil adiknya, karena tentu saja adiknya sangat waspada. Jalan satu-satunya saat ini adalah melacak CCTV di jalanan. Hanya itu yang bisa Nathan lakukan. Namun hingga detik ini Cedric—asistennya tak kunjung kembali.Nathan meremas rambutnya kuat. Wajahnya terlihat begitu cemas dan panik. Berkali-kali Nathan berusaha untuk tenang tapi nyatanya dia tetap tak bisa. Tak dipungkiri yang Nathan pikirkan adalah terjadi sesuatu pada Aubree. Mengingat adik laki-la
“Nyonya Aubree. Ini makanan Anda. Jangan sampai telat makan, Nyonya. Nanti Tuan Nathan marah. Beliau sangat mencemaskan Anda.”Seorang pelayan meletakan makanan yang tadi telah dia bawa ke atas meja. Lantas pelayan itu segera pamit undur diri dari hadapan Aubree. Sedangkan Aubree duduk di sofa seraya memeluk lututnya. Tampak sorot mata Aubree kosong, menatap lurus ke depan. Wajah Aubree terlihat sangat muram.Sesaat, Aubree melihat makanan yang ada di atas meja. Wanita itu tak menyentuh sedikit pun makanan yang ada di hadapannya. Hanya menatap dengan pandangan kosong. Dan … tiba-tiba, sesuatu muncul dalam benak Aubree. Suatu hal di mana dirinya akan merasa jauh lebih tenang.Aubree bangkit berdiri. Wanita itu mengunci pintu kamarnya. Detik selanjutnya, Aubree mengambil kotak obat yang ada di dalam tasnya. Menatap sebentar obat itu. Lalu dia mengeluarkan semua obat yang ada di kotak itu dan langsung meminum semua obat itu.Seketika tubuh Aubree tak sanggup berdiri. Pandangannya buram.
“Nyonya Aubree mengalami gangguan mental, Tuan.”Tubuh Nathan membatu mendengar apa yang dikatakan oleh sang dokter. Sepasang iris mata cokelat Nathan melebar menunjukan jelas keterkejutannya. Otak Nathan blank seketika nyaris tak mampu merangkai kata.“Gangguan mental? Bagaimana mungkin? Istriku baik-baik saja!”Nathan menjawab dengan nada penuh penenakanan. Pria itu meyakinkan dirinya sendiri kalau Aubree baik-baik saja. Walau tak dipungkiri kecemasan melanda Nathan. Tidak. Bukan hanya cemas tapi rasa takut, panik, khawatir telah melebur menjadi satu. Benak Nathan terus memikirkan tentang kesehatan Aubree.“Tuan Nathan, saya tidak bisa memberikan jawaban secara lengkap karena ini bukan bidang saya. Tapi obat yang dikonsumsi oleh istri Anda adalah obat yang sering digunakan untuk orang yang mengalami depresi berat. Mungkin lebih lengkapnya Anda bisa berbicara dengan psikiater yang menangani istri Anda.” Sang dokter berucap memberi saran.Nathan terdiam beberapa saat. Napasnya membera
Pelupuk mata Aubree mulai bergerak. Perlahan mata wanita itu mulai terbuka. Dan ketika mata Aubree sudah terbuka, dia melihat dirinya berada di sebuah ruangan putih. Wanita itu mengerutkan kening bingung. Namun, beberapa detik selanjutnya Aubree menyadari dirinya berada di rumah sakit bertepatan dengan aroma khas rumah sakit telah menyeruak ke indra penciumannya.Kini Aubree mengalihkan pandangannya ke samping ketika dirinya merasakan tangan kanannya seperti tertindih seseuatu. Tampak raut wajah Aubree berubah melihat Nathan yang tertidur di sisi kanannya.Aubree menghela napas panjang. Sejenak, ingatan Aubree mulai tergali alasan dirinya berada di rumah sakit. Ya, Aubree mengingat dengan jelas kalau dirinya berusaha bunuh diri dengan meminum semua obat miliknya. Kali ini Aubree harus menelan kekecewaan. Aubree pikir dirinya akan mati. Tapi ternyata tidak. Dia masih bisa menghirup udara dengan hati yang masih hancur berkeping-keping.Napas Aubree mulai memberat. Hatinya kembali merasa
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d