Share

Chapter 102

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-18 07:41:16

"Ada apa denganmu?" Nadira bertanya, dia mengunjungi kelas adiknya hanya karena bosan di kelasnya. Saat bertemu dengan Randy dia sudah melihat Randy yang terlihat selalu merenung, teman-temannya pun mengatakan bahwa Randy sudah sejak pagi seperti itu. Karena itulah Nadira mengajak adiknya untuk keluar kelas dan pergi saja ke kantin, namun sama saja wajah dan sikapnya masih berbeda. 

"Kau ingin makan apa?" Nadira bertanya lagi. Namun Randy masih tidak menjawab. Karena sikap dingin dan diamnya, Nadira menyentuh kening adiknya itu, sama sekali tidak terasa panas. "Lama-lama kau seperti Papa, nggak bisa bicara," ucapnya sambil terkekeh. 

"Kau tahu, Kak Raisi dan Andira pacaran." 

"Apa?" Matanya membulat dan menganga. 

"Aku tidak seharusnya memberi tahu Papa." 

"Kau memberitahu Papa?" 

Perbincangan mereka kini lebih serius. 

"Aku memberitahunya, bagaimana kalau dia menghukum Kak Raisi? Dan juga meng

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 103

    "Tuan Muda, kenapa pulang lebih awal?" tanya si Satpam."Aku tidak enak badan Pak," jawabnya pelan dan lemah. Pak Mamat yang juga berada di sana melihat orang yang harus dijemputnya ternyata sudah pulang."Kenapa tidak telpon saya Tuan Muda, kan saya bisa jemput." Pak Mamat menyahut."Jemput Kak Nadira saja sebentar Pak. Aku masuk ya Pak."Mereka berdua mengangguk, namun mata Randy tersangkut pada mobil ayahnya yang sudah siap namun sudah jam sebelas siang tapi belum berangkat. Dia menoleh dan bertanya lagi, "Papa belum pergi?""Belum Tuan Muda, aku sudah siapkan mobilnya sejak tadi tapi dia belum keluar rumah," jawab Pak Mamat dan hanya dibalas anggukan serta senyum oleh Randy.Randy kembali berbalik dan berjalan ke depan, menyapa Pak Rana yang si tukang kebun yang tua sedang merapikan bunga-bunga. Dia masuk ke dalam rumah dan kembali mengunci rumah itu. Rumah yang selaku terkunci. Dia berjalan masuk dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 104

    Mereka bertiga menganga tipis, matanya membulat sesekali menelan ludah. Andira terpaku, dia hanya memeluk tubuhnya dan tak memandang lagi ke arah Randy, dia memandangi Martin yang juga terpaku di tempatnya.Martin yang baru tersadar kini turun dari meja dan buru-buru meraih pakaian yang terdapat di lantai dia melemparnya pada Andira untuk segera menutup dirinya. Sedangkan Martin dia mengenakan celana kain miliknya dengan sangat buru-buru dan Randy dia terpaku di tempatnya dan hanya menganga tipis tanpa bergerak sedikit pun."Randy, Nak." Dia melangkah cepat ke arah pintu dan berusaha untuk menenangkan Randy yang gemetar di bingkai pintu, namun sebelum Martin sampai di hadapan Randy, anak itu sudah berlari dengan kencang menyusuri lorong. Martin mengejarnya, takut jika anaknya itu melapor atau mengatakan apa yang dilihatnya pada siapapun."Randy! Berhenti!"Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 105

    Andira yang masih berada di ruangan Martin Dailuna dengan sangat lemas dia mengenakan pakaiannya, dia menyentuh paha dan kemaluan miliknya yang berdarah. Bibirnya gemetar dan dia mulai menangis tubuhnya sangat gemetar. Dia duduk di atas lantai bersandar pada dinding meja. Dia memeluk tubuhnya dan terus menangis, dia terisak, dan terus terisak. Ada perasaan menyesal dalam dirinya, dia sangat menyesal berada di rumah itu. Dia juga menyesal telah membuka hati pada Martin Dailuna. Air matanya terus mengalir membasahi pipi-pipi cantiknya. Puas menangis, dia menghapus air matanya dengan sangat kasar, lalu berdiri, pakaiannya sudah lengkap pada tubuhnya, dan mulai membersihkan meja yang ternodai darah, serta lantai juga. Dia mengumpulkan pakaian Martin, dan keluar dari tempat itu. Saat berada di bingkai pintu, dia menatap masuk ke dalam ruangan dengan mata basah miliknya. Dia dengan pelan menutup pintunya dan berjalan turun dengan air mata yang terus menetes. Saat menuruni tangga dia mene

