Home / Romansa / Nanny Kesayangan Mas Duda / Bab 24: Mau Lari Ke Mana?

Share

Bab 24: Mau Lari Ke Mana?

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2024-01-01 22:10:44

Pada pukul pertengahan siang, Ivan mendapati dirinya berada di sekumpulan para pembeli lainnya, di sebuah minimarket.

Lantaran karena malu, Ivan memanggil salah satu pegawai untuk membantunya mencarikan barang yang sesuai dengan gambar yang ada di dalam ponselnya, yakni sebuah benda keramat permintaan Laura.

Tak hanya itu saja, dia juga memasukkan beberapa barang yang ingin ia beli ke dalam keranjang. Setelah membayar, serta merta pegawai tersebut membawakan barang belanjaannya ke dalam mobil sebagai bentuk rasa terima kasihnya karena Ivan memberikannya sejumlah tips.

“Terima kasih, ya, Pak,” kata si pegawai laki-laki itu setelah semua pekerjaannya tuntas.

“Sama-sama.” Ivan menduduki kursi kemudi, kemudian meninggalkan tempat tersebut.

“Sama kayak di foto, nggak?” tanya Laura, “saya nggak cocok pakai yang lain, bisa ruam kulit saya. Nanti jadi hitam.”

Seketika Ivan menoleh terkejut. Apanya lagi yang hitam? Macam-macam saja istilahnya. Terlalu lama berdua dengan Laura memang bisa membu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 25: Romansa Di Kolam Renang

    “Lepasin, nggak?” pinta Laura seraya meminta untuk dilepaskan. Laura terus tertawa tanpa henti, dia geli sendiri melihat Ivan seperti itu.Ivan jelas menolak, “Nggak akan. Kamu jangan pura-pura lupa.”“Dih, perhitungan banget. Jadi orang nggak boleh perhitungan. Nanti kuburannya sempit,” cibir Laura dengan menjulurkan bibirnya keluar. Serupa seorang anak kecil yang sedang mengejek.“Itu kalau pelit.” Ivan tak mau kalah.“Apa bedanya?”“Saya nggak pelit. Kalau saya pelit mana mungkin saya membelikanmu benda itu.” Ivan mengarahkan pandangannya ke benda yang sedang Laura pegang sehingga Laura pun refleks melakukan hal yang sama.“Ini apa sih?” tanya Laura, “bracelet or necklace?”Ivan hanya menggestur tangannya supaya Laura membuka saja kotak tersebut.Laura membuka kotak itu lalu memperlihatkan bentuknya. Necklace dengan liontin permata berinisial L.“Saya nggak tahu kamu sukanya apa. Maaf kalau nggak cocok.”Laura menatapnya sekilas, lantas kembali memfokuskan pandangannya lagi ke kalu

    Last Updated : 2024-01-01
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 26: Cepat Pulang....

    “Mana Tantenya!?” pekik Kenzo begitu menyentak di telinga Ivan. Sebab bocah itu sedang berada di dalam gendongannya sekarang.“Tante lagi di rumah, besok ke sini lagi, ya.”Dari suara halus, hingga suara lembut—rasanya sama sekali tak berguna untuk meluluhkan hati Kenzo.Entah dengan cara apa lagi Ivan menenangkannya agar anak ini terdiam dan tidak menanyakan Laura lagi. Kepalanya terasa seperti mau pecah.“Maunya sekalang! Ngga mau besyok!”“Ya, ya. Papa telepon Tante Laura sekarang.”Kenzo memukul pipi Papanya, “Ngga mau telepon!”“Maumu apa, sih? Sabar sebentar. Besok Tante datang,” tegas Ivan. Namun kali ini dia sudah sampai membelalakkan matanya dan mengancam akan mencubitnya jika Kenzo tidak mau terdiam.“Ada apa ini? Kenapa ribut sekali kedengaran sampai luar,” sahut suara dari arah pintu.Ketika sosok itu sudah berada di depan mereka, Kenzo langsung mengulurkan tangannya minta digendong dan mengadu, “Opa ... Papa nakal.”“Eh, kok jadi Papa yang nakal?” Ivan heran sendiri melih

