Setelah 45 menit Reyhan pun tiba di kantor, seperti biasanya dia selalu di sambut dengan senyuman hangat dari seorang wanita cantik yaitu sekretarisnya. "Selamat pagi pak" ucap Chintya dengan nada yang manja dan senyum yang manis di bibirnya. Namun sayang Reyhan tidak pernah tertarik dengan Chintya, dia selalu bersikap tidak acuh. Reyhan berjalan melewati Chintya dan masuk ke dalam ruangan khusus CEO.
...............
Setelah satu hari penuh di kantor dengan aktifitas yang cukup melelahkan, akhirnya waktu menunjukkan pukul 5 sore dan saatnya untuk pulang kantor. Tiba-tiba Chintya datang menghampirinya saat Reyhan akan masuk kedalam mobil. " Maaf pak, apa saya bisa menumpang di mobil Bapak ? mobil saya tiba-tiba mati."
"Saya masih ada urusan yang penting, dan arah kita juga berbeda, jadi saya rasa kamu lebih baik naik Taxi."
Chintya hanya menganggukkan kepalanya, dia sudah terbiasa dengan sikap Reyhan yang selalu menolaknya
Setelah sambungan teleponnya terputus, Reyhan tidak nafsu lagi untuk melanjutkan sarapanya, dia hanya meminum air mineral yang ada di atas meja, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar dia merasa tidak tenang, karena ayahnya akan datang. Dia takut jika Richard akan tahu kalau dia hanya menikah kontrak dengan Zeira. Setelah 30 menit dia berpikir akhirnya dia menghubungi Bara untuk datang ke kamarnya. Tidak lama Bara pun tiba di kamar Reyhan. "Ada apa Tuan ? Apa ada masalah ?" "Bukan hanya masalah, tetapi ini masalah besar, Daddy hari ini datang dari Prancis, dia tahu kalau aku sudah menikah. Apa kamu yang memberi tahu Daddy ?" "Tidak Tuan, saya tidak pernah menghubungi Tuan Besar." "Baik lah. Suru wanita itu kesini" "Maksudnya Nyonya Tuan ?" "Hm" jawaban singkat dari bibir Reyhan. Dia sudah 2 bulan menikahi Zeira tetapi dia tidak pernah menyebut nama Zeira. Setelah
Saat Zeira masuk ke dalam ruang tamu, dia melihat Reyhan duduk di atas sofa sedang menekan-nekan keningnya dengan jari-jarinya dan menutup kedua matanya. "Tuan ini teh nya" ucap Zeira dengan nada yang cukup lembut dan meletakkannya di atas meja. Reyhan melihatnya dan mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu menjadi pelayan?" "Seorang istri harus melayani suaminya" kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Zeira tanpa ia sadari. Reyhan tersenyum angkuh."Jangan bermimpi, kita hanya menikah kontrak, bukan menjadi suami istri sungguhan, aku hanya ingin anak, bukan pelayan." "Sebelum kontrak kita berakhir, itu artinya saya istrimu Tuan Reyhan, bahkan kita sudah terdaftar di negara sebagai pasangan suami istri yang sah." "Hmmm, lakukan saja apa yang kamu inginkan. Aku hanya tidak ingin jika kamu berharap terlalu jauh." Zeira merasa menyesal dengan apa yang ia katakan kepada Reyhan. Dia merasa malu, saat
"Tentu saja putriku" Tanpa membuang waktu, Zeira langsung melangkah menuju dapur dan mengambil semua bahan yang ia butuhkan dari dalam lemari Es. Setelah 55 menit akhirnya Zeira telah menyelesaikan 3 masakan lezat, lalu menghidangnya di atas meja dan dibantu sang pelayan. Sementara Rizal yang duduk di atas sofa yang ada di ruang tamu, bisa mencium aroma masakan Zeira datang dari arah dapur, yang membuat perutnya menjadi keroncongan."Ayah pasti sudah lapar?" Ucap Zeira saat mendekati Rizal yang duduk di atas sofa. Rizal tersenyum bahagia mendengar ucapan putri semata wayangnya."Mencium aromanya saja sudah membuat perut ayah semakin lapar" Lalu Rizal melangkah menuju meja makan dengan Zeira, setelah tiba di meja makan Rizal sudah tidak tahan lagi untuk menyantap kepiting saus pedas kesukaannya."wao ini semua menu favoritku, kepiting saus pedas, capcay goreng, dan tempe mendoan. Ayah sudah tidak sabar lagi ingin menyantap kepiting saus pedasnya, sudah lam
