Semuanya berubah menjadi kacau dan Randy Dailuna merasa tak bisa berada di sekolah, sayangnya mau tidak mau dia harus mengikuti sekolahnya dan jika tidak maka nilainya akan buruk. Randy yang sudah hampir setengah bulan tidak masuk sekolah tentu akan menjadi sebuah hal yang membuat dia merasa canggung setelah cukup lama tak masuk ke sekolah. Walaupun seperti itu dia tetap harus melewati semuanya dan sudah cukup dengan kesedihan, dia sudah melalui banyak hal dan dia keletihan berlarut-larut dalam kesedihan yang luar biasa yang seperti ini. Maka dari itu Randy yang diantar oleh supir pribadinya kini keluar dari mobil, dengan langkah kaki yang cukup pelan, kepala yang tertunduk dan dia masuk ke dalam area sekolah melalui gerbang besar sekolahnya. Semua murid berbicara tentangnya, murid-murid kaya juga senang bercerita tentang teman mereka yang sedang berada dalam masalah. Apalagi dia adalah putra Dailuna yang sangat terkenal itu. Semua orang ingin tahu tentangnya, tentang keluarga Dailu
"Dengar Kak, Randy belum pulang, aku berbohong padamu bahwa dia tidak ingin makan malam jika tidak bersamamu, tetapi keluar lah dari sini dan bantu aku menemukan di mana putramu itu."Ucapan dari Reynaldi membuat Sarah langsung membangkitkan tubuhnya, dia tentu panik mendengarkan apa yang dikatakan Reynaldi tetapi dia juga tahu bahwa adiknya itu adalah orang yang sudah berbohong sehingga dia berharap bahwa apa yang dikatakan sang adik tidak lah benar. "Kau selalu berbohong padaku, kau selalu menyatakan sesuatu yang tidak aku sukai, jadi aku mohon kali ini jangan gunakan putraku untuk membuatku memakan sesuatu," jelas Sarah yang sudah sangat keletihan, bahkan dia letih hanya dengan berbaring menangis dan meratapi putrinya.Dalam pikiran Sarah dia tidak pernah sebelumnya memikirkan tentang Martin, dan sampai saat ini yang dipikirkan Sarah hanyalah anak-anaknya. Andai dia bisa melakukan sesuatu selain berada di atas ranjang. Apa yang telah dilakukan para polisi sekarang. Sudah banyak se
"Bagaimana, apa kau bisa membantu aku Syarif?" tanya Martin dengan tatapan yang penuh dengan pengharapan, dia sangat berharap bahwa Syarif bisa membantu nya. Syarif berpikir sejenak dan berkata, "Bagaimana aku akan menemukan mereka, Tuan?" tanya Syarif yang terdengar ragu, dia tidak bisa meninggalkan Martin sendiri di sana. Dan berharap bahwa dia bisa membantu Martin dengan tangan miliknya sendiri tanpa meninggalkan Martin."Dia mungkin belum jauh, dia menurunkan aku di pinggir jalan hutan, dan aku pikir dia masih berada di kota ini, jadi kau mungkin masih bisa menemukan Tom, aku mohon, bantu aku," kata Martin dengan sekali lagi, his mata masih berharap jawaban iya dari Syarif. "Baiklah, aku akan mencari mereka tapi apa pesan yang akan harus sampaikan?" tanya Syarif dengan sedikit terbata-bata, dan dia berkata, "Tapi berjanjilah pada ku, Tuan ... Bahwa kau akan baik-baik saja dan masih menunggu ku di sini," kata Syarif, mereka sekarang berada diantara semak dan berharap bahwa tak ke
Litzia penuh amarah dan kemarahan yang mungkin bisa dikatakan sangat memuncak sekarang, tetapi dia gak bisa apa-apa, karena yang dipedulikan Litzia bukanlah Nigel, juga bukan dirinya tetapi Raisi yang masih dalam penyekapan dan kurungan tanpa makanan oleh Nigel yang membuat Litzia sangat ingin untuk membantu Raisi agar bebas. Sayangnya itu akan sangat sulit. "Kau tidak tahu apa-apa tentang balas dendam jadi kau sebaiknya tidak memberitahu aku sesuatu yang hanya menurut kau saja benar, Nona." Nigel lalu menghentakkan wajah LitIa dan dia sudah terbiasa dengan semua kejahatan yang dijatuhkan kepada dia. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa semuanya hanya akan sia sia karena pada akhirnya semua akan mati, jika kematian yang kau ingin ....""Aku sama sekali tidak menginginkan kematian Martin, aku hanya ingin dia hancur melihat anaknya, dan kekasih muda yang dia miliki berada dalam kondisi yang paling buruk, dia akan merasa rendah dan gagal atas apa yang terjadi, akan aku buat dia seperti itu
