"Kenapa tuan ada disini ?"
"Kamu lupa siapa pemilik rumah ini ?" Reyhan menatap tajam Zeira, lalu ia bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Ira. "Ini sudah di kamar, tidak usah memanggilku tuan" bisik Reyhan di telinga Zeira. Seluruh bulu kuduk Zeira merinding karena hembusan nafas Reyhan. Nafas hangat itu mampu membuat Ira memejamkan mata seolah sedang mengharapkan yang lebih dari itu. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Reyhan tidak ada lagi di Rungan itu. "Huf...dia hanya membuatku gugup"Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, dia kembali mual dan tubuhnya hangat, tetapi dia merasa dingin, kepalanya pusing yang membuat pandanganya berputar-putar, ia bersusah payah untuk sampai ke pintu kamarnya dan berusaha untuk membuka gagang pintu lalu meraba tombok dan melangkah menuju kamar Reyhan. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, mungkin ajalnya sudah tiba, tetapi dia tidak ingin berakhir tanpa ada yang melihat. Itu sebabnya dia berusaha mendekati kamar Reyhan.Tok...tok...tok..."Tuan....." Iya mengetuk pintu Reyhan dan berteriak sekuat tenaganya, namun apalah daya, suaranya hanya sampai di tenggorokan dan tidak keluar dari mulut manisnya.Reyhan langsung membuka pintu, karena saat itu dia sedang memeriksa email yang masuk dari perusahaan yang ada di Prancis. Saat pintu terbuka Zeira langsung tersungkur ke dada bidang Reyhan, karena dia sudah tidak sanggup lagi menopang tubunya. "Hei....ini masih di pintu, kamu sudah tidak sabar lagi." Cibir Reyhan. Dia berpikir kalau Ira sedang menginginkan sentuhan darinya seperti malam sebelumnya.Dia menyentuh wajah Zeira saat tidak mendapat jawaban, dan wanita itu pun tidak bergerak sama sekali."Bibi Siti" teriak Reyhan memenuhi seluruh Monsion, yang membuat semua pelayan keluar dari kamarnya masing-masing dan berlari ke arah Reyhan dan Zeira."Apa yang terjadi tuan ? Kenapa Nyonya pingsan ?" Tanya Siti dengan rasa cemas."Kalau saya tahu. Saya gak akan memanggil kamu. Cepat panggil bara " bentak Reyhan. Dia sudah merasa takut dengan apa yang terjadi pada Zeira. *Ayo bangun dong, kalau mau mati tunggu selesai kontraknya dulu, kasi aku anak dulu, baru kamu bebas mau kemana, mau ke surga atau neraka.* Bisik dalam hati Reyhan sambil menepuk-nepuk pipi mulus Zeira. Bang Reyhan jahat banget yah, semoga saja gak ada lagi laki-laki seperti ini."Apa tidak sebaiknya di angkat ke atas tempat tidur saja tuan ?" Tanya salah satu pelayan dengan wajah yang takut. Sebab posisi mereka saat ini masih di pintu kamar Reyhan.Reyhan mengangkat tubuh Zeira, lalu membaringkan di atas tempat tidurnya."Apa yang terjadi tuan" suara Bara dari pintu dengan napas yang terengah-engah. "Hubungi dokter, suru cepat kemari""Baik tuan" Bara langsung menghubungi dokter yang biasa menangani keluarga Nicolas. "Dokter tolong cepat kemari Nyonya sedang tidak sadarkan diri.""Baik pak Bara, saya segera kesana" dokter Ihsan segera mengemasi alat-alat yang akan ia bawa ke kediaman Nicolas. Dia melajukan mobilnya untuk segera tiba. Dia takut kalau Reyhan akan marah jika dia terlambat sedikitpun. Di perjalanan dokter itu berpikir "Nyonya ? Tidak mungkin Nyonya istri kedua pak Richard, dia tidak akan mungkin menginjakkan kaki di rumah tuan Reyhan. Terus Nyonya yang mana ? tuan Reyhan kan belum menikah ?" Kata-kata itu yang selalu berputar-putar di kepala dokter yang sudah parubaya itu, yang sebentar lagi akan menginjak usia 45 tahun.Pernikahan Reyhan belum banyak yang mengetahuinya. Sebab waktu dia menikah dengan Zeira tidak mengundang tamu dan tidak membuat acar resepsi. Seperti acara pernikahan pada