“Kylie?”Aubree terkejut kala melihat Kylie di hadapannya. Pun demikian dengan Nathan yang juga terkejut melihat Kylie. Tapi … tunggu … tatapan Nathan terhunus dingin pada luka yang ada di sudut bibir Kylie. Luka yang terlihat jelas kalau itu adalah luka pukulan. Memar bercampur dengan darah yang telah mengering. Aura wajah Nathan berubah menunjukan menahan emosi. Tatapan Nathan terselimuti kekhawatiran. Bahkan Nathan sampai lupa kalau Aubree berada di sampingnya.“Nathan? Aubree? Kalian di sini?”Senyuman hangat dan tersirat kerapuhan muncul di wajah cantik Kylie. Wanita itu menatap Aubree dan Nathan. Pun dia tak menyangka akan bertemu dengan Nathan dan Aubree. Dan tanpa disengaja tatapan Kylie jauh lebih lama menatap Nathan daripada menatap Aubree. Entah apa arti dari tatapan yang diisyaratkan oleh Kylie. Tetapi wanita itu memberikan tatapan lebih lama pada mata Nathan. Sesaat Kylie dan Nathan saling menatap dalam satu sama lain. Mereka hanyut akan tatapan yang telah mereka ciptakan
*Frank 47 West. 600 W 58th St, New York, NY 10019, Manhattan. Nyonya Kylie tinggal di unit apartemen nomor 76828 lantai 7.*Nathan menatap layar ponselnya yang tertera alamat baru Kylie yang dikirimkan oleh Cedric. Tampak pancaran mata Nathan terselimuti kecemasan dan ada rasa bersalah. Di sisi lain, Nathan tahu dirinya terpaksa harus membohongi Aubree. Kalau dirinya mengatakan yang sejujurnya maka yang ada hanyalah masalah. Nathan tahu emosi Aubree tak pernah terkendali. Istrinya itu bahkan kalau marah seperti orang yang tak waras sampai berteriak-teriak.Tatapan Nathan mulai teralih pada jam dinding—waktu menunjukan pukul sebelas malam. Nathan yakin kalau Aubree sudah tertidur pulas. Jika dirinya pergi di pagi atau siang hari besar kemungkinan akan ada yang melihat seperti tempo hari.Nathan mengembuskan napas panjang. Pria itu segera mengambil kunci mobil dan jaket kulitnya—lalu dia berjalan meninggalkan ruang kerjanya, menuju mobilnya.Sepanjang perjalanan, Nathan melirik sebentar
Sinar matahari menembus jendela kamar, menyentuh kulit wajah Aubree. Perlahan Aubree mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu menggeliat, dan menguap seraya merentangkan kedua tangannya. Tepat dikala Aubree sudah membuka matanya—gadis itu menoleh ke samping menatap ke ranjang di sampingnya. Namun … tiba-tiba raut wajah Aubree berubah melihat ranjang di sampingnya kosong. Padahal Aubree mengingat dengan jelas tadi malam Nathan mengatakan akan menyusulnya.“Nathan, di mana?” guman Aubree cemas.“Nathan? Nathan? Nathan?” Aubree memanggil-manggil Nathan sedikit keras. Tetapi tak ada jawaban satu pun. Itu menandakan Aubree di kamar seorang diri. Pun Aubree tak mendengar suara gemericik air. Artinya Nathan juga tidak berada di dalam kamar mandi.Suara ketukan pintu terdengar membuat Aubree segera mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dan menginterupsi orang yang mengetuk pintu itu untuk segera masuk ke dalam kamarnya.“Nyonya Aubree.” Sang pelayan melangkah mendekat pada Aubree seray
Aubree duduk di kursi yang ada di ruang khusus kolam renang. Siang ini cuaca mendung. Langit cerah tertutupi awan gelap. Persis seperti raut wajah Aubree yang tampak begitu muram. Tak ada keceriaan di wajah Aubree. Pancaran matanya menunjukan kerapuhan. Hingga detik ini Nathan belum juga pulang. Entah ke mana suaminya itu pergi. Ingin sekali Aubree mencari Nathan akan tetapi pikiran dan hatinya begitu kacau. Pun Aubree takut emosinya akan meledak-ledak. Aubree mengenal dirinya. Rasa takut dan cemas selalu saja menghantuinya. Hari ini Aubree memilih untuk tidak ke kantor. Gadis itu meminta Elida—asistennya untuk menggantikan pekerjaannya. Dalam keadaan seperti ini Aubree tidak bisa memikirkan apa pun. Yang ada di dalam benak Aubree hanyalah Nathan dan Nathan. Tidak ada lagi yang Aubree pikirkan selain Nathan.Suara dering ponsel berbunyi membuat Aubree membuyarkan lamunannya. Tampak Aubree buru-buru mengambil ponselnya yang terletak di sampingnya. Dia yakin kalau yang menghubunginya
