Share

Chapter 97

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ibrahim terlihat merenung, dia memandang putranya yang tertidur pulas di atas ranjang. Dia memikirkan tentang Martin yang mengundangnya untuk makan malam di rumahnya. Apa yang mungkin di rencanakan pria ini? Itu mungkin yang sedang dipikirkan Ibrahim. 

Dia ingin menghubungi Hatice namun dia enggang karena itu hanya akan semakin membebani pikiran di antara mereka. Ibrahim takut jika menganggu. 

"Mimpi indahlah putraku. Karena jika kau terbangun, dan kau tumbuh, kau akan kesulitan untuk tetap bermimpi." Ibrahim dan kemudian mengecup kening Cihan yang tertidur. Dia berdiri dan keluar dari kamar kecil sang anak. Dia kemudian masuk ke kamarnya sendiri dan memilih untuk tidak memikirkan apapun, di hanya ingin tidur. Akhir-akhir ini dia sangat jarang bermimpi, apalagi bermimpi indah. 

Sementara Martin...

Dia kehilangan senyumnya, dia saat ini mendengarkan musik modern melalui speaker musik di mobilnya. Baru kali ini ria membunyikan musik modern, b

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 98

    "Andira! Apa kau melihat Randy?" Suara yang membangunkan lamunan antara Martin dan Andira di pintu masuk. Dengan cepat Andira menoleh ke belakang, Sarah sudah berdiri di belakangnya namun dengan jarak yang tidak dekat.Martin yang dibelakang Andira kini menaikkan tangan kanannya di atas bahu kanan Andira, dia meremas bahu itu, Sarah melihatnya, Andira merasakan remasan tangan yang lembut pada bahunya, kali ini dia betul-betul gugup."Minggirlah, aku ingin lewat."Andira menggeser tubuhnya ke samping kiri dan masuklah Martin ke dalam sana, melihat Sarah yang berdiri. Martin menurunkan tangannya."Aku tidak melihatnya Nyonya, sudah sejak siang tadi." Andira yang tangannya saling bergenggam dan menunduk. Martin yang melihat kegugupan Andira langsung berk

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 99

    Keluarga Dailuna terlihat lengkap, Andira juga sudah selesai menyiapkan makan malam. Martin seperti tidak nafsu dengan makanannya, dia hanya memandang makanan tanpa selera, setiap yang ada di sana memandang ke arahnya.Sebelum Andira pergi dari sana, dia sempat menoleh pada Martin hunga sesaat kemudian berjalan pergi dan menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.Tatapan takut dan menunduk terlihat pada raut wajah Randy, Nadira terlihat memainkan ponselnya sambil memakan sarapannya, Sarah sesekali memperhatikan Martin dan Raisi dia hanya menatap tidak suka pad ayahnya."Apa kau tidak akan memakan makanan mu Mart?" tanya Sarah. Mendengarnya Martin menelan ludah dan mengalihkan pandangannya pada Sarah. "Aku tidak selera.""Kenapa begitu? Ada yang kau pikirkan?" Sarah bertanya lagi. Nadira yang tadinya fokus dengan ponselnya juga mulai memperhatikan ayah dan ibunya. "Sepertinya akan ada perang lagi." Nadira dengan suara kecil, semua or

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 100

    Dengan langkah pelan Andira mendaki tangga dan akhirnya langkahnya sampai tepat di hadapan pintu ruangan kerja Martin. Dia mengetuk sebelum masuk."Tidka terkunci." Suara dari dalam pintu dan membuat Andir langsung membuka pintunya dengan pelan, dia sangat hati-hati karena ditangannya terdapat nampang berisikan makanan dari Tuan besarnya.Setelah berada di dalam ruangan, dengan pelan juga dia menutup pintunya. Dan berjalan dengan langkah yang lebih hati-hati menuju meja makan Si Tuan Besar yang terlihat kaku dan memandang dengan tajam. Andira tahu, pasti jika berwajah begitu maka Martin sedang tidak dalam perasaan yang baik-baik saja.Dengan pelan Andira menurunkan nampannya dan dengan pelan pula dia menaruh nampang itu. "Makanan Anda Tuan." Andira dengan nada suara yang lembut tak lupa memberi senyum."Randy melihat mu tadi." Martin yang langsung membuat Andira merasaka

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 101

    Pagi tiba, pintu terbuka dari luar dan masuklah Andira ke dalam ruangan itu, dia melihat dan mendengar musik yang masih berbunyi, dengan pelan dia mematikan bunyi musiknya dan dengan lembut mulai membangunkan Martin."Tuan. Anda harus bangun, sarapan pagi sudah siap." Dia sambil menepuk lembut wajah Martin. Mata itu perlahan terbuka, mata lelah yang masih ditempeli kacamata."Anda bahkan tidak melepas kacamata Anda." Andira yang membantu Martin untuk terbangun dan duduk lebih tegak."Aku tidak tertidur."Andira yang membersihkan meja dari tumpukan buku yang dijadikan banyak untuk kepala Martin kini terdiam sejanak. "Kenapa tidak tidur?""Aku tidak bisa mengeluarkan mu bahkan hanya sedetik dalam benakku." Jawaban itu lemah namun membuat Andira menelan ludahnya dan kembali menyusun rapi tumpukan bukunya lalu kembali membatalkannya pada rak buku."Anda seharusnya tidur Tuan. Tidak baik jika tidak."

