Home / Romansa / Naik Kelas Setelah Ditindas / Pov Agam : Membujuk Delima

Share

Pov Agam : Membujuk Delima

Author: Digoda Sabang
last update Last Updated: 2023-05-18 22:23:19

"Ayah, kata Om Adam kemarin itu, Ayah tidak akan pernah tinggal lagi bersama Ima di sini, benar?" Delima yang sedang duduk di pangkuanku bertanya sepulang entah dari mana bersama Karina yang kata Arumi -mantan istriku- itu adalah adiknya seayah.

Iya, Arumi Keumala, ibunya Delima -anakku- kini hanya berstatus mantan istri. Aku menceraikannya karena terpaksa. Tidak ada pilihan lain yang menjadi solusi saat itu. Keputusan yang akhirnya kusesali.

"Kenapa om Adam bisa bicara begitu?" tanyaku pada Delima yang masih menatap wajahku menunggu jawaban atas pertanyaannya.

Sejak perpisahan kami, aku dan Arumi memang sepakat tidak menceritakan apa-apa pada Delima. Biarkan ia tumbuh sebagaimana anak lainnya. Delima masih terlalu kecil untuk memahami situasi ini. Nanti, seiring bertambahnya umur ia pasti akan mengerti dengan sendirinya.

"Iya Yah, minggu lalu, saat Om Adam ada di sini, Ima bilang sama Om Adam jika Ayah sudah jarang pulang. Ima sedih. Tapi, kata Om Adam, Ima nggak boleh sedih karena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pov Agam : Alasan Sebenarnya

    Sepulang dari tempat Arumi dan Delima, aku membelokkan mobil ke rumah Ibu. Kepalaku sedang mumet, jadi aku tak ingin pulang ke rumah Mona dan bertemu perempuan bar-bar itu."Kenapa wajahmu kusut begini? kamu sakit, Nak?" tanya Ibu begitu melihat aku masuk ke rumah dengan mengucap salam dalam keadaan lesu.Berat sekali rasanya menggerakkan bibir menjawab pertanyaan Ibu, jadi kuputuskan memberikan gelengan kepala saja sebagai jawaban."Sudah makan?" pertanyaan kedua dari Ibu setelah kuhempaskan diri di sofa ruang tengah, di depan televisi yang sedang menyala. Sepertinya Ibu sedang menonton acara pengajian yang dipandu oleh seorang ustadzah yang entah siapa itu."Arumi sudah mendengar alasan bohong yang Ibu hembuskan itu." ucapku tanpa menjawab pertanyaan Ibu lagi.Terlihat Ibu menyuguhkan tatapan ibanya padaku sembari menarik napas dalam. Kemudian, Ibu meraih remot televisi yang terletak di atas meja dan mengecilkan volumenya."Apa dia semakin membencimu?" "Entahlah Bu, aku tidak tahu

    Last Updated : 2023-05-18
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pertanyaan Delima

    Kebencianku pada Rendra pudar dengan sendirinya seiring waktu kebersamaan kami. Aku pun menyadari, saat Ayah lebih memilih membesarkannya ketimbang aku yang anak kandungnya sendiri, tentu Rendra juga tidak tahu apa-apa. Umurnya masih lima tahun saat Ibunya dan Ayahku menikah.Seminggu yang indah bersama Karina dan Rendra harus berakhir. Besok mereka akan pulang kembali ke Jakarta. Berulang kali Karina dan Rendra membujukku untuk ikut. Namun, amarah terhadap Ayah tidak mudah padam seperti ketidaksukaan terhadap Rendra.Kadang sempat terpikir untuk memaafkan, karena walau bagaimanapun, lelaki bernama Junaidi itu tetaplah Ayah kandungku. Darahnya mengalir dalam tubuhku. Akan tetapi, lagi-lagi, rasa kecewa masih saja begitu mendominasi sehingga sampai detik ini aku belum juga mampu meredam semua itu.Biarkanlah, mungkin aku memang butuh lebih banyak waktu untuk terlebih dahulu berdamai dengan diriku sendiri. Berdamai dengan suratan takdir Tuhan. Baru setelahnya, aku akan datang menemui Ay

