Hati Zeira yang tadinya bahagia dan berbunga-bunga, seketika berubah menjadi tegang, karena mendapat kiriman video dari nomor yang tidak di kenal. Di video itu, terlihat jelas Reyhan merangkul Sarah masuk ke dalam kamar hotel. *Aku harus berpikir positif, bisa saja video ini hasil rekayasa Sarah* ucap batin Zeira.
Matanya menatap Reyhan yang baru keluar dari kamar mandi, ada rasa benci, kesal, ada juga rasa sayang dan cinta. Kini perasaannya seperti permen nano-nano, asam, asin, manis.
"Hay...." Reyhan menjentikkan jarinya di depan mata Zeira, yang sedari tadi menatap kosong ke arahnya. "Kamu kenapa sayang?" Tanya Reyhan sambil duduk di sisi ranjang di samping Zeira.
"Hm.... enggak kenapa-kenapa mas"
"Jangan bohong. Mas tahu ada yang kamu pikirkan saat ini" todong Reyhan sambil menungkupkan kedua tangannya di wajah Zeira yang sudah mulai membulat karena banyak makan setelah kehamilannya.
"Mas, jika memang benar, kamu yang memaksa Sarah masuk
"ow.. bagus jika kamu mengingatnya. Oh iya...apa kamu sudah menerima sesuatu tadi malam ?" Tanya Sarah sambil mengangkat satu kakinya ke atas kakinya yang satu lagi. Karena mereka saat ini sedang duduk di atas sofa di ruang tamu."Iya....aku menerima sebuah video dari nomor yang tidak di kenal" jawab Zeira dengan santai, yang membuat Sarah jadi geram dan kesal.*Dia sudah melihat videonya, tetapi kenapa dia masih bisa santai dan Tersenyum* batin Sarah"Bagaimana menurut kamu video itu?" Tanya Sarah."Biasa sajah" jawab singkat Zeira."Maksud kamu ? Apa video itu tidak cukup untuk membuktikan kalau Reyhan yang memaksa aku?" Sarah sudah mulai kesal, wajahnya yang manis kini berubah menjadi asam."Betul sekali" sahut Zeira dengan semangat."Tapi ......" Sarah menghentikan ucapannya, karena Reyhan tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping Zeira."Selamat pagi sayang" ucap Reyhan sambil mengecup kening Zeira. Pria itu sudah ber
Hari ini Reyhan sangat sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kantornya. Bukan hanya berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, tetapi ia juga harus ekstra sabar untuk menghadapi Zeira yang bawel, meminta ini dan itu.Setiap sebentar wanita hamil itu, meminta Reyhan memijat kaki dan tangannya yang terasa pegal. Kadang ia duduk di pangkuan Reyhan, yang membuat si CEO tampan itu sulit untuk melihat berkas yang ingin di tandatangani."Mas. Tangan kamu kan, uda enggak sakit lagi ! Jadi besok mas harus ambil mangga muda yang di taman waktu itu" ucap Zeira tiba-tiba dari atas sofa, ia saat ini sedang berbaring, bagaikan di pantai.Seketika tangan Reyhan berhenti menggoreskan pena di atas berkas yang ada di hadapannya. Otaknya mulai kacau, ia tidak bisa fokus lagi. "Sayang, apa tidak bisa, minta bantu sama Bara" sahut Reyhan."Aku pengen mas, yang ambil sendiri" bantah Zeira. Ia benar-benar ingin Reyhan yang mengambil sendiri. Yang namanya wanita hami
Pagi yang cerah menyambut Zeira dan Reyhan terbangun dari tidur panjangnya. Zeira kaget saat menatap benda bulat yang yang menempel di tembok menunjukkan pukul 9 pagi. Ia biasa bangun pukul 6 pagi setiap hari, kecuali saat ia sakit. Ia bisa terlambat bangun hari ini, mungkin karena pertandingan bola tadi malam, yang memaksa harus mencetak 3 kali gol ke gawang lawan, sehingga membuat tubuh keduanya lelah."Mas...bangun" Zeira membangunkan Reyhan dengan menjepit hidung mancung pria tampan itu."Sayang. Aku masih ngantuk" gerutu Reyhan, sambil memutar tubuhnya dan memunggungi Zeira."Mas... Hari ini kita harus mempersiapkan acara 7 bulanan jagoan kamu loh" bisik Zeira dengan lembut di telinga Reyhan. Yang membuat mata pria tampan itu terbuka sempurna.Ia kembali memutar tubuhnya menghadap Zeira. Seketika ular kobra miliknya, berdiri sempurna, karena melihat Zeira masih polos tanpa mengenakan pakaian. Ia menelan salivanya melihat gundukan besar Zeira ya
Pagi ini adalah momen yang di tunggu-tunggu, di mana hari ini mereka akan melakukan acara 7 bulanan kandungan Zeira. Fina sang mertua dengan senang hati membantu Zeira mempersiapkan diri di kamar, sesekali Fina memeluk Zeira dan mengusap perut buncitnya. Ia sangat bahagia dan bersyukur memiliki menantu seperti Zeira, karena berkat wanita cantik itulah, membuat Reyhan menganggapnya sebagai ibu.Zeira yang sedari tadi menatap wajah bahagia sang mertua dari pantulan kaca ! Jadi ikut tersenyum dan bahagia."Sayang kamu cantik banget" puji Fina setelah Zeira selesai di rias sesuai adat Jawa."Terima kasih mama" sahut Zeira.Kedua pelayan, Fina dan Vivi menuntun Zeira keluar dari kamar. Semua mata tertuju kepada wanita hamil yang saat ini sedang menuruni anak tangga.Mata Reyhan tidak sanggup berkedip karena sangat terpesona dengan kecantikan Zeira, baru kali ini, ia melihat Zeira di rias sesuai adat dan tradisi Jawa. Selama ini, ia hanya melihat Zeira m