Seperti yang Vivi harapkan, wajah Zeira berubah menjadi merah merona. " Dia bukan mertuaku, aku dan pak Reyhan hanya menikah kontrak, tidak ada rasa cinta diantar kami. Jika tidak karena utang ayah ? Aku tidak akan pernah menikah dengannya. Aku sangat mencintai Royhard" ucap Zeira dengan mata yang berkaca-kaca. Vivi merasa bersalah."maaf Ra...aku hanya ingin menggodamu, aku tidak bermaksud untuk membuat kamu bersedih" sambil merangkul punggung Zeira dengan erat. Saat Vivi melepaskan pelukannya dia melihat Bara sedang berbicara dengan Rian. "Ra, kamu datang dengan siapa?" "Saya kemari hanya sendiri, ada apa Vi?" Ucap Zeira dengan bingung saat melihat wajah Vivi berubah menjadi tegang. "Tidak apa-apa, tetapi kalau aku tidak salah, pria itu kan sopir pak Reyhan" ucap Vivi sambil mengarahkan satu jari rampingnya kearah Bara dan Rian. Zeira mengalihkan tatapannya kearah jari Vivi. "Ya itu
Zeira berusaha menolak Reyhan, namun dia tidak sanggup. Saat Reyhan sedang menikmati bibir tipis Zeira, tiba-tiba ponselnya yang terletak di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur berbunyi. Sontak membuat gairah Reyhan menghilang, dia menghentikan aksinya dan berdiri dari tubuh mungil Zeira. Saat dia melihat layar ponselnya nama yang muncul * Daddy * "Hallo Daddy. Apa Daddy sudah tiba di bandara ?" Ucap Rian saat menerima telepon dari Richard sambil berjalan menuju balkon kamarnya. "Ya Daddy baru tiba di bandara, tetapi aku akan ke apartemen dulu untuk mengantar adikmu Royhard" "Oke Daddy" lalu ia memutuskan sambungan teleponnya. Saat ia masuk kedalam kamar, dia melihat Zeira sudah berpakaian rapih. "Apa aku menyuruhmu untuk berpakaian ?" Ucap Reyhan dengan tiba-tiba sambil menarik pinggang ramping Zeira. "Ti...ti...tidak tuan, saya berpikir....." Dia belum selesai berbicar
Zeira berusaha untuk tersenyum namun tangannya gemetar. Dia berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Reyhan."Lepaskan tanganku" ucap Zeira dengan lembut. "Kita harus terlihat romantis, agar Daddy tidak curiga, apa kamu mengerti?" Zeira hanya membalas dengan senyum di bibirnya. "Kapan Daddy tiba?" Ucap Reyhan sambil merangkul Richard. "Sudah sekitar 20 menit, ayah tidak mengantar adikmu ke apartemen, dia di jemput temannya ke bandara. Jadi ayah langsung pulang bersama Bara" ucap Richard setelah melepaskan pelukannya dengan Reyhan. "Oohhh iya Daddy. Ini istriku, menantu Daddy" dia merangkul pundak Zeira dengan sebelah tangan kanannya. Zeira gugup namun dia tetap tersenyum."Saya Zeira paman istri mas Reyhan" dia sangat bingung harus memanggil apa kepada Reyhan, namun tiba-tiba kata mas itu terlintas dipikirannya. Richard menyambut tan
Setelah 45 menit berlalu, akhirnya Zeira selesai menyiapkan sarap dan di bantu para pelayan. Lalu ia menghidangnya di atas meja makan. Sementara Reyhan bisa mencium aroma masakan Zeira dari arah meja makan. Lalu ia berdiri dan melangkah menuju meja makan. Tidak lama tiba-tiba Richard turun dari lantai atas dan bergabung bersama merekam, saat ia tiba, dia masih melihat celemek yang menggantung di leher jenjang Zeira yang menutupi dada sampai setengah dari pahanya."Aromanya sangat menggugah selera, Daddy sudah tidak sabar lagi ingin mencicipinya." Ucap Richard saat duduk di bangkunya. Dengan sigap Zeira menghidangkan satu piring nasi goreng di hadapan Richard dan Reyhan. Dia tidak menduga kalau Richard akan menyukai nasi goreng yang ia masak begitu juga dengan Reyhan. Mereka sama-sama menghabiskan nasi goreng yang ada di dalam piringnya tanpa ada yang tersisa. Setelah selesai sarapan Reyhan ter
Lalu Zeira kembali ke balkon, dia dengan cepat menekan tombol ponselnya dan mencari nomor Vivi. Tidak lama teleponnya terhubung. " Hallo Vi, aku bisa menemani kamu makan siang" ucap Zeira dengan penuh semangat. "Benarkah ? Woa ini pasti menyenangkan" ucap Vivi dari balik ponselny dengan tidak kalah semangat. "Di mana kita makan siang ?" Tanya Zeira dengan penasaran. "Tenang saja nanti aku kirim alamatnya, oke ? Dandan yang cantik ya ?" Ucap Vivi sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya. Setelah itu dia langsung mengirim pesan kepada Roy. * Roy Zeira baru sajah menghubungi aku. Katanya dia di izinkan majikannya. Oh iya kita akan makan siang di mana ? Kamu belum memberitahu aku.* Sementara Roy saat itu sedang di kamar mandi. Saat dia mendengar suara nada pesan masuk di ponselnya, dia langsung keluar dari kamar mandi. Dan melihat ada pesan masuk dari vivi. Dia sangat bahagia saat membaca isi p