Lalu Zeira kembali ke balkon, dia dengan cepat menekan tombol ponselnya dan mencari nomor Vivi. Tidak lama teleponnya terhubung. " Hallo Vi, aku bisa menemani kamu makan siang" ucap Zeira dengan penuh semangat.
"Benarkah ? Woa ini pasti menyenangkan" ucap Vivi dari balik ponselny dengan tidak kalah semangat.
"Di mana kita makan siang ?" Tanya Zeira dengan penasaran.
"Tenang saja nanti aku kirim alamatnya, oke ? Dandan yang cantik ya ?" Ucap Vivi sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya. Setelah itu dia langsung mengirim pesan kepada Roy. * Roy Zeira baru sajah menghubungi aku. Katanya dia di izinkan majikannya. Oh iya kita akan makan siang di mana ? Kamu belum memberitahu aku.*
Sementara Roy saat itu sedang di kamar mandi. Saat dia mendengar suara nada pesan masuk di ponselnya, dia langsung keluar dari kamar mandi. Dan melihat ada pesan masuk dari vivi. Dia sangat bahagia saat membaca isi p
"Aku sangat merindukanmu" Ucap Zeira sambil melepas pelukannya. "Jangan menagis love, aku datang hanya untukmu" ucap Roy sambil menyapu kedua jarinya di pipi mulus Zeira. Vivi sangat terharu melihat Zeira dan Roy, bahkan dia ikut meneteskan air mata."Hem" Vivi berdehem untuk memecah kesedihan di dalam rungan itu. "Maaf Vi" ucap Zeira sambil tersenyum. "Tidak apa-apa, aku sangat menyukai pertunjukannya, ini bahkan lebih menarik dari drama Korea " Vivi mencoba menggoda Zeira. Setelah dua jam mereka menghabiskan makan siang bersama. Tiba-tiba ponsel yang ada di dalam tas mini Zeira mengeluarkan suara, dia dengan sigap mengeluarkan dari dalam tasnya." Kamu di mana ? Saya rasa jam makan siang sudah selesai " Isi pesan singkat yang di kirimkan Reyhan. Wajah Zeira berubah menjadi muram, dia masih ingin bersama Roy. "Ada apa love, pesan dari siapa ? Kenap
Setelah Taxi yang ia naiki tiba di kediaman Nicolas, Zeira menghela napas dengan kasar, lalu ia melangkah masuk ke dalam rumah, dia merasa takut untuk masuk ke dalam kamar, akhirnya dia pergi ke ruang keluarga. Namun tidak disangka Reyhan ada di sana. Zeira membulatkan matanya melihat Reyhan yang saat itu juga sedang melihatnya, Mereka saling pandang pandangan. "Maaf tuan, tadi saya setelah makan siang saya langsung menemui ayahku, aku sudah lama tidak bertemu denganya, kebetulan tempat kami makan tidak jauh dari rumah ayah." Ucap Zeira dengan rasa takut. "Hm" jawab Reyhan dengan singkat, lalu ia pergi meninggalkan Zeira dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah Reyhan pergi, Zeira bisa bernapas dengan legah, tetapi ia merasa bingung kenapa Reyhan tidak marah. Lalu ia meraih ponselnya dari dalam tas untuk melihat apa isi pesan dari Reyhan.*Kamu sudah di mana* isi pesan dari Reyhan sebanyak 12 kali. "Hah hany
"Tuan muda, Nyonya tadi sudah pergi, kata Nyonya ada urusan penting." "Hm" jawab singkat Reyhan. Lalu ia mulai menikmati sarapannya. Seperti biasa keluarga Nicolas tidak pernah berbicara di saat makan. Hanya ada dentingan sendok yang terdengar di ruangan itu. "Daddy akan kembali ke Prancis hari ini, penerbangan Daddy pukul 11. Masalah perjodohanmu dengan Chintia, sudah Daddy bicarakan dengan kedua orangtuanya. Tetapi saya rasa Chintia tida menerima kalau kau sudah menikah dengan wanita lain. Sebab saat Daddy berbicara dia tidak menjawab, bahkan dia langsung pergi. Daddy berharap kalau pernikahan ini bukan lah semata-mata hanya untuk mendapatkan warisan. Tetapi Daddy berharap kamu menikah dengan Zeira karena dasar cinta." Ucap Richard dengan tiba-tiba saat Reyhan akan berdiri dari kursinya. Reyhan menghela napasnya dengan perlahan, "Apa Daddy meragukan pernikahanku ?" "Bukan begitu. Deddy hany
