Share

Mengubur Impian

Penulis: Alin Fiazna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Laila meringkuk di pojokan mushola rumah sakit. Tempat shalat khusus untuk wanita, ditandai dengan sebuah sekat dari kain berwarna hijau.

Tak ada siapa pun, hanya ia seorang diri, mungkin banyak yang enggan shalat atau hanya tidur di mushola yang letaknya tak jauh dari ruang penyimpanan jenazah itu, apalagi malam-malam seperti sekarang ini, pukul dua dini hari.

Bayangan kejadian tadi siang, seolah menari di dalam benak Laila, mengejeknya dan mengatainya sebagai pecundang.

Bagaimana mungkin ia harus menikah dengan lelaki yang seharusnya pantas menjadi kakeknya itu! Hanya demi mendapat biaya untuk operasi Nisa.

"Dasar, tak tahu diri! Miskin aja belagu banget ... mau dapat dari mana coba, uang sebanyak itu? Adik kamu akan mati, jika kamu menolak menikah dengan juragan Sudibyo!" Dirman bertolak pinggang di hadapan Laila yang terduduk di sebuah kursi plastik di dalam ruangan dapur rumah mewah milik Dirman

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Menikahi Lelaki Tua

    Laila meringkuk di pojokan mushola rumah sakit. Tempat shalat khusus untuk wanita, ditandai dengan sebuah sekat dari kain berwarna hijau.Tak ada siapa pun, hanya ia seorang diri, mungkin banyak yang enggan shalat atau hanya tidur di mushola yang letaknya tak jauh dari ruang penyimpanan jenazah itu, apalagi malam-malam seperti sekarang ini, pukul dua dini hari.Bayangan kejadian tadi siang, seolah menari di dalam benak Laila, mengejeknya dan mengatainya sebagai pecundang.Bagaimana mungkin ia harus menikah dengan lelaki yang seharusnya pantas menjadi kakeknya itu! Hanya demi mendapat biaya untuk operasi Nisa."Dasar, tak tahu diri! Miskin aja belagu banget ... mau dapat dari mana coba, uang sebanyak itu? Adik kamu akan mati, jika kamu menolak menikah dengan juragan Sudibyo!" Dirman bertolak pinggang di hadapan Laila yang terduduk di sebuah kursi plastik di dalam ruangan dapur rumah mewah milik Dirman

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Mencari Laila

    "Bos, orangnya gak ada di kosan, ini nasinya kemanain?" Seorang driver ojek online tampak sedang berbicara dengan seseorang di telepon."Ok, baik Bos! Terimakasih." Dengan senyum lebar, pria tersebut segera mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Ia baru saja dapat rezeki nomplok dua bungkus nasi, dengan lauk ayam goring dan rendang. Satu bungkusnya, akan ia bawa pulang untuk istrinya.Setiap hari ia bertugas membeli nasi beserta lauknya dan memberikannya pada seorang gadis di sebuah kosan, ia mengerjakan pekerjaan ini sudah hampir setahun lebih.Tapi hari ini, gadis yang biasanya selalu ada di kosannya tidak ada. Pintu dan jendelanya semua tertutup, ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Nasi yang sudah ia beli, diberikan begitu saja oleh yang menyuruhnya. Dia sangat bersyukur untuk rezeki yang Allah berikan hari ini.Gaji yang ia dapatkan pun sangat lumayan, cukup untuk membeli kebutuhan anaknya, sep

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Dia Telah Pergi

    Operasi pertama Nisa berjalan dengan lancar, walau keadaannya masih koma. Laila masih terus berharap dan berdo'a untuk keselamatan adiknya itu, karena masih banyak rangkaian operasi yang harus dijalani. Laila bersyukur, Nisa masih bertahan hingga saat ini. Setelah kemarin kondisinya menurun dan kritis, hampir tidak dapat diselamatkan.Rosma telah menyelesaikan ujian akhirnya. Dalam kondisi berduka dan cobaan yang terus mendera silih berganti. Rosma bertahan,melanjutkan pendidikannya, karena dorongan Laila, yang terus meneyemangati dan berjuang untuk biayanya. Sekarang tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.Suasana rumah sakit sedikit lenggang, karena jam besuk sudah berlalu. Laila duduk di bawah ranjang Nisa, ia bersandar pada dinding seraya menahan kantuk. Rosma berbaring di atas tikar yan warnanya sudah memudar, sedangkan Narti duduk di hadapan Laila yang kondisinya tampak kelelahan."Bu, kenapa wajah Ibu pucat ba

