Jantung Andira berdetak kencang bagaikan genderang perang. Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahinya. Tubuhnya gemetar bukan karena kedinginan, melainkan karena ketakutan yang mencekam. Ibrahim, orang yang paling dia hindari, kini tengah memburunya di dalam hutan lebat ini.Andira bersembunyi di balik semak-semak, berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat. Dia mengintip dari balik dedaunan, mengamati langkah kaki Ibrahim yang semakin mendekat. Matanya yang tajam seperti elang, tak henti-hentinya mencari jejak Andira.Andira meringkuk ketakutan, berusaha untuk tidak bersuara. Dia tahu, jika Ibrahim menemukannya, dia tidak akan selamat. Bayangan kekejaman dari Nigel jika saja Ibrahim berhasil menemukan dia dan memberikan Andira pada Nigel yang kemam dan sangat menghantui, saat Ibrahim dengan kejam memperlihatkan ketidak manusiawi perbuatan dari Nigel. Andira tidak ingin kembali merasakan penderitaan itu.Suara ranting patah terdengar di kejauhan. Andira menegang, ja
Udara lembab hutan menusuk kulit Martin Dailuna dan Syarif. Keringat bercucuran di dahi mereka, bercampur dengan lumpur dan debu akibat perjalanan panjang di hutan belantara. Semak-semak lebat di sekitar mereka menjadi tempat persembunyian yang ideal, berlindung dari kejaran anak buah Nigel, bos besar mafia yang telah menculik Raisi, anak Martin."Kita sudah hampir dua hari di sini, Pak," bisik Syarif, mengamati sekeliling dengan waspada. "Kita harus menemukan Raisi secepatnya."Martin mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah dan rasa frustrasi. Raisi adalah penerusnya, dia sudah cukup kehilangan seorang anak, dan dia tidak akan tinggal diam sampai dia menemukannya."Kita harus mencari jejak mereka," kata Martin dengan suara serak. "Pasti ada tanda-tanda yang tertinggal."Syarif mengangguk setuju. Dia mengeluarkan pisau dari sakunya dan mulai membelah semak-semak yang lebat, mencari jejak kaki atau tanda-tanda lain yang bisa mengarahkan mereka ke Raisi.Beberapa jam kemudian, me
Mobil yang membawa Andira berhenti di depan sebuah bangunan tua. Bangunan itu tampak terbengkalai, dengan cat yang mengelupas dan jendela yang kotor. Andira merasakan ketakutan yang semakin besar saat dia dipaksa keluar dari mobil oleh Ibrahim.Ibrahim menyeret Andira ke dalam bangunan tua. Di dalam, ruangannya gelap dan lembab, dengan bau apak yang menusuk hidung. Andira melihat beberapa ruangan kosong dengan jendela yang ditutupi papan kayu. Dia yakin dia akan disekap di salah satu ruangan itu.Ibrahim membawa Andira ke sebuah ruangan kecil di ujung lorong. Ruangan itu hanya memiliki satu jendela kecil yang ditutupi teralis besi. Andira didorong ke dalam ruangan dan Ibrahim menguncinya dari luar.Andira sendirian di ruangan itu. Dia duduk di lantai yang kotor, memeluk lututnya dengan erat. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki di luar ruangan. Pintu terbuka dan Nigel, bos besar mafia, masuk ke dalam ruangan.Nigel adalah pria yang
Andira tersungkur di tanah dengan nafas terengah-engah. Rasa sakit di kakinya berdenyut, akibat tendangan Nigel yang kejam. Dia mencoba untuk berdiri, namun sia-sia. Kakinya terasa lemas dan tak bertenaga.Nigel mendekatinya dengan tatapan penuh amarah. "Kau pikir kau bisa kabur dariku, hah?" gertaknya.Andira menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Nigel. Dia tahu bahwa perlawanan hanya akan sia-sia."Aku beri kau kesempatan sekali lagi," kata Nigel. "Jika kau berani mencoba kabur lagi, aku tak segan-segan membunuhmu."Andira terdiam, tak berani berkata apa-apa. Dia tahu bahwa Nigel bukan orang yang main-main dengan omongannya.Nigel menoleh ke arah Ibrahim. "Bawa dia ke ruangan yang lain," perintahnya.Ibrahim mengangguk dan menyeret Andira ke sebuah ruangan lain. Ruangan ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan ruangan sebelumnya. Tak ada jendela sama sekali, hanya sebuah pintu kecil yang terbuat dari besi.Ibrahim mengikat tangan dan kaki Andira dengan rantai. Dia kemudi
