“Nyonya Aubree. Ini makanan Anda. Jangan sampai telat makan, Nyonya. Nanti Tuan Nathan marah. Beliau sangat mencemaskan Anda.”Seorang pelayan meletakan makanan yang tadi telah dia bawa ke atas meja. Lantas pelayan itu segera pamit undur diri dari hadapan Aubree. Sedangkan Aubree duduk di sofa seraya memeluk lututnya. Tampak sorot mata Aubree kosong, menatap lurus ke depan. Wajah Aubree terlihat sangat muram.Sesaat, Aubree melihat makanan yang ada di atas meja. Wanita itu tak menyentuh sedikit pun makanan yang ada di hadapannya. Hanya menatap dengan pandangan kosong. Dan … tiba-tiba, sesuatu muncul dalam benak Aubree. Suatu hal di mana dirinya akan merasa jauh lebih tenang.Aubree bangkit berdiri. Wanita itu mengunci pintu kamarnya. Detik selanjutnya, Aubree mengambil kotak obat yang ada di dalam tasnya. Menatap sebentar obat itu. Lalu dia mengeluarkan semua obat yang ada di kotak itu dan langsung meminum semua obat itu.Seketika tubuh Aubree tak sanggup berdiri. Pandangannya buram.
“Nyonya Aubree mengalami gangguan mental, Tuan.”Tubuh Nathan membatu mendengar apa yang dikatakan oleh sang dokter. Sepasang iris mata cokelat Nathan melebar menunjukan jelas keterkejutannya. Otak Nathan blank seketika nyaris tak mampu merangkai kata.“Gangguan mental? Bagaimana mungkin? Istriku baik-baik saja!”Nathan menjawab dengan nada penuh penenakanan. Pria itu meyakinkan dirinya sendiri kalau Aubree baik-baik saja. Walau tak dipungkiri kecemasan melanda Nathan. Tidak. Bukan hanya cemas tapi rasa takut, panik, khawatir telah melebur menjadi satu. Benak Nathan terus memikirkan tentang kesehatan Aubree.“Tuan Nathan, saya tidak bisa memberikan jawaban secara lengkap karena ini bukan bidang saya. Tapi obat yang dikonsumsi oleh istri Anda adalah obat yang sering digunakan untuk orang yang mengalami depresi berat. Mungkin lebih lengkapnya Anda bisa berbicara dengan psikiater yang menangani istri Anda.” Sang dokter berucap memberi saran.Nathan terdiam beberapa saat. Napasnya membera
Pelupuk mata Aubree mulai bergerak. Perlahan mata wanita itu mulai terbuka. Dan ketika mata Aubree sudah terbuka, dia melihat dirinya berada di sebuah ruangan putih. Wanita itu mengerutkan kening bingung. Namun, beberapa detik selanjutnya Aubree menyadari dirinya berada di rumah sakit bertepatan dengan aroma khas rumah sakit telah menyeruak ke indra penciumannya.Kini Aubree mengalihkan pandangannya ke samping ketika dirinya merasakan tangan kanannya seperti tertindih seseuatu. Tampak raut wajah Aubree berubah melihat Nathan yang tertidur di sisi kanannya.Aubree menghela napas panjang. Sejenak, ingatan Aubree mulai tergali alasan dirinya berada di rumah sakit. Ya, Aubree mengingat dengan jelas kalau dirinya berusaha bunuh diri dengan meminum semua obat miliknya. Kali ini Aubree harus menelan kekecewaan. Aubree pikir dirinya akan mati. Tapi ternyata tidak. Dia masih bisa menghirup udara dengan hati yang masih hancur berkeping-keping.Napas Aubree mulai memberat. Hatinya kembali merasa
“Ajari aku, Nathan … ajari aku cara melupakanmu.”Tubuh Nathan mematung kala mendengar ucapan Aubree. Sepasang iris mata cokelat Nathan menatap Aubree yang sejak tadi tidak henti menangis. Lidah Nathan kelu. Otaknya blank seketika. Nathan melihat dengan jelas betapa hancur Aubree. Jantung Nathan seperti ingin berhenti berdetak mendengar permintaan Aubree.“Aubree—”“Tidak ada yang perlu kita perbaiki lagi, Nathan. Aku tahu kau tidak akan pernah mencintaiku. Tidak akan pernah. Sampai kapan pun yang kau cintai hanya Kylie. Kalau pun kita tetap bersama kau hanya kasihan padaku. Kau tahu aku mengalami gangguan mental. Lebih baik kita sudahi saja pernikahan kita. Aku akan berusaha melatih diriku untuk bisa tanpamu. Meski aku tahu itu sulit. Tapi aku akan tetap belajar, Nathan.” Aubree memotong ucapan Nathan. Wanita itu tak membiarkan Nathan menyelesaikan ucapannya. Air mata Aubree tak henti-hentinya berlinang. Wanita itu merasakan bahwa di sangat amat terluka.Nathan terdiam beberapa saat.
