"Aku serius Bro, wanita itu terlihat cantik, dan menarik, saya sempat melihat matanya berwarna biru, benar-benar sempurna."
"Sudah.... lupakan wanitamu itu, bagaimana kalau kita makan siang di luar, aku sudah lama tidak makan di kafe milikmu."
"Siap..... Let's go" ucap Carles dengan semangat.
*******
Sementara Zeira hanya menagis di dalam Taxi menuju rumah sakit, air matanya tidak bisa berhenti mengingat apa yang di katakan Reyhan, dia berharap semoga ia cepat hamil, agar dia terbebas dari pria yang selalu menghinanya itu. Setelah tiba di rumah sakit, dia bersikap tegar dan terlihat biasa saja. Dia setia menanti di depan pintu kamar operasi.
*Ting-nong* suara pesan masuk dalam ponsel Zeira. Dia mengusap layar ponselnya dan membaca isi pesan dari Roy "Love apa kita bisa bertemu ? Aku sekarang berada di kafe two love."
Dia langsung membalas pesan Roy."Maaf sayang aku tidak
Setelah pukul 5 sore, akhirnya Rizal sadarkan diri, saat itu Zeira hanya tinggal sendiri, Roy dan Vivi sudah pergi sekita 60 menit yang lalu. "Ayah...ayah sudah sadar ?" ucap Zeira dengan hati yang bahagia karena sudah melihat mata ayahnya terbuka lebar. Rizal tersenyu namun matanya masih belum bisa melihat wajah cantik Putrinya dengan jelas. "Ayah butuh sesuatu" tanya Zeira dengan cemas karena tidak mendapat jawaban dari ayahnya. "Tidak sayang, hanya saja mata ayah tidak bisa melihat dengan jelas, mungkin ini karena efek bius." "Iya, mungkin saja ayah, ayah apa aku bisa bertanya sesuatu ?" Sesungguhnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk Zeira bertanya, namun ia tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam hatinya. "Iya sayang" "Sejak kapan ayah mengidap penyakit kanker ganas ? Dan kenapa ayah tidak mengijinkan dokter untuk memberitahukannya kepa
Roy kembali ke Prancis tanpa bertemu dengan Zeira. Hatinya sangat sedih mengingat kalau dia dan Zeira tidak akan bertemu dalam beberapa tahun lagi, sampai dia selesai kuliah. ****** Zeira berusaha menenangkan dirinya, lalu ia turun ke lantai bawah dan mencari Siti ke dapur."Bibi apa ayah sudah kembali ?" "Tuan besar sudah kembali ke Prancis kemaren pagi Nyonya" Zeira sangat kaget, dia baru satu hari satu malam tidak kembali, namun sudah dua orang yang pergi dari rumah itu, tanpa bertemu dengannya."Bibi bantu aku membereskan barang-barangku dari kamar tuan. Aku ingin pindah ke kamarku." Setelah 3 jam berlalu semua barang Zeira sudah di pindahkan dari kamar Reyhan ke kamar yang sebelumya ia tempati. Setelah itu ia baru pergi ke rumah sakit dengan menaiki Taxi. Sementara di gedung besar milik perusahaan DUBER GRUP, Reyhan sedang berdebat dengan Chintia.
Zeira meringis kesakitan, akibat bekas cengkeraman tangan Reyhan. "Ya Tuhan semoga aku cepat hamil, dia pria yang berhati iblis." Batin Zeira. ........... Di rumah sakit Aulia Hospital, Rizal sedang menunggu kedatangan Vivi, saat Zeira meninggalkan rumah sakit, Rizal langsung menghubungi Vivi dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Tidak lama Vivi pun muncul dari balik pintu."Siang paman ?" Ucap Vivi sambil menjulurkan kepalanya. "Siang Vivi, masuk lah nak" Vivi melangkah mendekati Rizal, dia sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres, sebab Rizal tidak pernah menghubunginya selama ini."Ada apa paman" "Paman ingin bertanya sesuatu, aku harap kamu menjawabnya dengan jujur." Vivi menelan salivanya dengan kasar, perasaannya sudah mulai tidak tenang."Iya paman, aku akan menjawabnya jika memang aku mengetahuinya." "Sudah berapa lama
Setelah tiba di rumah sakit, Zeira melihat Reyhan sedang duduk sendiri di ruang tunggu. "Ada apa tuan ? Kenapa tuan memanggilku datang kemari ?" Reyhan menatap Zeira dengan wajah yang sedih, matanya tertuju kearah pipi Zeira, hatinya semaki merasa bersalah, bekas cengkeraman tanganya, masih sangat terlihat di pipi mulus Zeira." Duduk lah ada yang ingin aku bicarakan kepadamu." Zeira semakin gugup, jantungnya sudah tidak bisa dikontrol lagi "Ada apa tuan ?" tanya Zeira dengan rasa cemas. Tiba-tiba Reyhan bangkit dari kursi dan langsung memeluk Zeira dengan erat."Aku harap kamu bisa kuat menerima kenyataan ini." Zeira semakin bingung dengan ucapan Reyhan."Ada apa tuan ? Tolong jangan membuatku semakin bingung." Reyhan belum sempat menjawab pertanyaan Zeira, namun salah satu perawat datang menghampiri mereka ."Tuan jenazahnya sudah bisa di b