Sarah bangkit dari duduknya dengan tatapan penuh yang tampak terlihat sangat tidak senang, mungkin bisa dibilang dia sangat terlihat marah dan kesal akan apa yang telah terjadi pada Randy. Dia melangkah ke arah lemari obat di dapur, mengambil botol salep dan kapas. Dia mengomel terus menerus seolah tak akan ada maaf untuk mereka yang memberikan masalah bagi Randy yang berada di sekolah Randy. Sarah tidak berhenti mengomel bahkan ketika Randy merasa bahwa ibunya terlalu berlebihan dalam menangani masalah yang terjadi diantara mereka, walaupun sering kali Sarah merasa pusing dan kepalanya hampir meledak karena masalah yang telah terjadi, dan penyebab kenapa dia sekarang mengalami semua ini, dia masih menyalahkan Martin dan semua masalah Martin. "Ibu, aku tidak apa-apa, ibu terlalu banyak bicara, ini tidak akan terjadi lagi," kata Randy lirih, dia berusaha untuk mengabaikan apa yang dikatakan sang ibu, tapi sayangnya telinganya masih mendengar dengan ucapan yang dikatakan oleh Sarah,
Sekarang tak ada yang bisa digunakan untuk Litzia membatah apa yang dikatakan oleh Nigel dan semuanya bisa berubah kapan saja, Martin mungkin tidak akan selamat dan Nigel berhasil dengan misinya. Litzia terdiam sejenak, matanya menatap tajam ke arah Nigel, seolah tak ada harapan sama sekali. Dia tahu bahwa perdebatan ini tidak akan ada gunanya lagi pula Nigel sudah membulatkan keinginannya. Nigel sudah terobsesi dengan balas dendam yang dia miliki kepada Martin, dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Entah apa yang membuat Nigel begitu membenci Martin, dan apa masa lalu mereka yang membuat Nigel begitu dipenuhi kemarahan dan kebencian terhadap Martin Dailuna. Di dalam hatinya, Litzia merasa kasihan pada Martin dan Raisi mereka seolah dipermainkan oleh Nigel, dan memang benar bahwa semua ini hanya permainan Nigel bahkan Litzia sendiri tidak berada dalam kondisi yang baik-baik saja karena dia sendiri sedang dikurung di dalam ruangan di mana hanya Nigel yang bisa berada di sana bersa
Syarif berusaha keras untuk menemukan di mana Tom berada sekarang, tentu saja ini menjadi sesuatu yang sangat penting yang harus Syarif lakukan, demi keselamatan Tuan Dailuna, baik Tuan besar maupun tuan muda yang sampai saat ini masih sangat susah untuk ditemukan dan diketahui di mana dia berada. Sementara Syarif sedang kesulitan dalam mencari di mana Tom berada, Martin sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, toh dia sendiri tampak bingung dan sangat sulit dalam melakukan apa yang sebenarnya harus dia lakukan. Menyelematkan Andira dan Raisi mungkin akan menjadi sesuatu yang sulit untuk dia lakukan, tanpa bantuan siapa pun, dan hanya dia sendiri, hanya Martin saja sekarang dia pun merasa sangat lapar dan tak makan dalam beberapa jam yang panjang. Bagaimana tidak, jika saja Martin menggunakan uangnya untuk menyewa beberapa orang maka pasti dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan Dnegan mudah, tapi sekarang rasanya tidak bisa, dia akan kesulitan jika seperti ini. Sa
Hubungan antara Lutfi dan juga Hatice mungkin sudah perlahan membaik, dan Lutfi berpikir bahwa mereka berdua memiliki kesalahan yang sama, hanya saja Hatice berada dalam masalah yang bahkan jauh lebih parah saat ini, sia harus menanggung rasa trauma yang bahkan jauh lebih berat, apalagi mengingat Nadira yang kehilangan nyawanya dan Hatice merasa gagal dalam melakukan tugasnya untuk melindungi keponakannya itu. Bukan hanya itu, Hatice sering kali disarankan untuk menyewa psikolog untuk membantunya dalam masalah psikologis yang sekarang dialami olehnya, tapi sangat sulit rasanya Lutfi untuk membujuk istrinya karena saat ini Hatice berada di dalam kamar dan sulit baginya untuk membujuk Hatice. Kadang Lutfi berhasil bicara dengan Hatice hanya saat Hatice sedang lapar, dia kadang memilih untuk keluar kamar, dan kadang juga Lutfi membawakan Hatice makan malam dan bahkan sarapan pagi tapi kadang pula Hatice menolak. Sekarang Lutfi sedang berusaha untuk membujuk Hatice untuk makan malam ka
"Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah
"Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe
Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap
Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep
Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t
Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s
"Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru
Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy
"Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k