Ibrahim mendapatkan berita tentang kedatangan yang bisa saja menjadi mata-mata Martin, tetapi sekarang Ibrahim yakin bahwa Martin sekarang berada di kota yang sama di mana Ibrahim berada. He tidak yakin bahwa Martin sekarang berada di wilayah Nigel. Padahal mata-mata Ibrahim mengatakan bahwa Martin berada di kota yang sama. Tetapi ternyata misi Nigel dan juga Ibrahim tidaklah berjalan lancar. Alonso memberikan petunjuk kepada Martin untuk menuju wilayah milik Nigel walaupun tempat Ibrahim sekarang adalah memang milik Nigel tetapi Alonso memberikan tempat yang berbeda. Di mana tempat itu adalah di mana sekarang Nigel berada, bersama dengan Tuan Muda Dailuna yang sekarang sudah mulai sekarat. Tuan Muda Dailuna, ya Raisi Dailuna kehilangan banyak darah dan wajahnya akan sangat sulit untuk diselematkan sementara itu, Nigel merasa geram. Dia memilih mendatangi Raisi dan akan memberikan pemuda itu sebuah ceramah. "Ayahmu datang kemari." Nigel saat tiba di hadapan Raisi yang masih terdu
"Tunggu, aku rasa ada sesuatu yang aneh di sini!" Suara pria yang masih berdiri di depan semak-semak. "Tinggalkan, tak ada apa-apa di sana." Suara dari kejauhan yang sudah tak berada di dekat semak. Sementara pria ini tak ingin kemana-mana, dan lebih memilih untuk memeriksa semak. Saat itu, ketika pria ini akan memeriksa semak, Martin dan Syarif yang berada di dalam sana lalu membuat rencana. Mereka saling lirik dan menunjukkan sebuah instruksi tanda bahwa dalam hitungan ketiga mereka akan menarik tangan pria ini dan masuk ke dalam semak. Mengambil senjatanya atau mungkin memberikan pelajaran. Mereka tak berniat untuk melenyapkan jadi rencana mereka mungkin hanya akan mengikat saja. Jadi dalam hitungan ke tiga saat pria ini hendak memasukkan tangannya ke dalam semak, suara yang lainnya muncul. "Hey idiot!" Suara itu menghentikan aksi Martin dan Syarif. "Tinggalkan saja kata Tuan. Cepatlah kemari, aku harus jauh-jauh kemari hanya untuk memanggilmu. Jika kau tidak datang maka kau
"Aku rasa ini hanya akan sia-sia, permainan ini memakan banyak waktu, astaga." Ibrahim yang sekarang mengeluh, semuanya terasa tidak masuk akal dan menyebalkan. Rasanya semua aba-aba yang diberikan oleh Nigel adalah aba-aba yang sia-sia saja. Ibrahim tampak mondar-mandir di tempat dia berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Bahkan Andira belum makan bahkan hanya sesuap dan apa yang akan terjadi setelah ini. Martin harus diberikan peringatan, tak ada yang bisa menyelesaikan ini jika tak ada yang bergerak. Kenapa Nigel harus bermain petak umpet segala, mereka bahkan berjauhan dan Nigel sekarang memerintahkan kepada Ibrahim agar segera datang ke wilayah mereka karena Martin akan segera diberikan pelajaran. Raisi harus ditukar dengan Andira, dan Ibrahim harus tetap bersama dengan Nigel. Mereka akan memberikan pelajaran untuk Martin. Setidaknya semua yang berlalu adalah kesalahan Martin, itulah yang mereka pikirkan sehingga Martin yang harus menanggung ini semua. Bahkan Marti
Mobil melaju kencang di jalanan berbukit, membawa Andira semakin jauh dari tempatnya disekap. Ibrahim duduk di kursi pengemudi dengan wajah tegang, sesekali melirik ke kaca spion untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Di kursi belakang, Andira meringkuk, berusaha menahan rasa mual yang semakin menjadi. Perutnya bergolak dan kepalanya berdenyut hebat."Berhenti!" teriak Andira, tak tahan lagi dengan rasa mualnya.Ibrahim mengerutkan kening. "Diam!" bentaknya."Kumohon, aku mau muntah," rengek Andira.Ibrahim menggerutu pelan, kemudian menepikan mobil di bahu jalan. Andira membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa dan berlari keluar. Dia muntah-muntah di pinggir jalan, merasakan isi perutnya seakan-akan akan keluar semua.Ibrahim turun dari mobil dan berjalan ke arah Andira. "Cepatlah!" ketusnya.Andira menyeka mulutnya dengan tangan yang gemetar. Dia masih merasa pusing dan lemas, tapi dia tahu dia tidak bisa berlama-lama di sini. Dia harus kabur. Saat Ibrahim kembali ke kurs