Di bab ini percintaannya sedikit panas, jadi bijak lah dalam membaca. Yang belum cukup umur, Monggo mundur ..... 😁😁😁. .......... Zeira mendorong tubuh Reyhan dari atas tubuhnya hingga terjatuh ke atas tempat tidur. Lalu ia menindih tubuh Reyhan, ia duduk tepat di atas pinggul Reyhan, dia bisa merasakan sesuatu yang keras di dalam celana boxer Reyhan. Perlahan ia membuka kaus putih yang melekat di tubuh Reyhan, ia mencium bibir Reyhan dengan lembut dan penuh nafsu, dia sudah tidak sabar lagi untuk melihat benda tumpul milik Reyhan, yang sangat ia inginkan saat ini, ia membuka boxer Reyhan dan melemparnya ke lantai marmer dengan kasar. Matanya membulat dan ia berulang-ulang kali menelan salivanya dengan kasar, ia sudah tidak sabar lagi ingin melumut kejantanan Reyhan yang sangat besar itu. Tiba-tiba Ia memasukkannya ke dalam mulutnya dan menikmati setiap ujung dari benda tumpul itu. Hal itu membuat Reyhan mendesah karena merasa nikmat yang luar biasa."Ow....itu sang
Setelah Reyhan tiba di kantor, dia disambut senyum manis seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Chintia. Ia merasa curiga, sebab setelah terakhir dia berdebat denganya, Chintia tidak pernah masuk kantor, ini hari pertama Chintia masuk kantor sejak kejadian itu. Dia tidak habis pikir, kenapa wanita itu tersenyum bahagia saat melihatnya keluar dari lift. Tok....tok....tok.....seseorang mengetuk pintu ruangan Reyhan, yang membuat ia tersadar. "Masuk" sahut Reyhan dengan nada yang cukup malas seperti orang yang sedang lelah. "Selamat pagi Reyhan" suara familiar itu membuat Reyhan memutar matanya ke arah pintu. "Ow kamu" ucap Reyhan dengan tersemyum melihat sahabatnya itu masuk dari pintu. "Apa sedang sibuk Bro" "Hm....lumayan sibuk, karena sudah beberapa hari ini aku jarang masuk kantor," ucap Reyhan sambil bangkit dari kursi kerajaannya itu, da
"Mas mau mandi ? Aku temani ya ?" Ucap Ira dengan lembut sambil bermanja memeluk pinggul Reyhan. "Kamu tadi makan apa sih ?" Tanya Reyhan karena semakin bingung dengan tingkah Ira. "Gak makan apa-apa mas Reyhan." Ia sambil membuka kancing baju Reyhan satu persatu, dan mengelus dada bidang Reyhan. Reyhan yang sudah tidak tahan lagi, karena burung beo yang ada di dalam celana sudah meronta-ronta ingin mencari sangkarnya. Ia mendorong Ira sampai terjatuh ke atas tempat tidur, dan langsung menindihnya dari atas, lalu menghujani seluruh wajah dan leher Ira dengan ciuman nakalnya. Ia dengan kasar melumat bibir Ira dan sesekali menggigit bibir bawahnya, yang membuat Ira meringis kesakitan."Aow, pelanan mas Rey...." "Nikmati saja, bukankah ini yang kamu inginkan baby ?" Reyhan semakin panas dia sudah puas dengan bibir dan leher Ira, dia bera
"aku gak mungkin hamil, ini hanya masuk angin." Bantah Ira karena dia belum siap untuk memiliki anak."Coba kamu beli test pack dulu, itu akan lebih jelas.""Oke... Besok akan saya coba."Para waiters berhamburan ke salah satu ruangan, mereka beradu untuk mengantarkan wine ke ruangan 107. Ira dan Vivi bingung. "Ada apa pak Rian ?" Tanya Vivi dengan penasaran saat Rian muncul di depan mereka."Itu ada CEO tampan, pemilik perusahaan Pratama, dia tamu VIP kita dari dulu, tetapi uda beberapa tahun ini dia tidak pernah kemari. Ini baru dia muncul lagi, dia sangat royal memberikan uang tip kepada waiters. Itu sebabnya mereka rebutan.""Ow.... Begitu, saya jadi penasaran setampan apa sih ? Apa dia seperti Lee Min Ho " tanya Vivi dengan gaya bicara sombong."Kesana saja kalau kamu penasaran" jawab Rian. Dia sengaja menyuruh Vivi pergi, agar dia dapat berd