umumnya.Setelah tiba di kediaman Nicolas. Dokter Ihsan langsung menuju kamar Reyhan dengan langkah seribu. Dia memeriksa Zeira dengan teliti sampai memakan waktu 30 menit dan di dampingi perawatnya."Apa yang terjadi dok ?" Tanya Reyhan saat dokter membuka pintu kamar."Sepertinya Nyonya tidak sakit tuan, aku merasa Nyonya sedang mengandung, saat memeriksanya tadi, aku merasakan ada detak jantung dari dalam, tetapi akan lebih jelas tunggu Nyonya sadar dan kita akan melakukan tes kehamilan." Ucap dokter Ihsan dengan senyum.Kabar ini yang selalu Reyhan tunggu-tunggu selama 3 bulan ini. Akhinya dia tersenyum, dan berpikir akan menghubungi Daddy nya. Supaya menyiapkan warisan yang menjadi haknya. "Baik, kamu sudah bisa pergi, besok aku akan membawanya ke dokter spesialis kandungan.""Baik tuan, tuan tidak perlu cemas itu biasa terjadi kepada wanita hamil, apa lagi ini kehamilan yang pertam. Aku sudah memberikan suntikan dan sebentar lagi Nyonya akan sadar. permisi tuan." Dokter Ihsan melangkah menuju pintu dan di antar Bara sang sopir pribadi sekaligus kepercayaan Reyhan. "Maaf pak ada yang ingin saya tanya ?" Ucap dokter saat tiba di teras "Iya, ada apa dokter" tanya bara dengan penasaran."Wanita itu siapa ?""Ow, dia adalah Nyonya Zeira istri tuan Reyhan, mereka sudah menikah 3 bulan yang lalu, tetapi tuan tidak membuat acara resepsi hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat saja." Jawab Bara dengan jujur............
*Ting tong* suara ponsel Zeira. "Gimana Ra, jadi gak kita besok makan siang sekalian jalan-jalan ke taman safari ?" Isi pesan Rian. Entah mengapa hati Reyhan merasa sakit saat membaca pesan itu, Reyhan tidak sengaja melihat pesan masuk ke dalam ponsel Zeira, dan melihat nama Rian. Itu sebabnya ia membuka pesannya. *Enak saja kamu mau jalan-jalan* ucap dalam hati Reyhan dan menatap Zeira yang terbaring di atas tempat tidur.
Sepuluh menit kemudian, Zeira perlahan membuka matanya, dia melihat setiap sudut ruangan itu, dan matanya terhenti tepat melihat Reyhan."Ya Tuhan kenapa pria ini ada di mana-mana, bahkan di surga dia tetap ada." Ucap Zeira dengan lembut namun bisa di dengar Reyhan. Zeira berpikir kalau dia saat ini sudah berada di surga alias mati.
Reyhan mengerutkan dahinya melihat Zeira yang seperti orang bodoh dan bicara sendiri. *Kenapa dia melihat setiap sudut kamar ini ? Seperti baru pertama kali melihatnya saja. Dia kan sudah beberapa kali tidur disini bahkan sudah bercinta denganku* gumu dalam hatinya.
"Tuan apa aku masih di dunia ?" Tanya Zeira dengan bodohnya.
"Tentu saja bodoh, kalau kamu sudah tiada, kamu tidak akan melihat ketampananku lagi." Reyhan begitu percaya diri. "Lagi pula kamu tidak bisa mati sebelum melahirkan anakku." Lanjut Reyhan.
Zeira membulatkan matanya dan menelan salivanya dengan kasar. "Benarkah aku hamil ?" Tanya Zeira kepada Reyhan.
"Belum pasti, tetapi kita akan cek ke dokter spesialis kandungan besok pagi untuk memastikannya, jadi tidak ada yang namanya makan siang dan taman safari."
*Ya ampun, kenapa dia tahu ajakan pak Rian ?* Tanya dalam hati Zeira.
"Kamu mengerti tidak ?" Bentak Reyhan karena tidak ada jawaban dari Zeira
"I...i..iya tuan, aku mengerti"
"Bagus kalau kamu sudah mengerti, istirahatlah besok pagi kita akan ke rumah sakit."
Zeira bangkit dari tempat tidur dan ingin kembali ke kamarnya. "Kamu mau kemana ?" Tanya Reyhan dengan tiba-tiba, yang membuat jantung Zeira hampir copot karena kaget.
"Sa....saya mau kembali ke kamar tuan" jawab Zeira dengan terbata-bata
"Kamu istirahat disini saja, tidak perluh takut denganku. Yang takut itu harusnya aku, karena kamu akhir akhir ini sangat aneh."