    Last Updated : 2023-05-18
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Rencana Arumi

    Sepeninggal Bang Agam, tawa Adam menggelegar. kudelikkan mata ke arahnya."Gila kamu," ucapku mencebikkan bibir."Eh Rum, kamu lihat nggak tadi, wajah Agam memerah saat mendengar aku ngomong begitu?" Adam bertanya masih dengan sisa-sisa kekehannya."Kamu beneran mau balikan sama dia?" kali ini suara Adam berubah serius.Setelah aku membuka pintu, Adam ikut masuk membawakan semua kantong plastik belanjaan."Rum, jawab dong, kamu beneran mau balikan lagi sama Agam?" Adam masih memaksakan pertanyaannya agar aku jawab."Tapi, kata kamu jangan." jawabku singkat."Oke, kalau gitu aku pulang," ucapnya cepat. Wajahnya terlihat sumringah dan sempat-sempatnya mengedipkan mata ke Delima sebelum sedikit berlari pulang.Aku menatap kepergiannya dengan menaikkan alis, heran. Ada apa dengan Adam?***Aku melangkah gontai meninggalkan pantai setelah hampir satu jam lebih menekuri deburan ombak yang saling berkejaran, seolah berlomba siapa lebih cepat tiba ke tujuan.Aku sudah bertekad, ada baiknya me

    Last Updated : 2023-05-18
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Mak Jannah Tidak Setuju

    Aku membolak-balikkan tubuh yang belum juga mau ikut terpejam bersama Delima yang sudah terlelap. Pikiran terus saja fokus memikirkan sikap Adam yang aneh.Kenapa ya, Adam tiba-tiba saja menjadi sekeras itu? Darimana dia mengambil kesimpulan jika Delima nantinya tidak akan betah di sana? Apakah Delima pernah mengatakan padanya? mengingat betapa dekatnya mereka.Sayup-sayup azan subuh terdengar, tapi rasanya mataku sangat berat untuk terbuka. Entah berapa aku tertidur semalam. Ah, mungkin setelah tak menemukan alasan apa pun dibalik sikap Adam yang berbeda dari biasanya itu.Aku sempat berpikir apakah Adam menaruh hati padaku, tetapi rasanya tak mungkin karena jika benar pasti bukan sekarang sudah dari dulu. Sejak kecil kami bersama, dibesar bersama oleh Mak Jannah, aku yakin sekali Adam hanya menganggapku adiknya yang selalu harus dijaga. Malu rasanya jika menyangka Adam menaruh rasa yang lebih. Terlalu ke-GR-an.Setelah shalat subuh, saat hendak menyiapkan sarapan, aku melihat ponsel

    Last Updated : 2023-05-18
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Dilema Arumi

    Kedatangan Bang Agam menghentikan pembicaraan Adam. Padahal aku masih ingin bertanya, benarkah Adam serius dengan ucapannya atau hanya sekedarnya karena merasa kasihan padaku dan Delima."Assalamualaikum Rumi dan Adam," ucap Bang Agam sembari memandang kami secara bergantian."Wa'alaikumsalam," jawab Adam seraya mempersilakan Bang Agam masuk."Sebaiknya Adam ikut masuk juga bersama kami, agar orang-orang tidak salah anggap lagi."Permintaan Bang Agam membuat Adam urung melangkah, padahal dari gelagatnya tadi kulihat ia akan segera kembali ke rumahnya.Bang Agam dan Adam duduk di teras, sementara aku masuk terlebih dahulu hendak menyuguhkan mereka teh."Kamu 'kan hakim Mahkamah Syar'iyah Dam, menurutmu bagaimana jika aku dan Arumi menikah kembali?"Sayup aku mendengar suara Bang Agam bertanya pada Adam saat melangkah membawakan mereka teh dan roti bakar isi coklat yang baru saja aku buatkan.Aku berhenti, hendak mendengar jawaban apa yang diberikan Adam."Boleh saja Bang, asalkan Arumi

