Saat membuka mata di pagi hari, Zeira merasa pusing dan mual. Ia merasa seperti tubuhnya tidak berdaya. ia mengambil obat dari lemari dan meminumnya, Zeira berpikir kalau dirinya hanya pusing biasa, ia juga berpikir kalau perutnya sedang masuk angin karena sudah beberapa malam ini ia selalu begadang. Tetapi setelah meminum obat ! Ia merasa perutnya jadi sakit. Zeira meraih ponsel dari atas meja rias, lalu menghubungi Vivi untuk memintanya datang ke kamar.
Tok...tok....tok... suara ketukan pintu
Sementara di rumah sakit, Carles sedang berusaha memberikan semangat kepada Zeira, ia mengatakan kalau Reyhan sedang ada urusan penting dengan klien, itu sebabnya Reyhan belum datang sampai saat untuk melihat Zeira. Semua itu Carles lakukan agar Zeira tidak benci dan sakit hari kepada suaminya. Tetapi semua usahanya itu akan sia-sia karena Reyhan sudah menilainya dengan negatif.Zeira melihat benda bulat yang tergantung di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hatinya semakin sedih karena Reyhan tidak muncul-muncul. "Apa mas Reyhan belum pulang ya?" Ucap Zeira
Satu bulan telah berlalu, di mana akhir-akhir ini Zeira sering sakit dan mual-mual. Tetapi hal itu tidak pernah terjadi di depan Reyhan. Zeira selalu bersikap kuat jika berada di dekat Reyhan. Ia tidak ingin jika Reyhan mengetahi tentang kehamilannya. Zeira sudah kesal, karena sudah beberapa kali ingin mengatakannya kepada Reyhan, tetapi suaminya itu tidak pernah mau mendengar ucapannya.Hari ini Zeira akan ke rumah sakit untuk kontrol kepada dokter, ia harus kontrol setiap bulan karena kehamilannya kali ini berbeda dengan kehamilannya yang pertama. Dokter mengatakan kehamilan Zeira saat ini termasuk lemah, jadi harus mengkonsumsi obat penguat kandungan hingga usia 5 bulan.Saat Zeira dan Vivi akan pergi ke ruma
Rasa nyaman membuat Zeira tidak ingin bangun dari tidurnya, setelah dua bulan berlalu, ini pertama kalinya ia merasakan bantal yang begitu empuk dan hangat. Saat ia membuka mata, Zeira langsung disambut dengan wajah tampan Reyhan. Bibirnya terbuka lebar karena bahagia berada dalam pelukan suaminya. Tetapi Zeira kembali memejamkan mata saat Reyhan menggerakkan tubuhnya. Pria itu semakin mengeratkan pelukannya hingga membuat Zeira sulit untuk bernapas.Ting-nong ting-nong suara nyaring ponsel Reyhan"Mas, ponsel kamu berbunyi" ucap Zeira"Hm" sahut Reyhan tanpa membuka mata"Mas, ada yang menelepon" ucap ZeiraReyhan membuka mata dengan malas, satu tangannya meraih ponsel dari atas meja yang ada di samping tempat tidur, sementara tangan yang satu lagi masih tetap menjadi bantal Zeira."Hallo" ucap Reyhan setelah mengusap layar ponselnya"Sayang kamu di mana ? Aku lagi di kamar kamu, tapi di sini enggak ada siapa-siapa"
Dalam satu hari ini Reyhan pusing memikirkan masalah Caterina, hingga membuat pria tampan itu lupa waktu, bahkan ia tidak sadar jika hari sudah malam. Jika Bara tidak menemuinya ke kantor, Reyhan tidak akan menyadari kalau saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia sempat menolak ajakan Bara untuk pulang, tetapi sopir kesayangannya itu memaksanya hingga ia tidak bisa menolak.Dalam perjalanan menuju kediaman Nicolas, Bara banyak bertanya kepada Reyhan. Ia memberanikan diri untuk menanyakan masalah apa yang sedang menimpah Reyhan saat ini, sehingga bosnya itu tidak ingin pulang ke kediaman Nicolas."Maaf tuan. Apa aku bisa bertanya sesuatu ?" Ucap Bara dari bangku pengemudi"Hm" sahut singkat Reyhan"Apa tuan sedang ada masalah ?" Tanya Bara"Tidak" lagi-lagi Reyhan menjawab dengan singkat"Tetapi kenapa akhir-akhir ini, tuan dan nyonya jarang bersama ?" todong Bara, ia sebenarnya merasa ragu untuk bicara seperti itu. Tetapi ka