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 106

    "Ha? Papa mengatakan itu hanya untuk memanas-manasi ku bukan?" ucap Raisi berusaha untuk menahan emosi dan kekesalannya. Martin yang masih memandang ke arah Raisi hanya tersenyum, dia mengangguk-angguk pelan. "Kini kau bisa menahan emosimu, anak pintar." Sambil menepuk-nepuk punggung Raisi. "Jangan menyentuhku idiot." Raisi dengan sangat kesal dan berapi-api tanpa menatap ayahnya. Martin memilih untuk diam saja dan tersenyum tipis. Hampir saja dia membuat masalah dengan mulut brengseknya. Untungnya Raisi menganggap itu hanya perkataan yang tidak penting. Hatice sendiri menenangkan Sarah dan duduk di kursi tunggu. "Kapan aku bisa melihatnya?" tanya Sarah saat berhasil duduk di samping Hatice. "Setelah aku melihatnya!" Martin yang tiba-tiba menyahut. Memuat Raisi, Hatice dan Sarah menoleh ke arahnya. "Aku yang akan melihatnya, pertama. Sebelum kalian, ketika dia sadar." "Kau?… Sejak kapan kau peduli pada anakmu, ha?" Mata Sarah membulat sempurna. Kesal dengan apa yang dikatakan san

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 107

    "Kau lama sekali di dalam!" Sarah yang langsung berkata kesal pada suaminya. Dia melepas tangan Hatice dan masuk ke dalam kamarnya mengabaikan orang-orang yang ada di sana. Martin tidak membalas, dia hanya memandang Andira dan juga Nadira yang tiba-tiba datang."Apa yang dilakukan Andira di sini?" tanya Martin dan mendekat ke arah putrinya. "Non Nadira yang…""Aku tidak bertanya padamu. Aku bertanya pada putriku." Andira langsung diam dan menunduk, nada suara yang dingin dan terkesan mengejek membuat Andira yang sejak tadi sudah menangis kembali berkaca-kaca matanya. "Ouh Andira, aku menyuruhnya untuk ikut denganku ke sini, lagi pula dia sejak tadi terus menangis, aku pikir dia cemas terhadap Randy, jadi aku ajak saja," jelas Nadira. Hatuce memandang ke arah Andira yang terus menunduk, dia memperhatikan mata yang terlihat bengkak itu. Dan Martin yang mendengar apa yang dikatakan anak tengahnya itu dia langsung memandang ke arah Andira yang terlihat terus menunduk. "Aku lapar. Kau

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 108

    Air matanya masih saja mengalir, bahkan saat dia sudah bersama Martin. Mereka berdua sudah berada di atas mobil. Pak Mamat sendiri yang menjadi sopir dan Martin berada di belakang bersama Andira yang masih terisak. Pak Mamat yang menjadi sopir mereka hanya diam dan tak bicara apa-apa, melihat Tuannya juga diam, dan yang harus dia lakukan juga hanyalah diam. Martin memandang keluar jendela dan mengabaikan suara tangis Andira yang sedikit mengganggu. Namun suara tangis dan isakannya juga sangat-sangat menjengkelkan. "Sudahlah, menangis lah jika sampai di kamarmu. Aih… Bahkan istriku saja tidak menangis seperti itu," ucap Martin tanpa memandang ke arah Andira. Andira mulai berhenti meneteskan air mata namun suara isakan darinya masih terdengar jelas. "Aku… Aku melihat… Darahnya, aku terus mengingat darah itu." Andira, dia berkata dengan terbata-bata dan kembali menangis. Pak Mamat yang berada di depan merasa prihatin namun apa yang dilakukan Andira tidaklah baik, apalagi di hadapan T

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 109

    * Martin yang berjalan ke arah pintu dengan tubuh lemas dsn berusaha untuk tetap kuat. Ini semua adalah kesalahannya. Dia menyadarinya itu. Cinta yang dia inginkan adalah cinta yang akan menjatuhkannya ke dalam api. Dia membuka pintu yang sudah rusak itu, karena melihat pintunya yang rusak sesegera dia menelpon seorang tukang untuk memperbaikinya. Lalau dia masuk ke dalam rumah. Dia mengarah ke kamar Andira yang hanya tertutup setengah. Raisi sudah ada di sana, dia bercakap dengan Andira. "Raisi menunggunya di dalam kamar?" tanya Martin sendiri dengan suara kecil. Dia membukanya lebar, pintu itu dan melihat Andira dan Raisi menoleh ke arahnya. "Apa yang kau lakukan di kamar seorang pembantu?" tanya Martin, tatapannya langsung mengarah pada Raisi. "Kenapa Papa menguping di depan pintu kamar seorang pembantu?" Raisi bertanya balik, dan berdiri dari duduknya. "Saya ingin bertemu dengan Andira. Saya lapar, saya ingin dimasakkan sesuatu," jawab Martin dengan santai namun terdengar teg