    Last Updated : 2024-01-01
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 27: Sangat Marah

    Keesokan harinya, Kenzo sudah lebih baik daripada kemarin. Dia sudah tidak marah-marah lagi dan tidak terus mencari Tante Laura sebab karena penjelasan dari Laura kemarin di sambungan telepon.Tetapi hari ini Ivan akan membawanya ke kantor karena dia tidak mungkin meninggalkan anaknya di rumah hanya bersama dengan Mira.Sebab wanita itu sudah pasti sibuk sendiri dengan setumpuk pekerjaannya. Maka dari itu, Ivan memerintahkan Mira untuk menyiapkan semua keperluan anaknya agar ia mudah mengurus anaknya di kantor nanti.Kenzo sendiri sedang disisiri oleh Ivan dan ditata rambutnya agar menjadi lebih teratur. Tangan kirinya tak lupa dipakaikan jam tangan berwarna hitam.Penampilannya semakin lengkap manakala Ivan memakaikan Kenzo sepatu berwarna putih. Keren seratus persen, Ivan junior.“Jangan lupa, bawakan dia baju ganti sekalian, Mbak,” titah Ivan pada saat mereka sudah hampir pergi.Saat tas ransel milik Kenzo sudah selesai diisi dengan lengkap. Ivan menggendong anaknya ke dalam mobil.

    Last Updated : 2024-01-05
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 28: Konflik Pertama Dalam Hubungan

    “Pak Ivan, lepasin, stop plis!”Sekonyong-konyong Laura berjalan mengimbangi langkah Ivan yang panjang-panjang.Laura merasa begitu nelangsa. Ia serupa seorang gadis yang sedang dijajah oleh laki-laki yang tengah memperbudaknya tanpa ia tahu apa kesalahannya.Hal ini mungkin akan terlihat lebih baik jika mereka sedang tidak berada di tempat umum dan tidak menjadi tontonan bagi siapa saja yang melihatnya. Malu bukan kepalang. Tapi ia bisa apa?“Nggak usah kenceng-kenceng pegang tangannya sakit,” rintih Laura kepada pria yang masih mencekal tangannya dengan sangat keras tersebut.Tak mendapati jawaban, Laura kembali berucap dengan suara lebih menyeru, “Pak Ivan! Stop it!”Ivan menoleh ke arah Laura dan menatapnya dengan sorot mata menajam, “Bisa diam?”“Apa salah saya?”“Masih pantas kamu bertanya apa kesalahanmu?” tanya Ivan menyentak. Kemudian kembali berjalan tergesa seperti tadi.“Bapak ini lagi kenapa sih? Ha? Kesetanan?” ulang Laura bertanya namun tetap tidak diindahkan oleh Ivan.

    Last Updated : 2024-01-05
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 29: Meminta Maaf

    Tut ... tut ... tut ....Entah yang ke berapa kalinya telepon menyambung ke ponsel milik Laura. Namun tak kunjung dijawab. Sepertinya gadis itu benar-benar marah sekali padanya.“Ayolah, angkat teleponku, Ra,” gerutu Ivan sangat-sangat menyesal.Ivan : Tolong maafkan saya, Ra. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya.Begitu ketikan pesan yang Ivan kirimkan kepada Laura. Dua kali dengan kata yang sama.“Aku harus mencarinya ke mana kalau sudah seperti ini?” Ivan bergumam kebingungan. Ia juga tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa karena yang Ivan tahu, Laura tidak punya teman dekat lagi.Semua teman yang diceritakannya meninggalkannya pada saat mendengar Adinata telah bangkrut.Ada kemungkinan dia pulang ke rumah Tantenya, di mana tempat Papanya berada. Tetapi masalahnya Ivan tidak tahu persis di rumah yang mana, sebab ia hanya tahu kompleksnya saja.Sedangkan KTP Laura yang berada di tangan Ivan sekarang ini, adalah alamat rumah yang lama.Mungkin karena pikirannya sedang kalut

