Share

Kantor Polisi

Penulis: Alin Fiazna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Alhamdulillah ... akhirnya bisa juga keluar dari tempat menyeramkan ini," ujar Laila, setelah keluar dan kakinya menginjak halaman kantor polisi.

Ia lega pelaku provokasi sudah ditahan, walau begitu, penyidik meminta dirinya masih harus melapor, jika ada serangan lagi nantinya.

Perempuan itu bernama Rara, ia mengaku salah sasaran. Dia pikir, Laila adalah perempuan yang selingkuh dengan suaminya, ia meminta ma'af dan bersedia membayar ganti rugi.

Tapi, Laila merasa ada keganjalan dari kejadian itu, apa mungkin salah orang? Mengapa Rara seperti tahu seluk beluk dirinya bahkan kosannya, bahkan membawa preman segala, apa jangan-jangan ia hanya suruhan orang? batin Laila.

Hatinya sedikit lega, karena pemilik outlet cireng tidak menyalahkannya, karena owner-nya sudah mendapat ganti rugi, intinya permasalahan yang katanya —salah paham— ini, sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

 <

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Menyusun Rencana

    "Ma, Pa tolong hargai keputusan Arsen. Insya Allah dalam waktu dekat akan melamar Laila dan secepatnya menikah," kata Arsen pada kedua orang tuanya."Ma'af, Mama gak bisa! Permisi!" jawab Safira lalu beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Arsen dan Malik, yang terbengong dengan sikap kekanakan Safira."Papa tahu, kamu sudah dewasa dan berhak menentukan jalan hidupmu sendiri, tapi pikirkan baik-baik, konsekuensi yang akan kamu hadapi, jika tetap memaksa menikahi gadis kampung itu." Malik mencoba bersikap bijaksana, walau tetap saja ia pun sama menolaknya seperti Safira."Dia punya nama, Pa. Laila." Arsen tak senang dengan sikap orang tuanya yang kerap menghina dan merendahkan Laila."Terserah kamu, lah! Papa masuk dulu," pungkas Malik, hendak meninggalkan ruang keluarga tempat mereka berdiskusi."Tunggu, Pa. Aku belum selesai. Aku sudah memikirkan masak-masak, bahkan aku suda

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Penculikan

    Soraya sudah berada di kampung, rumah Dirman, tepatnya. Ia telah menghubungi Grandong dan Joni untuk melancarkan aksinya, menculik Rosma.Setelah menyelidiki aktivitas Ardi dan keluarga juragan Sudibyo, diketahui jika Rosma akan keluar seminggu sekali saat ke pasar induk untuk membeli kebutuhan dapur selama satu minggu.Hari itu Rosma pergi ke pasar ditemani Ardi, satu ART dan Rusdi si supir yang juga seorang pengawal.Mereka membawa mobil pick up, Rosma dan Ardi duduk di kursi penumpang, Rusdi yang mengemudi. ART yang membantu Rosma duduk di belakang, di bak terbuka.Mereka berangkat pukul lima ba'da subuh, agar dapat bahan makanan yang segar. Rosma agak terlambat bangun, karena semalam ia bergadang menyelesaikan tugas menyetrika hingga larut."Rosma! kamu tahu ini jam berapa? Dasar pemalas!" omel Ardi menunggu Rosma yang belum siap. Masih di kamar mandi."I

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Jangan Berhenti Tersenyum

    Pagi ini sangat istimewa bagi Laila, pagi yang penuh cahaya kebahagiaan. Penantian, kesabaran dan perjuangannya menghafal Al-Qur'an mencapai titik penghujung. Ia telah selesai merampungkan 30 juz secara mutqin. Walau merangkak setapak demi setapak, di tengah guncangan badai dan penderitaan, ia pantang menyerah, tetap berjuang menghafal huruf demi huruf dan ayat demi ayat, penuh kesungguhan dan disiplin. Keyakinannya pada keajaiban do'a dan kesungguhan, akhirnya menuai keberhasilan. Kucuran air mata mengiringi prosesi sakral khataman, di masjid Al-Hidayah. Laila dengan percaya diri mengikuti pengukuhan sebagai seorang hafidzah, pertanyaan demi pertanyaan ia jawab dengan lancar, rasa syukur ia panjatkan karena telah diberi rizqi dan diamanahi menyimpan firman-firman Allah dalam jiwanya. Pelukan haru dari para ustadzah yang membimbingnya, membuat air mata Laila mengucur semakin deras. Kenikmatan paling besar di dunia ini adalah iman, sebanyak apapun harta jika tak beriman maka sia-sia