Zeira merasa malu dengan ucapan Reyhan. Dia bisa mengerti apa maksud dari kata-kata itu. Tentu saja karena beberapa hari ini ia seperti wanita penggoda yang haus akan belaian. Ia menarik selimut untuk menutup tubunya lalu memejamkan ke dua mata birunya.
*
*
*
*
*
"Kenapa tuan ada disini ?""Kamu lupa siapa pemilik rumah ini ?" Reyhan menatap tajam Zeira, lalu ia bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Ira. "Ini sudah di kamar, tidak usah memanggilku tuan" bisik Reyhan di telinga Zeira.Seluruh bulu kuduk Zeira merinding karena hembusan nafas Reyhan. Nafas hangat itu mampu membuat Ira memejamkan mata seolah sedang mengharapkan yang lebih dari itu. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Reyhan tidak ada lagi di Rungan itu. "Huf...dia hanya membuatku gugup"Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, dia kembali mual dan tubuhnya hangat, tetapi dia merasa dingin, kepalanya pusing yang membuat pandanganya berputar-putar, ia bersusah payah untuk sampai ke pintu kamarnya dan berusaha untuk membuka gagang pintu lalu meraba tombok dan melangkah menuju kamar Reyhan. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, mungkin ajalnya sudah tiba, tetapi
Saat Zeira membuka mata, ia sudah melihat cahaya matahari menembus kaca masuk ke dalam kamar. Itu artinya hari sudah pagi. Ia turun kebawah untuk sarapan pagi, setelah membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi kamarnya."Selamat pagi Nyonya" sapa Siti saat ia tiba di meja makan. "Tuan tadi berpesan sebelum berangkat ke kantor. Katanya tuan akan pulang setelah makan siang, jadi Nyonya tidak boleh keluar dari rumah.""Hm...baik lah bi, apa tuan sudah lama pergi ?" Tanya Zeira."Sudah Nyonya bahkan tuan tidak sempat sarapan""Hm... Menurut bibi apa yang aku alami selama ini, apa kah sama dengan tanda-tanda kehamilan ?" Tanya Zeira kepada Siti sang pelayan. Dia berpikir Siti akan tahu, sebab dia sudah memiliki 3 anak."Iya Nyonya, sama seperti yang nyonya alami, rasa mual saat melihat makanan, pengen yang macem-macem, terus yang lebih parah lagi, ada yang ngidamnya penge
"Apa yang kamu katakan Ra ?" Tanya Vivi"Iya Vi aku benar-benar tidak menginginkan anak ini, aku masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu" Zeira berbohong, apa yang dia katakan itu bukanlah yang sebenarnya, namun dia enggan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Vivi."Kamu bicara dengan siapa ?" Tanya Reyhan tiba-tiba dari pintu. Dia sudah sangat kesal dengan apa yang ia dengar barusan keluar dari mulut Zeira. Namun dia berusaha untuk menahan amarahnya."Vi nanti kita lanjut lagi yah" lalu ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Vivi."Saya bicara dengan teman tuan" Zeira mencoba untuk tenang. Namun di dalam hatinya sudah sangat takut. *Semoga saja dia tidak mendengar apa yang aku katakan kepada Vivi, jika iya..? Matilah aku* bisik dalam hati Zeira."Mulai hari ini kamu tidak perlu bekerja lagi, f
"Ada apa dengan tuan paman?" Tanya Zeira kepada Bara saat ia tiba di ruang tamu."Saya tidak tahu Nyonya, tuan Carles yang membawa tuan muda kembali"Carles mengerutkan keningnya. Ia bingung dengan perbincangan Zeira dan Bara. Zeira menyebut Reyhan Tuan, sedangkan Bara memanggil Zeira Nyonya. "Nona apa saya bisa meminta sesuatu ?" Ucap Carles"Iya mas. Mas mau apa ?" Tanya Zeira kembali. Panggilan mas itu sanggup membangunkan sesuatu yang ada di dalam celana Carles. Lantas ia menjadi salah tingkah, di tambah lagi, baju berwarna putih yang Zeira kenakan saat ini menunjukkan atas dari gundukanya. Sangat terlihat jelas gundukan itu putih dan mulus, dengan ukuran yang lumayan besar."Ti....tidak saya mau menumpang ke toilet sebentar" ucap Carles dengan terbata-bata karena gugup. Ia bangkit dari sofa dan melangkah menuju kamar mandi umum