    Last Updated : 2024-01-05
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 30: Cara Memperlakukannya

    “Karena saya mencintaimu,” jawab Ivan segera namun juga langsung disela oleh Laura.“Bohong. Itu hanya trik supaya aku bisa balik ke sana sama kamu. Aku nggak semudah itu dirayu-rayu sama buaya tua!”Ivan menggaruk kepalanya mendengar Laura mengatai dirinya buaya tua. “Kalau dirayu sama buaya muda?”“Nggak usah ngajakin bercanda!” Laura memelototkan matanya yang justru malah terlihat lucu di mata Ivan sehingga ia tak kuasa menahan tawa.“Kamu cantik,” puji Ivan tanpa pura-pura. Karena begitulah yang terlihat sekarang. Tanpa berdandan pun Laura cantik, apalagi memakai makeup seperti ini.Terus terang dia gemas, tangannya gatal sekali ingin menyentuh pipi gadisnya untuk sekadar menjembil atau menoelnya sedikit saja.Namun ia takut macan cantik ini akan bertambah marah dan mungkin saja bisa menggigitnya. ‘Sabar, Ivan sabar. Kamu harus bisa mengendalikan dirimu. Jangan malah semakin merusak suasana ini.’“Aku ini lagi marah loh.” Laura menekankan kalimatnya, menunjukkan kedua jarinya ke a

    Last Updated : 2024-01-05
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 31: Calon Keluarga Bahagia

    Ini gila, batin Laura meneriaki dirinya yang malah justru sangat menginginkan dan membalas Ivan dengan perlakuan yang sama. Nalurinya bekerja dengan baik walau ia belum pernah sama sekali melakukannya.Ada gelenyar aneh yang tidak pernah Laura rasakan sebelumnya. Untuk sejenak, mereka melepaskan pertautan bibir mereka untuk mengatur napas yang terengah-engah, tak beraturan.Walau sebenarnya, ada rasa tak rela dalam hati Laura untuk melepas. Dalam pikirannya yang berkabut, tentu saja dia menginginkan lebih.Dalam posisi yang sebegitu dekat, Ivan berkata dengan lirih, “Kenapa dengan bibir saya?” tanyanya lantaran Laura seperti enggan berpaling menatap bibirnya.“Mau lagi?” tanpa menunggu persetujuan, Ivan kembali menyatukan bibir mereka dan membuat Laura semakin melayang, mabuk kepayang.Oh, jadi begini rasanya berciuman? Batin Laura bertanya-tanya. Ternyata sangat indah sekali dan pantas bila sebagian orang mengatakan, sentuhan lawan jenis adalah candu.Semakin kita menjelajah, akan se

    Last Updated : 2024-01-05
  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 32: Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

    “Nama saya Nia. Saya baru di sini, Pak,” jawab perempuan tersebut.“Siapa yang memasukkanmu ke sini?” tanya Ivan dengan suara dinginnya seperti biasa. Bukan hal yang mudah baginya bersikap lebih lembut kepada orang yang belum dia kenal.“Mbak Mira, Pak.”“Tolong panggilkan Mbak Mira ke sini,” titahnya seraya menggerakkan tangan.“Mbak Miranya sedang menemani Bu Laura pergi, Pak. Karena kakinya masih sakit.” “Katanya masih sakit, kenapa masih pergi-pergi juga?” Bukan hanya itu saja yang membuat Ivan kesal, tetapi juga kecerobohan mereka yang meninggalkan orang baru sendiri di rumah ini.Bagaimana kalau dia bukan orang baik-baik? Lantas menyelakai mereka atau membuat jebakan di rumah ini tanpa mereka ketahui?Kecurigaannya juga semakin bertambah manakala Ivan melihat baju kurung berwarna gelap yang dia kenakan.Rapat sekali seperti seorang ter0ris. Demikian Ivan berpikir. Astaga, seburuk itu prasangkanya!“Dari mana kamu berasal?”“Saya tetangga Mbak Mira. Tidak jauh dari rumahnya.”“