    Last Updated : 2023-05-19
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Keputusan Arumi

    Bismillah, lafazku dalam hati sambil menggelengkan kepala mantap. Semoga ini keputusan yang benar dan tidak akan pernah kusesali nantinya.Perlahan aku mengangkat wajah dan menatap Bang Agam. Terlihat wajahnya pias dan sedikit kaget. Mungkin ia tidak menyangka jika aku akan menolak untuk kembali padanya."Karena Adam?" tanyanya dengan suara bergetar.Lagi, untuk kedua kalinya aku menggeleng mantap. Meski sedikit terpengaruh dengan apa yang kudengar dari pembicaraan Adam dan Mak Jannah pagi tadi, juga dari lisan Adam sendiri barusan. Namun, aku belum berani berharap banyak padanya. Jadi, keputusan ini murni dari dalam diriku sendiri. Hasil perenungan berbulan-bulan."Aku yakin, aku bisa membesarkan Delima sendirian, Bang," ucapku pelan agar tidak semakin menyinggung Bang Agam."Kamu egois, Rumi."Kekesalan Bang Agam begitu nyata dari gurat wajahnya. Sorotan matanya menatapku dalam seakan hendak protes dengan keputusanku."Lebih egois lagi jika aku kembali padamu Bang, sementara ada Mon

    Last Updated : 2023-05-19
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Kecemburuan Adam

    Aku tergeragap karena terkejut dengan kedatangannya."Siapa Rumi?" Suara Rendra kembali bertanya."Mas, nanti kita lanjut lagi, ya, ada Adam datang." Aku pamit pada Rendra dan segera menekan tombol merah."Kamu sejak kapan di situ? Ada apa datang ke mari?""Kamu bicara dengan Rendra?"Bukannya menjawab pertanyaanku, Adam justru balik bertanya.Aku mengangguk, "Iya, tanggal tiga nanti aku dan Delima akan ke Jakarta." Aku memberitahu."Sepertinya aku sudah pernah melarangmu untuk ke sana 'kan? tanya Adam pelan namun terdengar penuh penekanan."Aku butuh suasana baru, lingkungan baru untuk menata hati dan hidupku lagi. Tolong mengertilah, Adam!" Aku pun menjawab lembut namun tetap juga dengan penuh penekanan agar Adam paham."Butuh suasana baru? iya?" Suara Adam naik satu oktaf."Kalau begitu, ikut denganku ke kota tempat aku bekerja," lanjutnya."Nggak begitu Adam. Aku memang harus ke Jakarta. Keluargaku di sana ... ""Apa? Keluarga katamu?" Adam memotong kalimatku."Keluarga yang mana

    Last Updated : 2023-05-20
  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Bertemu Ayah

    Begitu kaki menjejak bandara Soekarno Hatta, aku terpana. Tentu saja tak kupungkiri jika aku sedikit takjub dengan ramainya orang yang berlalu lalang. Ini kali pertama aku berpergian ke luar Aceh seumur hidupku. Beruntung tidak jetlag meski baru pertama kali juga naik pesawat. Alhamdulillah, Delima juga aman-aman saja, bahkan ia tak bisa menutupi kegembiraannya."Mak, ternyata begini ya, rasanya naik pesawat," ucapnya sumringah sebelum kami turun dari maskapai penerbangan nasional itu. Garuda Indonesia, pesawat komersil milik nasional yang dirintis berawal dari sumbangan rakyat Aceh itu justru paling mahal tiketnya untuk jalur 'dari' dan 'ke' Aceh. Aku tersenyum getir mengingat itu semua. Sebagai orang yang suka pelajaran sejarah dulu saat sekolah, aku ikut membaca bagaimana Soekarno datang ke Aceh untuk minta dibantu beli pesawat pertama Indonesia.[Kami sudah sampai.] Ketikku untuk Rendra sesaat setelah menghidupkan kembali ponsel.[Iya, aku tahu. Aku dan Karina memang sudah menun