Tepat pukul 5 sore, Reyhan sudah keluar dari kantor. Saat tiba di parkiran, ia melihat Sarah turun dari taksi dengan membawa satu koper kecil di tangannya."Sore Han ?" Sapa Sarah, yang sudah berada di dekat Reyhan."Loh...kok datang kemari ? Kitakan sudah janji bertemu di kafe ?" Sahut Reyhan."Iya sih ! Cuma aku pikir lebih baik langsung kemari""Ow...terus ini mau kemana ?" Tanya Reyhan"Han, aku bisa minta tolong enggak ?" Bukannya menjawab, Sarah malah balik bertanya."Minta tolong apa Sarah" Reyhan membuka pintu mobil, lalu menjatuhkan bokongnya duduk menghadap ke luar."Han. Tolong antar aku ke tempat paman Jakob, aku ingin bertemu mereka sebelum berangkat ke luar negeri. Please Han " Sarah memohon dengan wajah penuh kesedihan yang mendalam, seperti dalamnya lautan."Rumah paman Jakob ? Gimana ya ? Sebenarnya aku sudah janji akan pulang lebih cepat kepada Zeira" Reyhan menolak Sarah dengan lembut, ia begitu malas u
Dari apartemen hingga tiba di rumah sakit, Roy tidak bisa tenang, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar, kedua bola matanya selalu meneteskan butiran bening. Kabar yang baru ia dengar dari polisi membuat seluruh tubuhnya seperti tersengat listrik, bagaimana tidak ? Sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya ! Pihak kepolisian mengatakan kabar buruk, yaitu, korban di dalam mobil ada dua, yang satu meninggal di tempat sedangkan yang satu lagi terluka parah dan sedang koma.Dengan langkah seribu, ia berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar jenazah. Langkahnya terhenti saat tiba di pintu kamar jenazah, entah mengapa kakinya tiba-tiba terasa berat seperti tertimpa batu puluhan kilo. Ia menyapu air mata, lalu menghirup udara dari hidung dan membuangnya melalui mulut, perlahan ia mulai menggerakkan kakinya mendekati sesosok tubuh yang terbujur kaku di atas tempat tidur besi dengan di tutupi kain putih.Ia mulai mengangkat tangan kekarnya untuk meraih kain put
Zeira hanya bisa menangis duduk di atas kursi besi yang ada di depan ruangan ICU, sambil memandang kaca yang di tutup dengan gorden berwarna biru, sesekali ia mengelus perut buncitnya, dan mengajaknya berbicara. Ia bahkan tidak menghiraukan siapapun yang berbicara kepadanya. Yang ada di dalam hatinya saat ini hanya Reyhan dan Reyhan.Roy dan Vivi, berusaha untuk membujuk Zeira, agar wanita hamil itu mau pulang ke kediaman Nicolas. Mereka khawatir karena Zeira saat ini sedang mengandung. Tetapi usaha mereka sia-sia, Zeira tetap berkeras tidak mau pulang, ia ingin tetap di rumah sakit menunggu suaminya sampai sadar."Ra, kamu pulang ya ? Kasihan anak yang ada di dalam kandungan kamu" bujuk Vivi."Tidak Vi, aku tidak akan pulang sebelum mas Reyhan sadar" bantah Zeira."Kakak pulang saja dengan Vivi, biar aku yang menunggu kak Reyhan. Aku pasti memberikan kabar, kalau sudah ada perkembangan kak Reyhan" sahut Roy. Ia juga sama khawatirnya dengan Vivi, te
Ini hari ke 7 Reyhan di rawat di rumah sakit. Pagi ini ia akan kembali ke kediaman Nicolas. Selama ia sadar dari koma, Zeira tidak pernah lagi mengunjunginya ke rumah sakit, wanita hamil itu lebih memilih menunggu di rumah, ia takut hatinya semakin sakit dan terluka jika Reyhan akan mengusirnya lagi.Sebenarnya ia sangat bahagia saat Bara mengabarinya, kalau Reyhan akan pulang pagi ini. Tetapi ia juga sedih, karena Reyhan tidak mengenalinya. Yang ia lakukan saat ini hanya duduk di balkon kamarnya dan memandang ke arah gerbang. Ia sudah berjanji di dalam hati, kalau dia tidak akan menyambut kepulangan Reyhan.Butiran bening menetes dari kedua bola mata birunya, saat ia melihat mobil Reyhan memasuki gerbang. Ingin rasanya ia berlari mengejar dan memeluk Reyhan dengan erat. Tetapi ia mengubur dalam-dalam keinginannya, karena hal itu akan membuat hatinya semakin terluka. Ia bangkit dari kursi dan melangkah masuk ke dalam kamar. Zeira menjatuhkan bokongnya di atas sofa, jar