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan dan Kematian 1

    Laila mencari ponsel yang sudah seminggu lebih tak ia hidupkan. Ia harus segera menghubungi Narti dan mengabari keadaan Nisa yang sebenarnya. Walau terasa berat, ia terpaksa harus memberitahu ibunya agar menyiapkan pemakaman Nisa, dan mengabari warga kampung Cibodas.Baterai sudah kosong, ponselnya dalam keadaan mati. Tubuh Laila masih terasa lemas, dengan sisa tenaganya ia segera mencari charger untuk mengisi daya benda elektronik berbentuk persegi panjang itu.Setelah batrainya lumayan terisi, Laila menghidupkan ponselnya dan mendapati puluhan pesan masuk dan panggilan telepon memenuhi layar berukuran kurang lebih 5x2 inchi itu. Namun, Laila tak membukanya. Fokusnya tertuju pada nomor ponsel Rosma.Laila berkali-kali menghubungi Rosma, namun yang menjawabnya hanya layanan operator saja.Ia mencoba lagi dan lagi, masih tetap sama. Hingga putus asa, Laila memutuskan akan pulang sebentar untuk mengaba

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Patah Hati

    Arsen memukul stir mobilnya murka. Gadis yang ia cintai kini telah menjadi milik orang lain. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil, menarik-narik rambutnya dengan frustasi.Sebentar saja, hatinya merasa senang, karena lima menit yang lalu dirinya berhasil menelpon Laila, setelah seminggu lamanya pesan dan panggilannya tak jua mendapat balasan.‘Tapi, mengapa Laila membohonginya dengan mengatakan sedang berduka? Apakah pernikahannya dijodohkan? Hingga Laila merasakan sedang berduka?' batin Arsen bertanya-tanya. Tapi, sudahlah! Itu bukan urusannya lagi.Rasa kecewa memenuhi rongga hatinya. Ia menarik napas sedalam mungkin, untuk melonggarkan saluran nafasnya yang terasa sesak.Harapan akan hari esok, merajut ikatan cinta yang indah dengan seseorang yang istimewa, tiba-tiba mati begitu saja, seperti bara api yang sedang menyala, lalu disiram air, membuat nyala apinya benar-benar mati s

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kepergian Sang Ibu

    Laila dengan tergesa keluar dari rumah sakit. Setelah berpamitan pada suster Rahma. Tapi sekian lama menunggu, angkot yang biasa melewati kampungnya, tak kunjung lewat juga. Tak jauh dari tempat Laila berdiri, di pangkalan ojek online terlihat seorang perempuan sedang memperhatikannya, lalu mendekati Laila."Mbak, lagi nunggu angkot?" tanyanya dan dibalas anggukan Laila."Gak bakalan ada, Mbak. Lagi demo menuntut kebijakan pemerintah, yang membatasi rute angkot. Kalau mbak buru-buru saya bisa antar." Perempuan yang ternyata driver ojek ini menawarkan diri dengan ramah.“Saya gak punya kuota untuk membuka aplikasi, Mbak.”“Santai, Mbak. Saya antar langsung. Yuk!” Perempuan itu menyodorkan helm. Ia sepertinya tahu, Laila sedang kebingungan, sudah sejak tadi ia memperhatikannya. Ia berniat menolongnya, dengan menawarkan diri mengantar Laila.Laila mengangguk,

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Sungai Nil Saksi Bisu

    Bandara Internasional Cairo, Abizar tengah menunggu rombongan jama’ah umroh yang dipimpin abinya, ustadz Amir. Ia dan dua orang temannya juga sopir bus sudah cukup lama menunggu pesawat milik maskapai Mesir yaitu Egypt Air.“Pesawatnya kok belum mendarat, Mas Abi? Udah telat lima belas menit.” Rasyid yang merupakan rekan Abizar, nampak tak sabar.“Sepertinya pesawatnya mengalami delay,” jawab Abizar, ia juga tak sabar dan sedikit cemas. Namun, kecemasan itu segera berlalu, setelah ia mendengar sebuah pengumuman yang menyatakan pesawat abinya sudah mendarat.“Alhamdulillah … pesawatnya sudah landing,” lanjut Abizar, ia segera bersiap menyambut abi dan uminya yang sangat ia nantikan.Jama’ah umroh yang dibawa abinya lumayan banyak, kurang lebih lima puluh orang, Abizar harus sabar menunggu mereka keluar dari ruang imigrasi.&ld