    Last Updated : 2023-05-20

Latest chapter

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Silaturrahmi Ke Rumah Mona

    "Iya, siang itu, Kak Mona datang saat beberapa karyawan sedang makan siang di belakang. Saat itu hanya ada saya dan dua orang lainnya. Setelah mengambil beberapa potong pakaian, ia mendatangi saya di meja kasir. Bukannya membayar, Kak Mona malah memaksa membuka laci. Alasannya, ingin melihat pemasukan hari itu." Sekali-sekali Mira mengusap air matanya."Saya menolak karena saya takut terjadi apa-apa. Saya tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada toko.""Tapi 'kan Mona istrinya Bang Agam, Mir," aku menyela mengingatkan Mira."Iya, saya tahu Kak Rum, tapi hati kecil saya tidak mengizinkan saya untuk memberikan tahukan kode tersebut."Aku hanya mengangguk. Namun, masih penasaran kenapa Mira justru datang kemari untuk menceritakan ini semua padaku. Apakah Mira tahu kalau aku yang memberikan modal agar Toko Bang Agam bangkit lagi? Apa mungkin Bang Agam menceritakannya pada Mira? Entahlah."Bang Agam tidak pernah akur dengan Kak Mona. Bahkan, seringkali mereka bertengkar di toko ...."

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Mona Bertingkah Lagi

    Aku menautkan alis ke arah Mona, bersikap seolah dia bukan siapa-siapa yang perlu dipedulikan."Ngapain kamu di sini?" Mona mendekat ke tempat aku dan ibu berdiri. Menatapku dengan pandangan permusuhan yang begitu nyata. Bukankah seharusnya aku yang membencinya? aneh.Kualihkan mata ke wajah ibu, beliau justru menatap ke arah lain. Sebelum sempat kujawab pertanyaan Mona, bang Agam muncul dari dapur."Kamu ngapain kemari?" tanya bang Agam pada istrinya itu.Mona berpaling, "Oh, jadi sekarang kalian mau main-main di belakang aku dan di rumah ibu pula. Luar biasa," ucapnya sinis sambil bertepuk tangan.Terdengar ibu menghela napas berat. "Arumi itu anak saya, dan ini rumah saya. Jadi siapa pun yang datang ke rumah ini bukan urusan kamu." Tiba-tiba ibu bersuara begitu keras. Seumur-umur baru kali ini aku mendengar ibu berbicara sekeras itu."Pulang!" bang Agam mendekat dan menarik tangan Mona. Bukan Mona namanya jika langsung menurut.Ia meronta dan melepaskan tangannya dari cekalan bang

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Mengunjungi Ibu

    "Rum, maaf, boleh aku bertanya seuatu yang sedikit sensitif?" Tiba-tiba Hilman menyela dengan wajah yang tampak sungkan di tengah pembicaraan kami tentang konsep kafe.Aku hanya menautkan alis dengan sedikit anggukan samar, belum mampu menerka Hilman akan menanyakan apa."Maaf sebelumnya," ucapnya ragu-ragu."Benarkah jika Mona menikah dengan suamimu?" pungkasnya cepat seakan takut keraguannya sesaat tadi membuatnya tidak jadi mengeluarkan pertanyaannya ini."Mantan suami," jawabku cepat dengan senyum yang kubuat semanis mungkin. Aku ingin membuat Hilman tidak merasa bersalah dengan pertanyaannya, menunjukkan jika aku baik-baik saja."Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan wajah iba."Santai saja, Man, nggak perlu mukanya begitu!" balasku tertawa."Jujur, mungkin jika pembicaraan ini kita lakukan dia tahun lalu, aku akan meneteskan air mata. Tapi, tidak dengan sekarang, Man. Kini, aku sudah berdamai dengan masa laluku itu." Aku menarik napas dan menjeda kalimat sejenak.Dengan memfokusk