Zeira bangkit dari sofa lalu melangkah ke arah Reyhan dan duduk tepat di sampingnya. "Kalau begitu kamu yang aku panggil Mas" bisik Zeira tepat di telinga Reyhan. Seketika seluruh bulu kuduknya berdiri, karena merasakan hangatnya nafas Zeira menembus masuk ke dalam lubang telinganya.Zeira tidak hanya berbisik, namun tangan mulusnya masuk dari sela kancing kemeja dan mengelus dada bidang milik Reyhan. "Mas...aku mau" ia kembali berbisik. Ia benar-benar sudah gila, saat ini dia seperti wanita perayu yang tidak punya malu.Reyhan menatapnya dengan tatapan tajam. "Aku hanya butuh anak dari kamu, bukan untuk pemuas nafsu kamu, jadi jangan berharap lebih dari itu. Ingat batasanmu" lalu ia bangkit dan pergi menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya dan meninggalkan Zeira sendirian di ruang keluarga. "Kenapa wanita itu jadi aneh setelah hamil?" Bisik dalam hati reyhan sembari menaiki anak tangga.Zeira merasa kesal dengan sikap
Saat Reyhan pulang dari kantor jam 6 sore, Zeira sudah berangkat bekerja. Ia melihat ponsel Zeira yang tertinggal di atas meja rias di dalam kamar. Saat ia akan masuk ke dalam kamar mandi ponsel Zeira berbunyi, sebuah pesan masuk ke dalam WhatsApp Zeira, ia mencoba untuk membuka ponselnya, namun sayang ponsel itu memiliki kode sandi, dia hanya bisa melihat nama sipengirim pesan itu adalah *honey*. Pikirannya di penuhi dengan kata-kata yang negatif. "Apa dia ada hubungan dengan Rian ? Atau dia hamil karena Rian ?" Pertanyaan itu menguasai hati dan pikirannya.Setelah ia selesai membersihkan tubuhnya dan makan malam, ia bergegas menuju Bar bersama Bara sang supir yang selalu setia menemaninya kemana saja. "Kamu bisa masuk ke dalam, dan menikmati minuman ataupun wanita-wanita yang ada di sana, malam ini kita akan bersenang-senang." Baru kali ini Reyhan memberikan kebebasan ke pada Bara. Namun bara bukanlah tipe lelaki pemabuk dan pecinta wanita, dia selalu setia de
"Aku mengandung anak kamu" Bentak Zeira tidak kalah kuatnya dari nada Reyhan."Anakku?" Tanya Reyhan sambil tertawa. "Lihat ini" lanjut Reyhan sambil menyodorkan ponsel Zeira."Ini urusan pribadi aku, yang pasti kandungan ini tidak ada hubungannya dengan orang yang lain""Pantaskah seorang wanita yang sedang mengandung di panggil honey pria lain? Dasar wanita murahan" ucap Reyhan sebelum ia keluar dan membanting pintu dengan kuat.Zeira hanya bisa menangis, tubuhnya gemetar. Ia tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini. "Ayah mengapa kamu Setega ini kepadaku, aku sudah berkorban demi ayah, tetapi ayah tetap saja pergi meninggalkan aku. Lihatlah betapa hancurnya aku" tangisan Zeira.Ia membuka pesan yang masuk dalam ponselnya. *Love aku akan kembali ke Indonesia besok pagi, tunggu aku di bandara dengan vivi yah ?* Pesan dari Royhard adik tiri Reyhan kekasih Zeira.........
Ia mondar-mandir di depan UGD menunggu dokter yang akan keluar dari dalam. Entah mengapa hatinya merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Zeira."Honey kamu minum dulu" ucap wanita licik itu sambil menyodorkan sebotol air mineral. Siapa lagi kalu tidak Chintia."Lihat bagaimana liciknya wanita itu, karena rahasianya sudah terbongkar, dia tega mencelakakan dirinya sendiri. Aku yakin ini pasti sengaja dia lakukan. Jadi kamu gak usah merasa bersalah honey" ucap Chintia saat mereka duduk di ruang tunggu di depan UGD. Dasar wanita iblis, orang uda sekarat masih saja di fitnah, kemana sih hati wanita ini ?Reyhan hanya diam, tetapi dia memikirkan sesuatu dengan apa yang di ucapkan Chintia. Tiba-tiba dokter keluar dari UGD dengan sigap ia menghampiri. "Bagaimana dok ?" Tanya Reyhan dengan penasaran."Mari ikut saya ke ruangan tuan" jawab dokter cantik yang memeriksa kandungan Zeira beberapa hari yang la