    Last Updated : 2024-01-05

Latest chapter

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Last Episode

    Perempuan itu membuka cadarnya dan terlihatlah wajah yang setengahnya rusak yang tidak diketahui apa sebabnya. Entah karena kecelakaan, atau memang berasal dari kalbu.“Aku Nadia,” katanya dengan lirih dan bersamaan dengan air mata yang mencuat keluar tanpa bisa dikendalikan, “seharusnya kau mengenaliku.”Ivan tertegun. Matanya menyorot dalam perempuan yang sedang menggarap dia mengenalinya. Bibirnya kelu untuk berucap. Tubuhnya memaku karena keterkejutannya.Kini pikirannya membayang kenangan beberapa tahun silam. Tepatnya di sebuah hotel dalam keadaan sangat tersiksa karena jebakan obat perangsang uang ditaruh ke dalam minumannya.Di sanalah ia menyeret seorang wanita tak bersalah untuk menjadi sasarannya dan menyebabkan Kenzo terlahir di dunia. Namun ia tak menyangka, seperti inilah bentuk wanita yang telah ia lukai.“Kamu ....” Ivan berdecak dan menggeleng, “kenapa kamu harus bersembunyi? Aku mencarimu selama ini.”“Karena sebab inilah aku selalu bersembunyi dari kalian,” jawab Na

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 48: Siapa Kamu Sebenarnya?

    Ivan tidak bisa menahan amarahnya tatkala pria itu mendengar Mira mengatakan, bahwa Nia membawa anaknya pergi kira-kira semenjak dua jam yang lalu tanpa izinnya dan tanpa ia melihat sama sekali kepergiannya.Rasa panik, cemas, gelisah, sakit bercampur menjadi satu. Entah bagaimana cara membuatdirinya menjadi lebih baik. Dia hampir saja tidak bisa menguasai dirinya lagi.“Memangnya dari tadi kamu ada di mana?” tanya Ivan dengan nada meninggi.“Saya tadi ada di atas. Saya pikir mereka hanya main bersama di halaman rumah. Tapi tahu-tahu sudah nggak ada suara apa-apa lagi. Sudah saya cari ke sekeliling, sudah saya telepon dia juga. Tapi ponselnya memang nggak aktif lagi.”“Ceroboh kamu!”“Maafkan saya, Pak. Saya janji akan bertanggung jawab mencari Nia.”“Melalui apa?”“Saya akan berusaha menghubungi keluarga-keluarganya, Pak.”“Ivan!” seru Laura menghentikan suaminya yang sedang kalap, “kamu nggak boleh bersikap seperti itu sama orang yang lebih tua. Nggak ada gunanya juga kamu marah-mar

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 47: Mana Anak Saya

    “Ini bener?” tanya Laura memastikan. Dia mengambil stick itu dari tangan Ivan untuk ia pastikan sendiri hasil tes ulang tersebut. “Kok di aku nggak nampak tadi?”“Penggunaannya kurang benar.”“Masa, sih? Aku sesuai petunjuk, kok.” Mata Laura berkaca-kaca saat ini, hingga satu kedipan saja buliran itu langsung menetes. “Aku nggak tahu harus ngomong apa.”“Harus bersyukur, itu saja,” jawab Ivan kemudian. Lagi-lagi pria itu mencium keningnya dengan begitu lembut dan dalam.Rasa sayangnya berkali-kali lipat bertambah besar untuk istrinya. Tidak ada yang kurang lagi dalam hidup Ivan.Dia sudah mapan, punya anak laki-laki yang tampan, punya istri cantik, kaya, dan muda, dan sekarang akan di anugerahi lagi buah cinta dari pernikahan mereka.“Kita ke kamar,” kata Ivan menggendong tubuh Laura yang masih dalam keadaan lemas karena perutnya wara-wiri terkuras.“Aku bisa jalan sendiri. Aku nggak selemah itu kali, Om tua,” ucap Laura merasa keberatan diperlakukan seposesif ini.“Saya akan menjagam

