Setelah Reyhan tiba di kantor, dia disambut senyum manis seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Chintia. Ia merasa curiga, sebab setelah terakhir dia berdebat denganya, Chintia tidak pernah masuk kantor, ini hari pertama Chintia masuk kantor sejak kejadian itu.
Dia tidak habis pikir, kenapa wanita itu tersenyum bahagia saat melihatnya keluar dari lift. Tok....tok....tok.....seseorang mengetuk pintu ruangan Reyhan, yang membuat ia tersadar.
"Masuk" sahut Reyhan dengan nada yang cukup malas seperti orang yang sedang lelah.
"Selamat pagi Reyhan" suara familiar itu membuat Reyhan memutar matanya ke arah pintu.
"Ow kamu" ucap Reyhan dengan tersemyum melihat sahabatnya itu masuk dari pintu.
"Apa sedang sibuk Bro"
"Hm....lumayan sibuk, karena sudah beberapa hari ini aku jarang masuk kantor," ucap Reyhan sambil bangkit dari kursi kerajaannya itu, da
"Mas mau mandi ? Aku temani ya ?" Ucap Ira dengan lembut sambil bermanja memeluk pinggul Reyhan. "Kamu tadi makan apa sih ?" Tanya Reyhan karena semakin bingung dengan tingkah Ira. "Gak makan apa-apa mas Reyhan." Ia sambil membuka kancing baju Reyhan satu persatu, dan mengelus dada bidang Reyhan. Reyhan yang sudah tidak tahan lagi, karena burung beo yang ada di dalam celana sudah meronta-ronta ingin mencari sangkarnya. Ia mendorong Ira sampai terjatuh ke atas tempat tidur, dan langsung menindihnya dari atas, lalu menghujani seluruh wajah dan leher Ira dengan ciuman nakalnya. Ia dengan kasar melumat bibir Ira dan sesekali menggigit bibir bawahnya, yang membuat Ira meringis kesakitan."Aow, pelanan mas Rey...." "Nikmati saja, bukankah ini yang kamu inginkan baby ?" Reyhan semakin panas dia sudah puas dengan bibir dan leher Ira, dia bera
"aku gak mungkin hamil, ini hanya masuk angin." Bantah Ira karena dia belum siap untuk memiliki anak."Coba kamu beli test pack dulu, itu akan lebih jelas.""Oke... Besok akan saya coba."Para waiters berhamburan ke salah satu ruangan, mereka beradu untuk mengantarkan wine ke ruangan 107. Ira dan Vivi bingung. "Ada apa pak Rian ?" Tanya Vivi dengan penasaran saat Rian muncul di depan mereka."Itu ada CEO tampan, pemilik perusahaan Pratama, dia tamu VIP kita dari dulu, tetapi uda beberapa tahun ini dia tidak pernah kemari. Ini baru dia muncul lagi, dia sangat royal memberikan uang tip kepada waiters. Itu sebabnya mereka rebutan.""Ow.... Begitu, saya jadi penasaran setampan apa sih ? Apa dia seperti Lee Min Ho " tanya Vivi dengan gaya bicara sombong."Kesana saja kalau kamu penasaran" jawab Rian. Dia sengaja menyuruh Vivi pergi, agar dia dapat berd
"Kenapa tuan ada disini ?" "Kamu lupa siapa pemilik rumah ini ?" Reyhan menatap tajam Zeira, lalu ia bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Ira. "Ini sudah di kamar, tidak usah memanggilku tuan" bisik Reyhan di telinga Zeira. Seluruh bulu kuduk Zeira merinding karena hembusan nafas Reyhan. Nafas hangat itu mampu membuat Ira memejamkan mata seolah sedang mengharapkan yang lebih dari itu. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Reyhan tidak ada lagi di Rungan itu. "Huf...dia hanya membuatku gugup" Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, dia kembali mual dan tubuhnya hangat, tetapi dia merasa dingin, kepalanya pusing yang membuat pandanganya berputar-putar, ia bersusah payah untuk sampai ke pintu kamarnya dan berusaha untuk membuka gagang pintu lalu meraba tombok dan melangkah menuju kamar Reyhan. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, mungkin ajalnya sudah tiba, tetapi dia tidak ingin berakhir