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 102

    "Ada apa denganmu?" Nadira bertanya, dia mengunjungi kelas adiknya hanya karena bosan di kelasnya. Saat bertemu dengan Randy dia sudah melihat Randy yang terlihat selalu merenung, teman-temannya pun mengatakan bahwa Randy sudah sejak pagi seperti itu. Karena itulah Nadira mengajak adiknya untuk keluar kelas dan pergi saja ke kantin, namun sama saja wajah dan sikapnya masih berbeda."Kau ingin makan apa?" Nadira bertanya lagi. Namun Randy masih tidak menjawab. Karena sikap dingin dan diamnya, Nadira menyentuh kening adiknya itu, sama sekali tidak terasa panas. "Lama-lama kau seperti Papa, nggak bisa bicara," ucapnya sambil terkekeh."Kau tahu, Kak Raisi dan Andira pacaran.""Apa?" Matanya membulat dan menganga."Aku tidak seharusnya memberi tahu Papa.""Kau memberitahu Papa?"Perbincangan mereka kini lebih serius."Aku memberitahunya, bagaimana kalau dia menghukum Kak Raisi? Dan juga meng

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 103

    "Tuan Muda, kenapa pulang lebih awal?" tanya si Satpam."Aku tidak enak badan Pak," jawabnya pelan dan lemah. Pak Mamat yang juga berada di sana melihat orang yang harus dijemputnya ternyata sudah pulang."Kenapa tidak telpon saya Tuan Muda, kan saya bisa jemput." Pak Mamat menyahut."Jemput Kak Nadira saja sebentar Pak. Aku masuk ya Pak."Mereka berdua mengangguk, namun mata Randy tersangkut pada mobil ayahnya yang sudah siap namun sudah jam sebelas siang tapi belum berangkat. Dia menoleh dan bertanya lagi, "Papa belum pergi?""Belum Tuan Muda, aku sudah siapkan mobilnya sejak tadi tapi dia belum keluar rumah," jawab Pak Mamat dan hanya dibalas anggukan serta senyum oleh Randy.Randy kembali berbalik dan berjalan ke depan, menyapa Pak Rana yang si tukang kebun yang tua sedang merapikan bunga-bunga. Dia masuk ke dalam rumah dan kembali mengunci rumah itu. Rumah yang selaku terkunci. Dia berjalan masuk dan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 104

    Mereka bertiga menganga tipis, matanya membulat sesekali menelan ludah. Andira terpaku, dia hanya memeluk tubuhnya dan tak memandang lagi ke arah Randy, dia memandangi Martin yang juga terpaku di tempatnya.Martin yang baru tersadar kini turun dari meja dan buru-buru meraih pakaian yang terdapat di lantai dia melemparnya pada Andira untuk segera menutup dirinya. Sedangkan Martin dia mengenakan celana kain miliknya dengan sangat buru-buru dan Randy dia terpaku di tempatnya dan hanya menganga tipis tanpa bergerak sedikit pun."Randy, Nak." Dia melangkah cepat ke arah pintu dan berusaha untuk menenangkan Randy yang gemetar di bingkai pintu, namun sebelum Martin sampai di hadapan Randy, anak itu sudah berlari dengan kencang menyusuri lorong. Martin mengejarnya, takut jika anaknya itu melapor atau mengatakan apa yang dilihatnya pada siapapun."Randy! Berhenti!"Ma

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 105

    Andira yang masih berada di ruangan Martin Dailuna dengan sangat lemas dia mengenakan pakaiannya, dia menyentuh paha dan kemaluan miliknya yang berdarah. Bibirnya gemetar dan dia mulai menangis tubuhnya sangat gemetar. Dia duduk di atas lantai bersandar pada dinding meja. Dia memeluk tubuhnya dan terus menangis, dia terisak, dan terus terisak. Ada perasaan menyesal dalam dirinya, dia sangat menyesal berada di rumah itu. Dia juga menyesal telah membuka hati pada Martin Dailuna. Air matanya terus mengalir membasahi pipi-pipi cantiknya. Puas menangis, dia menghapus air matanya dengan sangat kasar, lalu berdiri, pakaiannya sudah lengkap pada tubuhnya, dan mulai membersihkan meja yang ternodai darah, serta lantai juga. Dia mengumpulkan pakaian Martin, dan keluar dari tempat itu. Saat berada di bingkai pintu, dia menatap masuk ke dalam ruangan dengan mata basah miliknya. Dia dengan pelan menutup pintunya dan berjalan turun dengan air mata yang terus menetes. Saat menuruni tangga dia mene

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 314

    Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 313

    Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 112

    Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 311

    "Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 310

    Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 309

    "Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k

DMCA.com Protection Status