“Aubree!!” Suara Nathan berseru memanggil nama Aubree dengan cukup keras dan lantang. Pria itu menatap dingin dan tajam Aubree yang terlihat dekat dengan Joseph. Ditambah Nathan melihat dengan mata kepalanya tangan Aubree dipegang oleh Joseph. Seketika itu juga rahang Nathan mengetat. Tatapan mata pria itu bak laser yang siap untuk membunuh.“Nathan? Kau sudah pulang?” Buru-buru Aubree menjauhkan tangan Joseph yang tadi menggenggam tangannya. Tampak Aubree terkejut melihat kedatangan Nathan. Apalagi Nathan memberikan tatapan tajam yang berbeda tak seperti tatapan biasanya.Jika Aubree terlihat terkejut melihat Nathan datang, lain halnya dengan Joseph yang tampak santai. Joseph seperti tak melakukan sebuah kesalahan apa pun. Well, memangnya apa salah dirinya? Memegang tangan kakak iparnya sendiri tidaklah salah. Hanya memegang tangan bukan berciuman. Jadi Joseph bersikap acuh dan tak peduli dengan tatapan tajam kakaknya itu.Nathan melangkah mendekat pada Aubree dan Joseph. Tatapan pr
Nathan menatap Aubree yang tertidur pulas dalam dekapannya. Sebagai ganti tadi malam, Nathan harus tetap berada di samping Aubree. Gadis itu tidak mau berpisah dengan Nathan. Ya, Aubree merajuk agar bisa tidur dalam pelukan Nathan. Dan Nathan menuruti keinginan Aubree. Pasalnya Nathan tak mau berdebat. Lebih baik Nathan menuruti keinginan Aubree selama permintaan Aubree masih cukup masuk akal sehatnya.Tampak Aubree tertidur begitu pulas dalam dekapan Nathan. Pun Aubree memeluk erat pinggang Nathan. Sedangkan Nathan hanya diam. Tatapan Nathan malah mengamati wajah polos Aubree yang tak menggunakan polesan make up sedikit pun. Nathan tak menampik kalau Aubree memiliki paras yang sangat cantik. Jika tertidur pulas seperti ini, Nathan tak melihat wajah angkuh Aubree yang selama ini dia lihat.Sejenak, Nathan memikirkan kalau apa yang dia lakukan ini salah. Tujuan Nathan hanya karena ingin menenangkan Kylie. Lepas dari dirinya masih mencintai Kylie tapi Kylie adalah teman masa kecilnya. I
“Aubree, jam berapa hari ini kau akan pulang kantor?”Suara Nathan bertanya seraya menatap Aubree yang tengah memoles wajah dengan make up. Seperti biasa dikala pagi menyapa, Nathan dan Aubree sama-sama bersiap-siap berangkat ke kantor. Baik Nathan dan Aubree memang memiliki kesibukan yang sama. Memimpin perusahaan keluarga mereka masing-masing. Namun, meski memiliki kesibukan yang sama tetap saja Aubree yang paling sering meminta asistennya untuk menyelesaikan sisa pekerjannya. Bagi Aubree; Nathan adalah segalanya. Tentu Nathan akan selalu menjadi prioritasnya. Cinta yang Aubree berikan pada Nathan bukan cinta yang harus untuk mendapatkan balasan yang seimbang. Nathan cukup ada di sisinya sudah lebih dari cukup.“Aku tidak akan pulang malam, Nathan. Aku akan pulang lebih awal darimu.” Aubree menjawab seraya memberikan senyuman di wajahnya.“Good.” Nathan memberikan kecupan di kening Aubree. “Aku harus berangkat sekarang. Nanti malam aku akan pulang sedikit terlambat tapi tidak akan p
“Aubree, hari ini aku ingin bertemu dengan kakakku sebentar. Ada project yang harus aku bahas dengannya. Besok kakakku sudah pergi ke Los Angeles. Aku harus menemuinya sekarang.”Nathan menatap Aubree yang tengah meminum susu almond. Waktu menunjukan pukul sepuluh pagi. Awalnya Nathan ingin bekerja di rumah. Namun, sekitar satu jam yang lalu Nathan mendapatkan pesan dari Justin—kakaknya yang memintanya untuk datang membahas project Afford Group. Terpaksa Nathan harus segera menemui kakaknya itu. Karena besok kakaknya sudah berangkat ke Los Angeles untuk pertemuan bisnis.Aubree meletakan gelas yang berisikan setengah susu almond ke atas meja. Kemudian, gadis itu menatap Nathan yang ada di hadapannya. “Jadi hari ini kau tidak jadi bekerja di rumah?” tanyanya pelan namun tersirat nada kecewa.“Aku tidak akan lama, Aubree. Meeting-ku dan kakakku pasti tidak akan lebih dari dua jam. Sepulang dari rumah kakakku aku akan segera pulang. Kalau kau mau berangkat ke kantor berangkat saja. Tapi
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d