"Kenapa tuan ada disini ?""Kamu lupa siapa pemilik rumah ini ?" Reyhan menatap tajam Zeira, lalu ia bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Ira. "Ini sudah di kamar, tidak usah memanggilku tuan" bisik Reyhan di telinga Zeira.Seluruh bulu kuduk Zeira merinding karena hembusan nafas Reyhan. Nafas hangat itu mampu membuat Ira memejamkan mata seolah sedang mengharapkan yang lebih dari itu. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Reyhan tidak ada lagi di Rungan itu. "Huf...dia hanya membuatku gugup"Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, dia kembali mual dan tubuhnya hangat, tetapi dia merasa dingin, kepalanya pusing yang membuat pandanganya berputar-putar, ia bersusah payah untuk sampai ke pintu kamarnya dan berusaha untuk membuka gagang pintu lalu meraba tombok dan melangkah menuju kamar Reyhan. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, mungkin ajalnya sudah tiba, tetapi
Saat Zeira membuka mata, ia sudah melihat cahaya matahari menembus kaca masuk ke dalam kamar. Itu artinya hari sudah pagi. Ia turun kebawah untuk sarapan pagi, setelah membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi kamarnya."Selamat pagi Nyonya" sapa Siti saat ia tiba di meja makan. "Tuan tadi berpesan sebelum berangkat ke kantor. Katanya tuan akan pulang setelah makan siang, jadi Nyonya tidak boleh keluar dari rumah.""Hm...baik lah bi, apa tuan sudah lama pergi ?" Tanya Zeira."Sudah Nyonya bahkan tuan tidak sempat sarapan""Hm... Menurut bibi apa yang aku alami selama ini, apa kah sama dengan tanda-tanda kehamilan ?" Tanya Zeira kepada Siti sang pelayan. Dia berpikir Siti akan tahu, sebab dia sudah memiliki 3 anak."Iya Nyonya, sama seperti yang nyonya alami, rasa mual saat melihat makanan, pengen yang macem-macem, terus yang lebih parah lagi, ada yang ngidamnya penge
"Apa yang kamu katakan Ra ?" Tanya Vivi"Iya Vi aku benar-benar tidak menginginkan anak ini, aku masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu" Zeira berbohong, apa yang dia katakan itu bukanlah yang sebenarnya, namun dia enggan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Vivi."Kamu bicara dengan siapa ?" Tanya Reyhan tiba-tiba dari pintu. Dia sudah sangat kesal dengan apa yang ia dengar barusan keluar dari mulut Zeira. Namun dia berusaha untuk menahan amarahnya."Vi nanti kita lanjut lagi yah" lalu ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Vivi."Saya bicara dengan teman tuan" Zeira mencoba untuk tenang. Namun di dalam hatinya sudah sangat takut. *Semoga saja dia tidak mendengar apa yang aku katakan kepada Vivi, jika iya..? Matilah aku* bisik dalam hati Zeira."Mulai hari ini kamu tidak perlu bekerja lagi, f
"Ada apa dengan tuan paman?" Tanya Zeira kepada Bara saat ia tiba di ruang tamu."Saya tidak tahu Nyonya, tuan Carles yang membawa tuan muda kembali"Carles mengerutkan keningnya. Ia bingung dengan perbincangan Zeira dan Bara. Zeira menyebut Reyhan Tuan, sedangkan Bara memanggil Zeira Nyonya. "Nona apa saya bisa meminta sesuatu ?" Ucap Carles"Iya mas. Mas mau apa ?" Tanya Zeira kembali. Panggilan mas itu sanggup membangunkan sesuatu yang ada di dalam celana Carles. Lantas ia menjadi salah tingkah, di tambah lagi, baju berwarna putih yang Zeira kenakan saat ini menunjukkan atas dari gundukanya. Sangat terlihat jelas gundukan itu putih dan mulus, dengan ukuran yang lumayan besar."Ti....tidak saya mau menumpang ke toilet sebentar" ucap Carles dengan terbata-bata karena gugup. Ia bangkit dari sofa dan melangkah menuju kamar mandi umum
Zeira bangkit dari sofa lalu melangkah ke arah Reyhan dan duduk tepat di sampingnya. "Kalau begitu kamu yang aku panggil Mas" bisik Zeira tepat di telinga Reyhan. Seketika seluruh bulu kuduknya berdiri, karena merasakan hangatnya nafas Zeira menembus masuk ke dalam lubang telinganya.Zeira tidak hanya berbisik, namun tangan mulusnya masuk dari sela kancing kemeja dan mengelus dada bidang milik Reyhan. "Mas...aku mau" ia kembali berbisik. Ia benar-benar sudah gila, saat ini dia seperti wanita perayu yang tidak punya malu.Reyhan menatapnya dengan tatapan tajam. "Aku hanya butuh anak dari kamu, bukan untuk pemuas nafsu kamu, jadi jangan berharap lebih dari itu. Ingat batasanmu" lalu ia bangkit dan pergi menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya dan meninggalkan Zeira sendirian di ruang keluarga. "Kenapa wanita itu jadi aneh setelah hamil?" Bisik dalam hati reyhan sembari menaiki anak tangga.Zeira merasa kesal dengan sikap