Sudah satu minggu Aubree berada di rumah sakit. Kondisi kesehatan Aubree mulai berangsur-angsur membaik. Tentu semua karena Nathan yang selalu setia di sisinya. Selama satu minggu ini Nathan menyerahkan semua pekerjaannya pada Cedric—asistennya. Nathan fokus pada pemulihan Aubree. Bagi Nathan saat ini kesehatan Aubree jauh lebih penting dari apa pun.Terakhir, psikiater yang menangani Aubree mengatakan pada Nathan kalau sekarang suasana hati Aubree stabil. Pun sang psikiater mengingatkan Nathan untuk tidak membahas apa yang menjadi masa lalu atau hal-hal yang telah lewat. Semua itu guna agar Aubree fokus pada apa yang ada di depan.Satu minggu ini, Nathan lebih sangat dekat dengan Aubree. Mereka sering menghabiskan menonton film bersama. Makan bersama. Dan masih banyak hal lainnya. Tentu semua itu telah memperbaiki kondisi mood Aubree secara perlahan. Tak ada masalah yang Nathan bahas. Nathan selalu menghindari hal-hal yang menjadi sumbu masalah di antara mereka.Sekitar dua hari lalu
“Nathan, besok apa kau akan bekerja?”Suara Aubree bertanya seraya mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Nathan. Kini Aubree dan Nathan tengah membaringkan tubuh mereka di ranjang. Waktu masih pukul sembilan malam. Baik Aubree dan Nathan masih belum ingin tidur. Mereka sejak tadi mengobrol dan menghabisi waktu bersama.“Besok kemungkinan aku akan bekerja dari rumah. Lusa aku baru akan ke kantor.”Nathan membelai pipi Aubree dengan lembut. Memberikan kecupan di bibir Aubree. Pun Aubree memejamkan matanya menikmati bibir Nathan yang berada di atas bibirnya.“Aubree,” panggil Nathan pelan dan hangat.“Hm?” jawab Aubree seraya menatap Nathan.“Aku minta kau jangan ke kantor dulu. Aku ingin kau lebih banyak beristirahat. Biarkan Elida yang mengerjakan pekerjaanmu.” Nathan berucap dengan nada pelan tapi tersirat tegas. Tentu Nathan belum mengizinkan Aubree mengurus pekerjaannya. Bukan tanpa alasan tapi Nathan ingin Aubree benar-benar pulih.Aubree menghela napas dalam. “Aku bosan di ruma
Nathan menginjak pedal gas, guna menambah laju mobilnya. Malam kian larut. Lampu jalanan serta lampu mobil membantu mobil Nathan yang sedang melaju di tengah malam kota Manhattan. Cuaca malam itu sangat cerah. Namun tidak dengan wajah Nathan. Terlihat jelas raut wajah kepanikan di wajah Nathan. Bahkan jelas Nathan menunjukan kegelisahan di wajahnya. Debar jantung pria itu berpacu keras. Benak Nathan hanya memikirkan tentang Kylie. Ada rasa penyesalan dalam diri Nathan karena menonaktifkan ponselnya. Harusnya Nathan ingat kalau Kylie tidak mungkin menghubunginya jika tidak ada hal yang penting. Nathan mengembuskan napas panjang. Ingatan Nathan baru mengingat kalau dia meninggalkan penthouse begitu saja tanpa meninggalkan pesan pada pelayan. Rasa panik sampai membuatnya lupa. Nathan yakin pasti Aubree akan mencarinya. Shit! Nathan mengumpati kecerobohannya. Harusnya dia meninggalkan pesan pada pelayan agar Aubree tidak cemas padanya. Sejenak, Nathan memikirkan solusi yang paling tepat
Nathan menatap Kylie yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lepas dari rasa cintanya yang dalam pada Kylie, Nathan merasa iba akan masalah yang terjadi di hidup Kylie. Nathan pikir Kylie telah hidup bahagia dengan suaminya. Tapi ternyata apa yang Nathan pikirkan semuanya salah. Hidup Kylie bahkan sangat menderita. Wanita itu menunjukan banyak senyuman di wajahnya di hadapan publik tapi kenyataan tak sesuai dengan apa yang terjadi.“Kau masih di sini?” Anders melangkah menghampiri Nathan yang berada didekat ranjang Kylie.Nathan melirik Anders tajam kala Anders menyapa dirinya. Aura wajah Nathan begitu dingin. Sorot matanya menatap Anders dengan tatapan tak suka dan terselimuti kebencian. Sedangkan Anders menanggapi tatapan tajam Nathan dengan santai. Tanpa ditanya, Anders tahu kalau Nathan masih menaruh hati pada Kylie.“Aku mengakui ini semua kesalahanku.” Anders mulai mengeluarkan suara. Nadanya terdengar begitu bersalah. “Tapi ini semua di luar apa yang aku rencanakan. Aku ya
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d