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Syarat Arumi

    "Kamu serius?" Mata Bang Agam tampak dipenuhi binar-binar harap."Ada syaratnya." Kuulangi sekali lagi."Apa syaratnya?""Pertama, Mona tidak boleh tahu aku yang memberikan modal. Kedua, setiap bulan keuntungan dari toko nantinya kirimkan ke rekeningku, Abang hanya boleh mengambil untuk Ibu dan sedikit untuk diri Abang sendiri. Ketiga, aku tidak mau keuntungan tersebut Abang gunakan untuk menafkahi Mona satu rupiah pun. Bagaimana?" Aku tersenyum tipis menatap Bang Agam dengan mengerutkan dahi. Mungkin lebih tepatnya aku menyeringai bukan tersenyum.Setelah sekian menit berlalu, akhirnya Bang Agam mengangguk juga. Tentu saja, aku bersorak dalam hati karena aku masih manusia biasa belum menjadi malaikat yang bisa serta merta melupakan semua kesakitan yang pernah menghampiri hidupku."Baiklah, mari ikut aku Bang, kita buat kontrak dan sekaligus kuitansinya sekarang!" Aku berdiri memanggil pelayan warung kopi. Setelah membayar tagihan minuman kami, aku melangkah terlebih dulu. Ada suatu r

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Ngopi Bareng Agam

    "Bang Agam!""Apa kabar, Arumi?""Alhamdulillah, seperti yang Abang lihat.""Abang kenapa di sini? bukannya toko Abang di sebelah sana?" lanjutku bertanya sembari mengarahkan telunjuk ke ujung kanan jalan tempat toko pakaian besar milik Bang Agam.Bang Agam hanya menggeleng sebagai jawaban, "banyak yang terjadi dalam dua tahun ini, Arumi," ucapnya kemudian dengan tatapan menerawang."Abang sekarang bekerja di toko itu," lanjutnya menunjuk toko tempat pramuniaganya tadi meremehkanku seolah aku tidak akan sanggup membayar harga sebuah baju yang terpajang di manekinnya."Bekerja?" ejaku lirih. Bagaimana mungkin seorang Bang Agam bekerja di toko orang."Ceritanya panjang, Rum. Bisakah kita bicara sebentar?"Reflek aku mengangguk."Ayo, kalau begitu!"Aku mengikuti langkah Bang Agam yang berjalan cepat."Kita mau bicara di mana?" tanyaku cepat sebelum Bang Agam sempat menyeberang jalan."Di sudut sana ada warung kopi, kita bicara di sana saja ya, kamu sudah sarapan?""Sudah."***Warung ko

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pernikahan Adam (2)

    Menahan sesak sendirian tanpa ada satu orang pun yang menyadarinya sungguh tak enak. Sekuat mungkin aku berusaha agar air mata tak menampakkan dirinya. Setidaknya, jangan di sini."Ima, jangan jalan-jalan dong, Sayang!" Aku mengikuti ke mana pun Delima melangkah dari depan. Sebenarnya jika tak kuikuti, Delima tak akan berlarian seperti ini, hanya saja kegiatan ini lah yang dapat kulakukan agar terlihat seolah aku biasa saja.Dengan tidak begitu khusu' menghadirkan hati pada prosesi sakral ini, aku menenangkan diriku sendiri."Sah."Koor suara sedikit menggema, lalu memantul ke dinding hati, membuatnya semakin hancur berantakan. Kupejamkan mata dan menelan saliva kuat berulang-ulang. Tenang Arumi, rasa ini akan segera hilang," bisik hati menguatkan.Adam, seseorang yang telah menemani sejak aku bayi, menjaga setulus hati hingga aku benar-benar tak menyadari jika rasanya bukan lagi sebatas kakak-adik. Aku yang bodoh, dan ini adalah yang terbaik, Adam berhak bahagia setelah semua yang te