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kehilangan Rosma

    "Ibu! Ibu kenapa?" Laila mengguncang tubuh Narti, kenapa ibunya tiba-tiba napasnya tersengal, lalu tak sadarkan diri."Ros, gimana ini, kenapa ibu pingsan?" Laila tak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya.Soraya yang hendak makan menuju meja prasmanan, melihat Narti pingsan, dirinya tergerak untuk memeriksa, ia ingin menunjukan dirinya kalau ia calon dokter."Awas minggir! Biar aku periksa," katanya dengan mendorong tubuh Laila dan hampir terjengkang."Kamu kenapa, sih?" Laila tak terima. Kesal sekali mendapat perlakuan Soraya yang kasar, hatinya lagi tersayat ditambah lagi dengan sikap Soraya yang menyakitkan."Aku ini calon dokter, jadi tahu apa yang terjadi pada ibu kamu.” Soraya mengambil stetoskop dan memeriksa nadi Narti.“Ini sih udah mati, palingan terkena serangan jantung," kata Soraya dengan santainya.“Yang b

Bab terbaru

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Impian yang Menjadi Kenyataan

    BAB 67"Mas, kenapa harus ada resepsi lagi, sih?" tanya Laila, karena malam nanti akan ada acara resepsi pernikahan mereka."Ini acara khusus untuk rekan bisnis kita sayang ... karyawan juga, kan harus tahu kalau aku udah nikah, udah punya istri, ntar kalau pada ngira aku masih singel gimana?” goda Arsen."Ih ... Mas, jangan buat aku takut napa?""Takut ya, kalau suamimu yang ganteng ini di godain cewek-cewek yang ...""Maaaass ..." Laila mengejar Arsen dan mencubit pinggangnya.Arsen manarik tubuh Laila ke dalam pelukannya."Hidup yang akan kita hadapi nanti tak akan mudah, sayang ... kamu harus kuat dan tangguh. Aku hanya minta satu hal sama kamu, apapun yang terjadi kamu harus percaya sama aku, tetaplah di sisiku, jangan hiraukan apa kata orang ..." ucap Arsen, ia memeluk Laila begitu erat, seperti tak ingin melepasnya.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pulang

    Kaki milik gadis cantik itu melangkah menapaki setapak demi setapak lantai bandara internasional Soekarno Hatta, setahun yang lalu dirinya berada di sini. Kini ia kembali lagi, dengan membawa seseorang yang istimewa yang kelak akan menghiasi hari-hari indahnya.Udara pengap Jakarta kembali menguar menusuk penciuman, mengucurkan keringat yang membuat tubuhnya tak nyaman. Jakarta penuh sesak dengan para urban, mereka berbondong-bondong mencoba mancari peruntungan di kota Metropolitan ini, mulai dari penjual jalanan hingga buruh, musisi jalanan atau pengamen, tak sedikit yang menjadi pengemis. Beruntung bagi yang memiliki keahlian, ada yang menjadi montir, pekerja kantoran bahkan tak sedikit yang menjadi pesohor.Jalanan Jakarta seperti biasa, sangat macet. Apalagi di jam-jam pulang kantor seperti sore ini, klakson dari kendaraan angkot memekakkan telinga, kesabaran para pengendara dan pengemudi sangat diuji dalam situasi seperti ini.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at.Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan.Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at.Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung.Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Bertemu Abizar

    Oktober. Balai pertemuan milik provinsi Jawa Barat di kawasan Distrik sepuluh, Laila masih ingat, pertama kalinya ia bertemu dengan Abizar, bahkan dirinya belum genap satu bulan, berada di Cairo.Kala itu ... Laila berkenalan dengan Zahra, seorang ibu beranak satu yang melanjutkan kuliah magister-nya di Cairo university. Sedangkan dirinya di Al-Azhar university. Mereka bertemu dalam forum kajian ilmiah yang pembicaranya membuat Laila terkejut setengah mati, rasanya seperti terkena ratusan sengatan lebah yang menyakitkan hatinya. Dia Abizar Al-Ghifari.Satu lagi kejutan, yang sukses membuatnya mematung kaku, ternyata Zahra adalah istrinya.Bukan. bukan karena ... ia masih menyimpan cinta di hatinya, ia lebih tak menyangka saja, takdir mempertemukan mereka berada di negeri yang sama. Laila pikir Abizar sudah kembali ke Indonesia, karena gelar dokter sudah disandangnya, tapi ternyata ... ia memilih lebih lama lagi tinggal d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Cinta Berlabuh di Musim Dingin