Semuanya meletihkan dan menghabiskan banyak tenaga, Syarif dan Ibrahim tampak sangat lelah dan bahkan saat ini hampir turun hujan, mereka masih berada di dalam hutan tak tahu akan ke mana. Syarif memiliki satu senjata api, dan itu bahkan bukan senjata mesinBagaimana mereka akan melalui ini semua? Martin tampak dengan kondisi yang tidak baik-baik saja dan tidak tahu bagaimana dia akan menyelesaikan masalahnya sekarang. Seolah semuanya hilang kendali dan tak tahu bagaimana dia akan hidup sekarang. Syarif juga terjebak dan tampak sangat keletihan berada di pihak Martin. Hanya karena Martin pernah membantunya membuat dia merasa berhutang budi, dia terlibat dalam masalah ini. Padahal seharusnya dia tidak seperti itu. Mereka duduk di atas rerumputan setelah bersembunyi di semak-semak. Menunggu malam tiba dan berharap besok mereka akan menemukan jalan. "Kau tidak bisa mendatangi tempat itu, Tuan. Di sana dijaga dengan ketat dan aku rasa Nigel tidak akan mengizinkan kau untuk datang sanga
"Aku sudah katakan kepadamu beberapa kali Andira, kenapa kau tidak mendengarkan apa yang aku perintahkan dan apa yang aku peringatkan kepada kau, ha?" Ibrahim yang sekarang berdiri di samping Andria yang terduduk dengan kedua tangan yang terikat. Tak ada cara bagi gadis ini untuk kabur dari sana. Hanya ada masalah jika she berusaha untuk kabur apalagi masalah ini terlalu banyak masalah sehingga Ibrahim semakin frustasi. "Aku tidak ingin terlihat lagi, Ibrahim, apa kau gila melakukan ini semua?" "Martin membunuh orang tuamu!" Ibrahim yang berusaha untuk meyakinkan Andira bahwa Martin lah yang menjadi penyebab kematian orang tua Andria. "Dia membunuh kakakku, dan melakukan hal buruk padanya!" Andira bahkan tidak bertanya jauh lebih dalam dan lebih memilih untuk diam. Dia tak tahu tentang orang tuanya siapa dan tak mau tahu sekarang. "Kau membunuh anak kecil!" Tentu yang dimaksud di sini adalah Nadira, putri Martin yang telah kehilangan banyak oksigen dan kelaparan saat dikurung oleh
Apa yang terjadi pada Sarah sekarang, kenapa dia tak terlihat sama sekali oleh pers dan dia seolah hidup dalam jeruji rumahnya sendiri. Ada banyak sekali jurnalis dan reporter yang menunggu wanita karir ini untuk datang tetapi dia sama sekali tidak datang dan hanya berada di rumahnya dalam waktu satu bulan. Menyia-nyiakan waktunya hanya dalam bersedih atas kematian dari putrinya Nadira, siapa yang tidak akan bersedih saat anaknya tiada hanya karena dendam saja yang mengarahkan pada suaminya. Dia bahkan tidak pernah menyangka akan apa yang terjadi padanya. Dia tidak pernah membayangkan ini semua akan terjadi padanya selama ini. Apalagi Martin yang sekarang menghilang entah ke mana, dia adalah satu-satunya yang dimiliki oleh putranya Randy, bahkan remaja yang cukup mengalami trauma ini merasa bahwa sebaiknya dia tidak datang ke sekolah. Selama berhari-hari, bahkan dia melewatkan banyak sekali pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan Karena rasa yang masih sangat menyakitkan dalam diri R
Hatice masih berada di dalam ruangannya, dia bahkan belum bercerai dengan Lutfi, apa yang terjadi pada mereka sekarang rasanya sangat membingungkan, mereka terjebak dalam pernikahan lalu kemudian mereka berada dalam masalah besar yang bahkan lebih buruk daripada apa yang mereka telah bayangkan dan lakukan. Hanya ada rasa traumatik yang luar biasa di dalam diri Hatice saat ini, Lutfi memahami semuanya dan dia paham betul bahwa sekarang bukan saatnya membahas tentang perceraian, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan sang istri selama satu bulan lamanya. Dia merasa bersalah akan perselingkuhan yang terjadi, dan tidak paham dengan semua ini. Bagaimana bisa ini semua terjadi, Lutfi tentu tidak memahami masalah yang terjadi antara Martin dan musuhnya sekarang, kenapa Martin Dailuna bisa terjebak dalam masalah ini. Dia sering kali bertanya-tanya tetapi Hatice kadang hanya keluar dari kamarnya hanya untuk makan saja. Dan kemudian merenung hingga matanya sembab. Itu dikare
"Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah
"Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe
Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap
Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep
Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t
Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s
"Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru
Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy
"Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k