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 46-Kabar Bahagia

    Setelah menduga kemungkinan besar bahwa Laura sedang mengandung, pria itu langsung mengeluarkan motor dari garasinya, berniat untuk menuju ke apotek terdekat.Ivan bukanlah orang yang suka menunggu. Percuma saja dia menyuruh seseorang untuk membelikan alat tes kehamilan kepada Deni atau siapa pun jika ujung-ujungnya mendapat jawaban mengecewakan, misal: ‘nanti kalau sempat’ atau ‘sebentar lagi’ tapi lama, begitulah kiranya dan alasan macam-macam lainnya.Pun jika ia memesan online, pasti akan membutuhkan waktu yang lama juga. Tidak ada yang lebih cepat daripada itu selain harus berangkat sendiri. Toh, tidak terlalu jauh juga, pikirnya.Deru kendaraan motor besar itu mulai berbunyi setelah dinyalakan. Namun baru ia akan menarik gasnya, Laura berlari-lari kecil untuk mendekatinya. Ivan mendadak ngeri melihat Laura berlarian seperti itu. Takut dia sampai terjatuh.“Jangan lari-lari, Laura,” ucap Ivan memperingatinya.“Aku mau ikut,” rengeknya sudah seperti anak kecil saja. Dia mendekati m

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 45: Kejutan

    Ivan memejamkan matanya merasakan sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Lepas sudah semua beban yang menyiksanya selama Laura sakit.Mengatur nafasnya yang memburu, Ivan kembali mengecup bibir Laura dan melumatnya penuh perasaan. Bagian atas mau pun bawah secara bergantian. Setelah itu, ia memberi jeda sesaat sebelum melepaskan diri.Pria itu membiarkan semua benihnya masuk terlebih dahulu ke dalam rahim istrinya agar kelak dapat tumbuh menjadi zuriat di sana.Sembari menunggu beberapa menit lamanya, Ivan meletakkan kepalanya di atas dada Laura, kemudian perempuan itu menyambutnya dengan usapan-usapan lembut di kepalanya dengan sangat sayang.“Thank you, Sayang. Kamu yang terbaik,” ucap Ivan dengan napas yang masih terengah-engah.Laura tak menjawab dia hanya mengangguk dan dapat Ivan rasakan karena dagu wanita itu menempel di kepalanya.Lima menit setelah berkata demikian, Ivan menjatuhkan diri ke samping sang istri.“Aku harus membersihkan diri lebih dulu. Takut kalau ada seseorang y

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 44: Jangan Tinggalkan Aku

    Begitu terlihat mobil mewah berhenti di depan rumah Laura, satu security penjaga rumah Laura membukakan pintu gerbang.Beliau Pak Raman, tersenyum menyambut Laura dan menyapa keduanya.“Ya Allah, Non. Akhirnya saya bisa ketemu sama Non Laura lagi. Makin cantik lagi,” katanya dengan raut wajah yang begitu bahagia.“Pak Raman ... gimana kabarnya Pak, Raman?” tanya balik Laura dari dalam mobil. Wanita itu tersenyum ramah, masih dengan memangku Kenzo yang tidur nyenyak di pangkuannya.“Alhamdulillah baik, Non. Selamat untuk Non Laura dan Pak Ivan, atas pernikahannya semoga langgeng, akur terus dan cepat diberi momongan.”“Terima kasih Pak Raman,” jawab Laura. Sedangkan Ivan menanggapinya dengan kepala yang agak ditundukkan.Pembicaraan dicukupkan sementara, Ivan kembali melanjutkan laju mobilnya agar segera dapat terparkir di halaman rumah itu.Lagi pula tidak nyaman juga mengobrol dengan mobil di tengah-tengah jalan begini.Terbayar sudah rasa rindu Laura terhadap rumah ini. Matanya mena