    Januari, bulan bersejarah bagi kedua insan yang bersabar, menahan cinta dalam diam, melangitkan do'a dalam munajat panjang di sepertiga malam, menggantungkan asa dan harap di langit penantian.Cinta itu berlabuh dalam muara penantian yang panjang, membawa kehangatan di musim dingin yang suhunya mencapai sepuluh derajat celsius.Angin laut Mediterania berhembus, meniup syal rajut yang melilit leher berlapis kerudung biru milik Alfu Laila Walaila, ia berjalan sepanjang corniche lalu berhenti di depan benteng Qaitbay. Seperti ada suara yang menariknya untuk melihat para pemancing di sepanjang benteng.Ia berjalan dengan Kamila, sahabatnya yang berasal dari negeri gajah, Pattani, Thailand. Kamila tinggal di Alexandria dan kuliah di kampus putri Al-Azhar cabang Alexandria.Perkenalan mereka berawal saat Kamila berkunjung ke Cairo, Kamila bersama temannya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari penduduk

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Alexandria

    Alexandria, tempat dimana Arsen menetap. Ia menyewa sebuah apartemen yang cukup sederhana bagi orang kaya raya sepertinya. Ia tak sendirian, ada dua orang mahasiswa Al-Azhar yang sedang liburan musim panas bersamanya.Di sana, Arsen belajar di sebuah markaz littahfidz Al-Qur'an wa Al-qira’at, atau lembaga yang khusus mengajarkan Al-Qur'an dan ilmu qira’at, pemiliknya adalah seorang Syeikh Al Azhar yang pakar dalam bidang Al-Qur'an."Mas Tara, jadi ke Cairo, gak?" tanya Miftah, seorang mahasiswa tingkat tiga fakultas Ushuluddin di Al-Azhar cabang Zagazig. Sebuah provinsi di Mesir.Arsen Guntara, ia tak ingin ada orang yang mengenalinya, bahkan ia berdo'a agar selama di Mesir tidak dipertemukan dengan Abizar dan istrinya. Dirinya mengenalkan namanya pada orang lain dengan nama Tara, nama kecilnya. Penampilannya ia rubah seratus delapan puluh derajat, celana water flood di atas mata kaki, baju koko atau kemeja d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Mesir Negara Impian

    Keyakinan. Itu yang Laila miliki, mimpinya kini menjadi kenyataan. Kakinya akan menjejakkan langkah di bumi Nabi Musa alaihi salam. Hatinya membuncah menggelorakan haru, kristal bening berdesakan di pelupuk mata, lalu berjatuhan di pipinya. Sebuah tangisan kebahagiaan.Nasi bungkus yang ia jual, mampu menghantarkannya meraih impian, ia dapat menyelesaikan kuliahnya dengan keringat dan air mata, hanya dalam jangka tiga tahun, dengan nilai sangat sempurna, summa cumlaude.Ustadz Amir pernah mengatakan, "Tanamlah padi, rumput pun akan ikut tumbuh di sela-selanya. Tapi jika rumput yang kamu tanam, maka mustahil, padi akan ikut tumbuh di antara rerumputan itu." Pepatah ajaib yang sangat melekat dalam ingatan Laila. Terbukti apa yang dikatakan ustadz Amir benar adanya.Jika di dunia ini yang kita tanam, adalah kebaikan dan urusan akhirat, maka urusan duniawi akan mengikuti.Namun sebaliknya, jika selama hi

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at. Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan. Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at. Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung. Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang berat di dalamnya, ada kewajiban dan hak yang harus ditunaikan. Kata 'mitsaqan gh

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kejatuhan Dirman

    Dunia ini penuh keindahan, gemerlap kenikmatan dijanjikan tersaji dalam balutan nafsu dan syahwat. Sebagian manusia terlena dan jatuh melesak dalam tipu dayanya.Terkadang lupa, jika masa kejayaan tak pernah ada yang abadi, dunia ini pun fana. Kesombongan, kezaliman, kelicikan, harta yang berlimpah, jasad yang sehat dan prima, wajah yang rupawan, isi kepala yang cemerlang semuanya akan berganti dan sirna.Tubuh yang dulu sehat, bisa jadi kini terbaring lemah dan sakit, wajah yang rupawan, tubuh yang perkasa kini keriput dan layu dimakan usia. Dulu, kejayaan membuat anak Adam merasa pongah dan jumawa, kini harus runtuh dan porak poranda. Semuanya tak bersisa oleh bilangan waktu, tinggalah buku-buku jari membilang detik kepunahannya, saatnya Tuhan memanggil. Pulanglah, waktumu telah usai. Atau berhentilah, kezaliman sudah mencapai titik batasnya, rasakanlah balasan yang setimpal untuk setiap kezaliman yang pernah kamu lakukan.

DMCA.com Protection Status