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Memilih Pergi

    Assalamualaikum ... Mas. Apa kamu percaya akan takdir? Terkadang apa yang kita inginkan tak sesuai kenyataan.Terkadang kenyataan memaksa kita mengalahkan keinginanSaat ini aku terperangkap dalam takdir ini, ingin memaksa memeluk gunung namun apalah daya, tangan tak sampai.Jika boleh, aku tak akan melihat apa pun untuk bisa bersamamu, aku takkan peduli pada duri yang melintang, pada tebing yang menjulang terjal, pada jurang dalam yang curam, asal aku bisa bersamamu.Tapi rupanya, semesta belumlah mendukung, lagi-lagi takdir belum berpihak padaku, aku harus pergi meninggalkanmu.Ma'afkan aku, kelak kamu akan mengerti, mengapa aku melakukan ini.Menikahlah dengan Heralin, ajak ia berhijrah bersamamu, aku yakin kalian akan bahagia.

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Abizar dan Zahra

    "Abi, undangan sudah siap semuanya?" tanya ustadzah Mutia pada Abizar yang sedang mendata nama teman-temannya."Kalau teman Abi belum semua, Mi. Ini mau ngasih juga buat teman di masjid Al-Hidayah dan beberapa jama'ah.”"Sekalian nanti tamu undangan Umi ya, tolong kasih daftar namanya ke percetakan.""Siap, Bos! Beres.""Saat sedang mengingat-ingat beberapa teman di Al-Hidayah, satu nama terlintas, Arsen. Jama'ah yang lumayan dekat dengannya.‘Laila? Abizar bingung, apa harus mengundangnya? Tapi dimana dia, sekarang?’"Ck ... kenapa malah nama dia yang melintas, sih!" sungut Abizar kesal."Kenapa sih, Bang. Malah ngomel?" Adzkia sang adik mengomentari sikap Abizar yang aneh. Ngomong sendiri, ngomel sendiri.Abizar nyengir, ia mengusap kepala adik kecilnya itu dengan sayang."Gapa

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Mencari Laila

    "Kamu kemana, sih!" Arsen menghenyakkan tubuhnya ke atas kasur berukuran king size, hatinya tampak tak tenang, memikirkan Laila yang tak bisa dihubungi. Ia tak menyadari jika nomornya telah diblokir Laila.Arsen berada di sebuah hotel mewah, Marina Bay Sands. Kamar presidential suite yang ia tempati tak membuatnya merasa nyaman, pikirannya menjelajah ke tempat dimana Laila berada.Selain memikirkan Laila, tekanan bisnis yang sedang ia hadapi sekarang, menguras sebagian besar pikirannya. Ternyata selama ini Arsen pergi ke Singapura untuk mengurus perusahaannya sendiri yang ia dirikan secara diam-diam dan bermitra dengan pengusaha dari negeri Singa itu.Untuk membuat tubuhnya rileks ia berendam dalam jacuzzi, ia berharap air hangat dapat membuat otot-ototnya sedikit longgar.Arsen memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan air hangat dalam jazzuci, aerator yang menghasilkan gelembung-gelembung juga

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Rosma Hamil

    "Saya tak tahu lagi harus bilang apa. Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya katakan. Alhamdulillah Allah menolong saya lewat tangan ustadz Hisyam," ucap Laila seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada."Jangan panggil ustadz, ah. Panggil Hisyam aja," ucap Hisyam. "kamu gak perlu sungkan sama saya, kalau butuh apa-apa bilang saja, insya Allah saya di Tasik akan lama, karena merawat bapak saya yang lagi sakit," tambahnya lagi."Alhamdulillah ... jazakallah, ustadz." Laila mengucapkan terima kasih."Laa syukro Lil wajib," jawab ustadz Hisyam.[Tak perlu berterima kasih untuk sebuah kewajiban]Hisyam berpamitan, mobil berwarna merah produksi Jepang itu melaju kencang, membelah jalan raya Tasikmalaya yang ramai dan padat.Kepak sayap burung menghiasi langit biru, sebagian bertengger diatas pepohonan, menyambar remahan makanan dari atas rumput yang ditin