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 43: Kelakuan Orang Gila

    “Kamu sudah benar-benar sembuh ‘kan Ra?” tanya Ivan entah yang ke berapa kalinya, “tidak apa-apa dibawa keluar?”“Sudaaaah ...” jawab Laura dengan nada malas, “nanya diulang-ulang. nanya di ulang-ulang,” dumelnya dengan bibir mengerucut.Setelah menempuh beberapa puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.Ketiganya masuk setelah membeli tiket di loket pembelian. Suasana tidak ramai seperti yang Laura bayangkan dalam pikirannya, mungkin karena ini hari biasa, bukan hari libur.Laura dapat melihat, betapa bahagianya raut wajah Kenzo melihat alam terbuka. Anak berusia tiga tahun itu berlari serampangan seperti anak yang sedang kalap begitu memasuki area wisata ini.Seperti orang yang baru saja keluar dari narapidana.“Ini tidak salah?” tanya Ivan heran melihat harga karcis masuk, “kenapa murah sekali?”“Lalu maumu berapa? Sejuta?”Ivan tersenyum, “Ternyata gaya hidupku terlalu mahal selama ini,” gumamnya merenungi diri.“Masih banyak tahu, oran

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 42: Permintaan Dikabulkan

    Laura tersenyum melihat dua laki-laki kesayangannya sedang tidur sangat nyenyak di sofa. Keduanya tidur dalam keadaan tak terpisahkan. Karena posisinya sedang saling memeluk satu sama lain.“So sweet banget Bapak sama anak.”Padahal beberapa menit yang lalu, masih terdengar candaan mereka berdua. Namun baru beberapa menit lamanya, mereka sudah terlelap bersamaan. “Mana yang suka bilang aku cepet banget tidur?” gumam Laura sambil mencebikkan bibir, “ternyata dia sendiri lebih parah,” katanya lagi disertai dengan lidah yang menjulur seperti sedang mengejeknya.Laura cekikikan sendiri melihat mulut Ivan yang terbuka. Ingin mengerjainya, namun malas sekali bangun. Dia hanya khawatir mulut Ivan bisa kemasukan nyamuk, itu saja.Jahil, Laura meraih ponsel, lalu menangkap potretnya, “Sekali-sekali kamu itu harus ditunjukkin beginian. Supaya kamu tahu, gayamu ketika tidur itu kayak apa, hihihi.”Sampai saat ini. Laura masih tidak percaya, dia sudah menjadi seorang istri Ivan. Lelaki yang s

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 41-Dia Menyiksamu?

    Hari masih sangat pagi pada saat itu. Azan pun belum terdengar. Namun Laura merasa dirinya sudah harus bangun untuk bersih-bersih atau yang biasa dinamakan mandi wajib, sebagaimana yang harus dilakukan oleh istri setelah bersenggama dengan suami mereka.“Sakit …” rintihan itu terdengar membuat Ivan sontak terbangun dan membantunya masuk ke dalam kamar mandi.“Maaf ya, Ra,” kata Ivan penuh rasa bersalah.Laura mengangguk dengan getir.Meski Laura berulang kali memintanya untuk keluar, namun Ivan tetap berdiri di sana, memutuskan untuk menemaninya hingga Laura selesai melakukan aktivitasnya. Pria itu menatap istrinya khawatir. Bibirnya pucat menahan perih saat air itu mengenai bagian intinya.“Sudah kubilang, aku ingin sendiri. Kenapa masih di sini juga,” protesnya dengan suara lemah.Ivan tidak mengindahkan kata-kata itu. Dia tetap berdiri tanpa memedulikan protes apa pun.Bergantian dengan Laura, kini giliran Ivan membersihkan tubuhnya dengan sangat cepat. Begitu selesai, ia segera

DMCA.com Protection Status