Suara ketukan pintu membangunkan Reyhan dari tidur panjangnya. Ia membuka mata dengan malas lalu melangkah untuk membuka pintu, pikirannya yang masih dipengaruhi dengan mimpi indah, lantas memeluk wanita yang ada di depan pintu kamarnya."Aku mencintaimu sayang" ucap Reyhan"Aku juga mencintaimu sayang" balasnya"Aku merindukan kehangatan dari tubuhmu sayang" goda Reyhan."Aku juga sayang, aku ingin selalu seperti ini denganmu" Caterina semakin mengeratkan pelukannya, ia begitu nyaman dalam dekapan Reyhan.Sementara Zeira yang baru ke luar dari kamarnya, refleks membulatkan mata, melihat sepasang suami, istri yang sedang bermesraan di depan pintu kamar Reyhan. Tubuhnya tiba-tiba gemetar, dan mulutnya tidak dapat berbicara. Zeira menelan salivanya dengan kasar, lalu kembali masuk ke dalam kamar. Ia menutup pintunya dengan kasar hingga mengakibatkan suara.Par..... Suara pintu Zeira, yang membuat Reyhan tersadar. Ia refleks melepaskan pe
Tepat pukul 2 siang, Reyhan sudah tiba di kediaman Nicolas bersama Wirawan, ia menjemput ayah mertuanya itu dari bandara. Sebenarnya Reyhan tidak ingin menjemput Wirawan ke bandara, tetapi karena Caterina datang menemuinya ke kantor, ia terpaksa mengikuti kemauan Caterina."selamat datang om, apa kabar ?" sapa Zeira saat Wirawan masuk ke dalam rumah"om baik, kamu bagaimana kabarnya ?" sahut Wirawan,ia balik bertanya kepada Zeira"saya baik om" sahut singkat Zeira"oh ya, om membawa oleh-oleh khusus untuk kamu" ucap Wirawan sambil menyodorkan paper beg kepada Zeira"terima kasih om" ucap Zeira dengan tersenyum "kalau begitu saya ke kamar dulu om" lanjut Zeira. ia melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.Sementara Reyhan hanya diam melihat Zeira melangkah menaiki anak tangga."sayang" panggil Caterina"hm... iya" sahut Reyhan"papa sepertinya lelah, dia harus istirahat" uc
Setelah masuk ke dalam ruangan dokter, Zeira meminta Reyhan untuk membeli sesuatu untuknya. Semua itu itu ia lakukan agar Reyhan tidak mendengar perbincangannya dengan dokter. Ia tidak ingin Reyhan mengetahui kehamilannya saat ini, Zeira ingin memberitahunya kepada Reyhan, di saat mereka sudah berdamai, dan tidak salah paham seperti saat ini.Zeira meminta tolong kepada dokter, agar tidak memberitahu kehamilannya kepada Reyhan."Tetapi kenapa buk ?" Tanya dokter"Aku ingin memberi mas Reyhan kejutan dokter" dalih Zeira. Ia tidak mungkin mengatakan masalah yang sebenarnya kepada dokter itu, karena masalah rumah tangga tidak boleh diketahui oleh orang lain. Bahkan orang tua kita sendiri."Oh..... baiklah buk" sahut dokter. Ia percaya dengan ucapan Zeira"Katakan saja kepada mas Reyhan kalau aku hanya masuk angin dan kurang istirahat" ucap Zeira dengan wajah yang memohon."Baik buk"Tidak lama, pintu terbuka dan Reyhan menjulurkan kepala
Reyhan mondar-mandir di depan pintu ruangan UGD. Ia sangat khawatir dengan kondisi Zeira, karena pada saat akan tiba di rumah sakit, Zeira tidak sadarkan diri. Ia berkali-kali melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangannya. Reyhan semakin cemas karena sudah 60 menit, belum ada dokter atau perawat yang ke luar dari ruangan UGD.Begitu juga dengan Vivi dan Roy, mereka sangat khawatir akan kondisi Zeira."Bagaimana ini sayang" ucap Vivi kepada Roy, ia bingung harus berbuat apa."Tenang sayang. Kakak ipar pasti baik-baik saja, dia adalah wanita yang kuat" Roy berusaha menenangkan hati istrinya, ia tahu bagaimana rasa khawatirnya Vivi saat ini terhadap Zeira."Sayang, sebaiknya kita katakan yang sebenarnya kepada kak Reyhan" ucap Vivi"Maksud kamu ?""Kita harus memberitahu kak Reyhan, kalau Zeira saat ini sedang mengandung. Aku takut jika nanti kak Reyhan marah kepada kita, karena telah menyembunyikan semuanya darinya" Vivi be