"Aku serius Bro, wanita itu terlihat cantik, dan menarik, saya sempat melihat matanya berwarna biru, benar-benar sempurna." "Sudah.... lupakan wanitamu itu, bagaimana kalau kita makan siang di luar, aku sudah lama tidak makan di kafe milikmu." "Siap..... Let's go" ucap Carles dengan semangat. ******* Sementara Zeira hanya menagis di dalam Taxi menuju rumah sakit, air matanya tidak bisa berhenti mengingat apa yang di katakan Reyhan, dia berharap semoga ia cepat hamil, agar dia terbebas dari pria yang selalu menghinanya itu. Setelah tiba di rumah sakit, dia bersikap tegar dan terlihat biasa saja. Dia setia menanti di depan pintu kamar operasi. *Ting-nong* suara pesan masuk dalam ponsel Zeira. Dia mengusap layar ponselnya dan membaca isi pesan dari Roy "Love apa kita bisa bertemu ? Aku sekarang berada di kafe two love." Dia langsung membalas pesan Roy."Maaf sayang aku tidak
Setelah pukul 5 sore, akhirnya Rizal sadarkan diri, saat itu Zeira hanya tinggal sendiri, Roy dan Vivi sudah pergi sekita 60 menit yang lalu. "Ayah...ayah sudah sadar ?" ucap Zeira dengan hati yang bahagia karena sudah melihat mata ayahnya terbuka lebar. Rizal tersenyu namun matanya masih belum bisa melihat wajah cantik Putrinya dengan jelas. "Ayah butuh sesuatu" tanya Zeira dengan cemas karena tidak mendapat jawaban dari ayahnya. "Tidak sayang, hanya saja mata ayah tidak bisa melihat dengan jelas, mungkin ini karena efek bius." "Iya, mungkin saja ayah, ayah apa aku bisa bertanya sesuatu ?" Sesungguhnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk Zeira bertanya, namun ia tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam hatinya. "Iya sayang" "Sejak kapan ayah mengidap penyakit kanker ganas ? Dan kenapa ayah tidak mengijinkan dokter untuk memberitahukannya kepa
Roy kembali ke Prancis tanpa bertemu dengan Zeira. Hatinya sangat sedih mengingat kalau dia dan Zeira tidak akan bertemu dalam beberapa tahun lagi, sampai dia selesai kuliah. ****** Zeira berusaha menenangkan dirinya, lalu ia turun ke lantai bawah dan mencari Siti ke dapur."Bibi apa ayah sudah kembali ?" "Tuan besar sudah kembali ke Prancis kemaren pagi Nyonya" Zeira sangat kaget, dia baru satu hari satu malam tidak kembali, namun sudah dua orang yang pergi dari rumah itu, tanpa bertemu dengannya."Bibi bantu aku membereskan barang-barangku dari kamar tuan. Aku ingin pindah ke kamarku." Setelah 3 jam berlalu semua barang Zeira sudah di pindahkan dari kamar Reyhan ke kamar yang sebelumya ia tempati. Setelah itu ia baru pergi ke rumah sakit dengan menaiki Taxi. Sementara di gedung besar milik perusahaan DUBER GRUP, Reyhan sedang berdebat dengan Chintia.
Zeira meringis kesakitan, akibat bekas cengkeraman tangan Reyhan. "Ya Tuhan semoga aku cepat hamil, dia pria yang berhati iblis." Batin Zeira. ........... Di rumah sakit Aulia Hospital, Rizal sedang menunggu kedatangan Vivi, saat Zeira meninggalkan rumah sakit, Rizal langsung menghubungi Vivi dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Tidak lama Vivi pun muncul dari balik pintu."Siang paman ?" Ucap Vivi sambil menjulurkan kepalanya. "Siang Vivi, masuk lah nak" Vivi melangkah mendekati Rizal, dia sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres, sebab Rizal tidak pernah menghubunginya selama ini."Ada apa paman" "Paman ingin bertanya sesuatu, aku harap kamu menjawabnya dengan jujur." Vivi menelan salivanya dengan kasar, perasaannya sudah mulai tidak tenang."Iya paman, aku akan menjawabnya jika memang aku mengetahuinya." "Sudah berapa lama
Setelah tiba di rumah sakit, Zeira melihat Reyhan sedang duduk sendiri di ruang tunggu. "Ada apa tuan ? Kenapa tuan memanggilku datang kemari ?" Reyhan menatap Zeira dengan wajah yang sedih, matanya tertuju kearah pipi Zeira, hatinya semaki merasa bersalah, bekas cengkeraman tanganya, masih sangat terlihat di pipi mulus Zeira." Duduk lah ada yang ingin aku bicarakan kepadamu." Zeira semakin gugup, jantungnya sudah tidak bisa dikontrol lagi "Ada apa tuan ?" tanya Zeira dengan rasa cemas. Tiba-tiba Reyhan bangkit dari kursi dan langsung memeluk Zeira dengan erat."Aku harap kamu bisa kuat menerima kenyataan ini." Zeira semakin bingung dengan ucapan Reyhan."Ada apa tuan ? Tolong jangan membuatku semakin bingung." Reyhan belum sempat menjawab pertanyaan Zeira, namun salah satu perawat datang menghampiri mereka ."Tuan jenazahnya sudah bisa di b