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 110

    Ibrahim sudah mendapat kabar bahwa tidak akan ada makan malam di rumah Tuan Besar Dailuna, karena terjadi kecalakaan di sana. Ibrahim masih sangat penasaran kenapa Martin mengajaknya untuk makan malam. Karena rasa penasarannya dia menghubungi seseorang di rumah itu. Tentu saja mantan anak didiknya di kampus. Raisi.Namun Raisi sama sekali tidak mengangkat panggilannya, membuat Ibrahim merasa kesal."Apa kau tahu dimana anak Tuan Dialuna dirawat?" Ibrahim bertanya pada Fainah, sekretaris pribadi Martin."Seperti biasa, di rumah sakit adiknya. Hatice Hospital Dailuna," jawabnya dengan santai.Dia mengangguk-angguk, dan berkata lagi, "Aku ingin meminta izin, apa boleh? Aku ingin menjenguk anak Pak Martin…"Belum sempat mengatakan semuanya, Fainah terlihat memandang Ibrahim dengan kesal. Sudah sering kali dia meminta izin dan menggantinya dengan kerja lembur."Tenang saja, aku akan lembur lagi, aku akan kembali kemari sebentar okey," ucap Ibrahim saat dia menyadari tatapan tajam Fainah."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 322

    Ya dia tahu siapa yang membawa Andira, dan anehnya sesuatu menjadi lebih muda baginya, tak ada pengawal sementara Martin memegangi senjata api di tangannya walau dia terlihat terluka di kepala, dan beberapa darah yang mengalir di tangannya, ya sebelum Ibrahim berhasil dijatuhkan oleh Martin, Ibrahim berhasil menyerang Martin dengan irisan balok yang membuatnya terluka. Di sisi yang lain, Martin membuka satu-persatu pintu ruangan yang ada di labirin, sampai akhirnya dia tidak menemukan pintu apa pun, hanya dinding kasar di sekelilingnya, dan yang membuatnya merasa bingung adalah di mana semua orang? Martin tak menemukan siapa pun, tapi dia bisa melihat tanda ayang dia tahu bahwa yang melakukannya pasti Nigel, untuk menjebak Martin, walau Martin paham akan jebakan itu, dia tetap mengikuti pola petunjuk yang dia tidak tahu akan membawa dia ke mana, hanya saja tak ada pilihan lain. "Martin." Langkah kaki Martin terhenti, dia mendengar sesuatu, di belakang, di depan, di samping, lalu s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 321

    Rasa lemas menjalar di sekujur tubuh Martin, dia tidak menyangka bahwa Nigel akan sejauh ini, gadis yang selalu bersamanya yang Martin pikir Litzia telah menjadi gadis yang penting bagi Nigel ternyata saat mencoba membalas dendam dan ambisi gadis itu tidak lain hanyalah sekedar hiburan bagi Nigel. Mata Martin redup, dia kebingungan bagaimana harus merespon apalagi rasa panas dikarenakan cahaya lampu yang langsung mengarah kepadanya membuatnya merasa terganggu. Dia meremukkan rambut-rambut nya yang kusut, dan saat mencoba untuk fokus, dia menemukan sesuatu berada di tangan Litzia, gadis itu menggenggam sesuatu, Martin yang merasa apa yang digenggam Litzia penting langsung meraih tangan gadis itu dan membuka telapaknya, di sana terletak kertas yang mungkin berisikan informasi. Tulisan yang Martin tahu bukanlah milik Litzia melainkan milik Nigel, ya jelas kertas dengan tinta yang ditulis Martin dan berisikan, "Putramu dan Andira selanjutnya, oh ya astaga kau tidak akan menemukan putra