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Ketahuan

    "Neng, nasi udukna lima bungkus, nya," kata seorang ibu setengah baya pada Laila."Muhun, Bi. Mangga antosan sakedap," kata Laila dengan bahasa Sunda yang lumayan lancar. Karena sering diajak bicara bapaknya dulu semasa masih hidup. Ia meminta pembelinya itu menunggu sebentar.Tangannya cekatan memasukan nasi berbumbu santan yang gurih itu beserta lauknya berupa irisan telur, perkedel, sambel goreng tempe dan irisan timun."Tilu puluh rebu, Bi sadayana." Laila menyodorkan plastik berisi nasi uduk tadi."Neng, aslina teh, urang mana?" tanya si ibu yang diketahui bernama Jojoh."Bapak asli Garut, Bi. Upami ibu asli Jawa Tengah," jawab Laila"Kirain teh urang Jakarta, soalna si Eneng geulis pisan jiga urang kota." Bi Jojoh terus saja berceloteh."Sanes, Bi. Tapi kamari kantos cicing di Tangerang." Laila menyangkal, kalau dirinya bukan orang

Bab terbaru

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Impian yang Menjadi Kenyataan

    BAB 67"Mas, kenapa harus ada resepsi lagi, sih?" tanya Laila, karena malam nanti akan ada acara resepsi pernikahan mereka."Ini acara khusus untuk rekan bisnis kita sayang ... karyawan juga, kan harus tahu kalau aku udah nikah, udah punya istri, ntar kalau pada ngira aku masih singel gimana?” goda Arsen."Ih ... Mas, jangan buat aku takut napa?""Takut ya, kalau suamimu yang ganteng ini di godain cewek-cewek yang ...""Maaaass ..." Laila mengejar Arsen dan mencubit pinggangnya.Arsen manarik tubuh Laila ke dalam pelukannya."Hidup yang akan kita hadapi nanti tak akan mudah, sayang ... kamu harus kuat dan tangguh. Aku hanya minta satu hal sama kamu, apapun yang terjadi kamu harus percaya sama aku, tetaplah di sisiku, jangan hiraukan apa kata orang ..." ucap Arsen, ia memeluk Laila begitu erat, seperti tak ingin melepasnya.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pulang

    Kaki milik gadis cantik itu melangkah menapaki setapak demi setapak lantai bandara internasional Soekarno Hatta, setahun yang lalu dirinya berada di sini. Kini ia kembali lagi, dengan membawa seseorang yang istimewa yang kelak akan menghiasi hari-hari indahnya.Udara pengap Jakarta kembali menguar menusuk penciuman, mengucurkan keringat yang membuat tubuhnya tak nyaman. Jakarta penuh sesak dengan para urban, mereka berbondong-bondong mencoba mancari peruntungan di kota Metropolitan ini, mulai dari penjual jalanan hingga buruh, musisi jalanan atau pengamen, tak sedikit yang menjadi pengemis. Beruntung bagi yang memiliki keahlian, ada yang menjadi montir, pekerja kantoran bahkan tak sedikit yang menjadi pesohor.Jalanan Jakarta seperti biasa, sangat macet. Apalagi di jam-jam pulang kantor seperti sore ini, klakson dari kendaraan angkot memekakkan telinga, kesabaran para pengendara dan pengemudi sangat diuji dalam situasi seperti ini.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at.Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan.Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at.Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung.Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Bertemu Abizar

    Oktober. Balai pertemuan milik provinsi Jawa Barat di kawasan Distrik sepuluh, Laila masih ingat, pertama kalinya ia bertemu dengan Abizar, bahkan dirinya belum genap satu bulan, berada di Cairo.Kala itu ... Laila berkenalan dengan Zahra, seorang ibu beranak satu yang melanjutkan kuliah magister-nya di Cairo university. Sedangkan dirinya di Al-Azhar university. Mereka bertemu dalam forum kajian ilmiah yang pembicaranya membuat Laila terkejut setengah mati, rasanya seperti terkena ratusan sengatan lebah yang menyakitkan hatinya. Dia Abizar Al-Ghifari.Satu lagi kejutan, yang sukses membuatnya mematung kaku, ternyata Zahra adalah istrinya.Bukan. bukan karena ... ia masih menyimpan cinta di hatinya, ia lebih tak menyangka saja, takdir mempertemukan mereka berada di negeri yang sama. Laila pikir Abizar sudah kembali ke Indonesia, karena gelar dokter sudah disandangnya, tapi ternyata ... ia memilih lebih lama lagi tinggal d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Cinta Berlabuh di Musim Dingin