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Pernikahan Adam

    Hangatnya pelukan Mak Jannah yang kurindukan sangat kembali terasa, nyata menentramkan kembali hati yang sungguh tak baik-baik saja.Tujuanku pulang bukan hanya mengurus kafe yang baru saja rampung, tetapi lebih dari itu. Hampir dua tahun aku mengeja kata memiliki terhadap Adam, yang pada akhirnya setelah semua luka masa laluku sembuh baru kusadari ada cinta di sana.Jarak mampu menguak benih-benih rasa itu menemukan definisinya. Rasa yang mungkin saja telah bersarang lama namun tertutupi tirai semu bernama 'kebiasaan'. Ya, aku terlalu terbiasa dengan seluruh perhatian dan pengertiannya hingga tak menyadari jika itu semua adalah cinta.Sayangnya, saat tabir itu tersingkap, aku kembali harus sadar dalam sebuah kenyataan yang tak pernah kuduga sebelumnya."Dia teman sekantornya Adam, Rum. Baru setahunan ini menjadi pegawai di sana." Mak Jannah bercerita tentang calon istri Adam yang akan dinikahinya besok, dan sekarang di rumah Mak Jannah sedang melakukan beberapa persiapan.Bak bunga y

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Arumi Pulang

    Sejak kejadian itu, ayah membelikan sebuah apartemen untukku yang kami tinggali berempat bersama Delima, aku, seorang Asisten Rumah Tangga dan seorang Pengasuh.Baru saja aku merasakan punya keluarga lengkap yang tinggal bersama dalam sebuah rumah, kini harus 'terpisah' lagi. Namun, inilah yang terbaik. Ayah kerap datang hampir setiap sore untuk bermain dengan Delima dan juga mengobrol serta mengajariku banyak hal terkait pengelolaan hotel dan minimarket.Hari ini tepat setahun aku berkecimpung di dunia bisnis yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jangan membayangkan, memimpikan sekadar halu saja aku tak berani. Qadarullah, kini hal tersebut terwujud nyata di hadapan.Arumi, kamu berubah banyak, bisik hatiku sendiri. Netraku menangkap bayangan sesosok perempuan dalam balutan rok kulot lebar hitam dengan blouse berwarna teh susu serta dilengkapi blazer senada rok. Aku yakin, jika pulang ke Aceh mungkin mereka tidak akan percaya jika ini adalah Arumi.ddrrt ... ddrrt ...

  • Naik Kelas Setelah Ditindas   Terbongkar

    "Berhenti!"Aku berpaling dengan kembali menurunkan tangan yang hendak kudaratkan sekali lagi di pipi mulus Karina."Kamu apa-apaan Arumi?" Mas Rendra menatapku tajam seperti ingin membalas tamparanku terhadap Karina melalui tatapan matanya.Tanpa menghiraukan mereka berdua --Karina yang menatapku nyalang dengan sebelah telapak tangan memegang pipi dan Mas Rendra dengan tatapan membunuhnya-- aku kembali duduk ke tempat semula.Berulangkali aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba meredakan degupan jantung yang berdetak di luar kelaziman.Seorang Arumi Keumala menampar orang, dan seingatku, selama aku hidup, ini pertama kali. Bayangan Kakek terlintas, cepat-cepat kugelengkan kepala, menghalau sendu wajahnya yang mungkin kecewa atas sikapku.Seharusnya kau harus lebih mampu mengontrol emosi, Arumi! Hardik hati menggantikan bayangan Kakek.Kembali kubuka mata yang sesaat terpejam. Karina dan Mas Rendra masih ada di hadapan. Saling diam, entah apa yang sekarang mereka pikir

DMCA.com Protection Status