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Bibir Martin terbuka, dia merasa heran siapa yang mungkin yang telah membukakan pintu untuknya, dan kenapa pintu ini bisa terbuka sendiri. Sia menelan saliva berkali-kali tapi dia tidak bisa diam, ya dia tidak seharusnya seperti ini, dia mengepalkan tangan dengan kemarahan yang luar biasa, pada Nigel, Ibrahim dan sedikit rasa kecewa dan kebencian terhadap Andira, atau dia sedang berusaha untuk membenci gadis itu. Tapi sebelum semua itu harus diselesaikan olehnya, dia berusaha untuk menemukan putranya terlebih dahulu, di mana Raisi, dan kenapa semuanya terlihat kacau, kenapa Tidka ada penjaga dan pintu ruangannya sendiri, sel yang dia miliki sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia tertahan kini terbuka. Tapi semua itu tidak penting, Martin dia mencoba untuk melangkah pergi, tetapi dia tidak dengan tangan kosong, di dalam saku-saku celananya dia menyimpan pecahan beling yang dia hancurkan sebelumnya dan akan menjadikannya sebagai pertahanan atau cara untuk melawan. Sayangnya dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Litzia mencoba menyelematkan siapa pun yang bisa dia selamatkan setelah dia berhasil membantu Raisi, yang entah apakah Raisi berhasil keluar dari labirin rumit yang telah dibangun oleh Nigel selama ini atau usaha mereka hanya akan menjadi boomerang. Dia memastikan bahwa Ibrahim mengetahui rencana Nigel untuk menghabisi mereka semua di tempat itu, sehingga mungkin dalam sesaat dia ingin menyelamatkan semuanya, termasuk Andira, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Martin tiada di tangannya. Di sisi yang lain Litzia, dia membuka pintu demi pintu, labirin yang begitu membingungkan, dia tidak bisa menemukan di mana kamar Martin, atau di mana sel Martin disembunyikan, langkah demi langkah dia berusaha untuk dapatkan hingga akhirnya dia menemukan satu ruangan yang tak terjaga, cukup jauh dan firasatnya berkata, mungkin itu adalah Martin. Langkahnya menuju sel itu cepat, dan menemukan seseorang yang bersandar tanpa semangat hidup duduk di lantai. Litzia hanya dapat melihat pria i

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 319

    Beberapa Saat Sebelumnya "Pergilah, kau tidak punya waktu, kau harus meninggalkan tempat ini atau Nigel akan menghabisi mu di hadapan ayahmu. Dia akan mempermainkan Malian berdua sebelum akhirnya mengakhiri semuanya." Dia mencoba membuka gelangan borgol di tangan Raisi sementara Raisi yang terlihat dengan wajah berantakan, darah di sisi wajahnya, dan rambut yang terlihat tak terawat itu memandang bingung. "Bagaimana kau mendapatkan kunci itu ... Astaga kau membahayakan dirimu sendiri Litzia." Raisi menghentakkan tangannya seolah menolak bantuan Litzia tapi gadis ini mencoba untuk tetap membantu Raisi. "Kau tidak tahu bahwa Nigel adalah monster dan dia akan menghabisi kalian, kau, Martin, Andira, semuanya, bahkan Ibrahim tangan kanannya sendiri akan mati di sini jika tidak pergi." "Andira?" Raisi menelan saliva, dia gemetar. "Ya." "Tidak." Raisi yang kedua tangannya sudah terbebas dari borgol itu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau meninggalkan Andira. Bawa aku padanya dan akan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 318

    Semua tampak jelas, Martin melihat segalanya dalam kesunyian yang tak terhentikan, dia merasa bahwa hidupnya akan selalu seperti ini, menderita. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Andira, tapi dengan biaya sebesar apa? Dan kini, di mana gadis itu? Di mana putranya? Dan demi keinginan yang ia hasratkan semuanya berakhir kacau, dia terjebak di dalam neraka yang abadi. Nigel menghentakkan kepala Martin dan membiarkan dia tergelatak di dalam sana, kini adalah rencana selanjutnya tapi kapan dia akan melakukan rencana selanjutnya? Oh ya dia akan mempermainkan Martin lebih lama, lebih parah, San jauh lebih menyakitkan sebelum pada akhirnya mengakhiri hidup Martin Dailuna. Di sisi yang lain, Ibrahim tak sanggup menahan amarah dendam yang ingin segera mengakhiri hidup Martin, menghancurkan dinasti Dailuna selamanya. Tetapi semua itu berada di tangan Nigel yang memiliki lebih banyak anak buah. "Apa lagi yang kau tunggu?" Ibrahim bertanya, dia tak sanggup menahan diri untuk segera mengakh

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status