    Januari, bulan bersejarah bagi kedua insan yang bersabar, menahan cinta dalam diam, melangitkan do'a dalam munajat panjang di sepertiga malam, menggantungkan asa dan harap di langit penantian.Cinta itu berlabuh dalam muara penantian yang panjang, membawa kehangatan di musim dingin yang suhunya mencapai sepuluh derajat celsius.Angin laut Mediterania berhembus, meniup syal rajut yang melilit leher berlapis kerudung biru milik Alfu Laila Walaila, ia berjalan sepanjang corniche lalu berhenti di depan benteng Qaitbay. Seperti ada suara yang menariknya untuk melihat para pemancing di sepanjang benteng.Ia berjalan dengan Kamila, sahabatnya yang berasal dari negeri gajah, Pattani, Thailand. Kamila tinggal di Alexandria dan kuliah di kampus putri Al-Azhar cabang Alexandria.Perkenalan mereka berawal saat Kamila berkunjung ke Cairo, Kamila bersama temannya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari penduduk

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Alexandria

    Alexandria, tempat dimana Arsen menetap. Ia menyewa sebuah apartemen yang cukup sederhana bagi orang kaya raya sepertinya. Ia tak sendirian, ada dua orang mahasiswa Al-Azhar yang sedang liburan musim panas bersamanya.Di sana, Arsen belajar di sebuah markaz littahfidz Al-Qur'an wa Al-qira’at, atau lembaga yang khusus mengajarkan Al-Qur'an dan ilmu qira’at, pemiliknya adalah seorang Syeikh Al Azhar yang pakar dalam bidang Al-Qur'an."Mas Tara, jadi ke Cairo, gak?" tanya Miftah, seorang mahasiswa tingkat tiga fakultas Ushuluddin di Al-Azhar cabang Zagazig. Sebuah provinsi di Mesir.Arsen Guntara, ia tak ingin ada orang yang mengenalinya, bahkan ia berdo'a agar selama di Mesir tidak dipertemukan dengan Abizar dan istrinya. Dirinya mengenalkan namanya pada orang lain dengan nama Tara, nama kecilnya. Penampilannya ia rubah seratus delapan puluh derajat, celana water flood di atas mata kaki, baju koko atau kemeja d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Mesir Negara Impian

    Keyakinan. Itu yang Laila miliki, mimpinya kini menjadi kenyataan. Kakinya akan menjejakkan langkah di bumi Nabi Musa alaihi salam. Hatinya membuncah menggelorakan haru, kristal bening berdesakan di pelupuk mata, lalu berjatuhan di pipinya. Sebuah tangisan kebahagiaan.Nasi bungkus yang ia jual, mampu menghantarkannya meraih impian, ia dapat menyelesaikan kuliahnya dengan keringat dan air mata, hanya dalam jangka tiga tahun, dengan nilai sangat sempurna, summa cumlaude.Ustadz Amir pernah mengatakan, "Tanamlah padi, rumput pun akan ikut tumbuh di sela-selanya. Tapi jika rumput yang kamu tanam, maka mustahil, padi akan ikut tumbuh di antara rerumputan itu." Pepatah ajaib yang sangat melekat dalam ingatan Laila. Terbukti apa yang dikatakan ustadz Amir benar adanya.Jika di dunia ini yang kita tanam, adalah kebaikan dan urusan akhirat, maka urusan duniawi akan mengikuti.Namun sebaliknya, jika selama hi

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at. Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan. Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at. Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung. Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang berat di dalamnya, ada kewajiban dan hak yang harus ditunaikan. Kata 'mitsaqan gh

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kejatuhan Dirman

    Dunia ini penuh keindahan, gemerlap kenikmatan dijanjikan tersaji dalam balutan nafsu dan syahwat. Sebagian manusia terlena dan jatuh melesak dalam tipu dayanya.Terkadang lupa, jika masa kejayaan tak pernah ada yang abadi, dunia ini pun fana. Kesombongan, kezaliman, kelicikan, harta yang berlimpah, jasad yang sehat dan prima, wajah yang rupawan, isi kepala yang cemerlang semuanya akan berganti dan sirna.Tubuh yang dulu sehat, bisa jadi kini terbaring lemah dan sakit, wajah yang rupawan, tubuh yang perkasa kini keriput dan layu dimakan usia. Dulu, kejayaan membuat anak Adam merasa pongah dan jumawa, kini harus runtuh dan porak poranda. Semuanya tak bersisa oleh bilangan waktu, tinggalah buku-buku jari membilang detik kepunahannya, saatnya Tuhan memanggil. Pulanglah, waktumu telah usai. Atau berhentilah, kezaliman sudah mencapai titik batasnya, rasakanlah balasan yang setimpal untuk setiap kezaliman yang pernah kamu lakukan.

DMCA.com Protection Status