Ibrahim menggeram frustrasi. Baru hampir saja ia berhasil membawa Andira bersamanya kepada Nigel, sayangnya wanita yang ia sekap kini berhasil lolos dan kabur dari Ibrahim, yab sekarang Andira lenyap begitu saja. Ia mencengkram erat rambutnya, berusaha menenangkan diri. Ia harus berpikir jernih jika ingin menemukan Andira.Ia ingat saat Andira berhasil lolos darinya. Saat mereka dalam perjalanan, Andira pura-pura sakit dan meminta berhenti di sebuah hutan. Ibrahim yang lengah tidak menyadari niat Andira. Ketika ia keluar dari mobil untuk mencari air, Andira telah menghilang ke dalam hutan.Ibrahim segera menghubungi Nigel, rekan Ibrahim, yang memiliki kelicikan yang sama seperti Ibrahim bahkan jauh lebih licik untuk bisa menemukan dan menyekap Andira."Andira kabur!" teriak Ibrahim di telepon."Apa?!" Nigel membentak di seberang sana. "Bagaimana bisa?!"Ibrahim menceritakan apa yang terjadi. Nigel semakin marah mendengarnya. Ini adalah kesalahan Ibrahim dan Nigel tidak mau tahu akan h
Jantung Andira berdetak kencang bagaikan genderang perang. Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahinya. Tubuhnya gemetar bukan karena kedinginan, melainkan karena ketakutan yang mencekam. Ibrahim, orang yang paling dia hindari, kini tengah memburunya di dalam hutan lebat ini.Andira bersembunyi di balik semak-semak, berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat. Dia mengintip dari balik dedaunan, mengamati langkah kaki Ibrahim yang semakin mendekat. Matanya yang tajam seperti elang, tak henti-hentinya mencari jejak Andira.Andira meringkuk ketakutan, berusaha untuk tidak bersuara. Dia tahu, jika Ibrahim menemukannya, dia tidak akan selamat. Bayangan kekejaman dari Nigel jika saja Ibrahim berhasil menemukan dia dan memberikan Andira pada Nigel yang kemam dan sangat menghantui, saat Ibrahim dengan kejam memperlihatkan ketidak manusiawi perbuatan dari Nigel. Andira tidak ingin kembali merasakan penderitaan itu.Suara ranting patah terdengar di kejauhan. Andira menegang, ja
Udara lembab hutan menusuk kulit Martin Dailuna dan Syarif. Keringat bercucuran di dahi mereka, bercampur dengan lumpur dan debu akibat perjalanan panjang di hutan belantara. Semak-semak lebat di sekitar mereka menjadi tempat persembunyian yang ideal, berlindung dari kejaran anak buah Nigel, bos besar mafia yang telah menculik Raisi, anak Martin."Kita sudah hampir dua hari di sini, Pak," bisik Syarif, mengamati sekeliling dengan waspada. "Kita harus menemukan Raisi secepatnya."Martin mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah dan rasa frustrasi. Raisi adalah penerusnya, dia sudah cukup kehilangan seorang anak, dan dia tidak akan tinggal diam sampai dia menemukannya."Kita harus mencari jejak mereka," kata Martin dengan suara serak. "Pasti ada tanda-tanda yang tertinggal."Syarif mengangguk setuju. Dia mengeluarkan pisau dari sakunya dan mulai membelah semak-semak yang lebat, mencari jejak kaki atau tanda-tanda lain yang bisa mengarahkan mereka ke Raisi.Beberapa jam kemudian, me
Mobil yang membawa Andira berhenti di depan sebuah bangunan tua. Bangunan itu tampak terbengkalai, dengan cat yang mengelupas dan jendela yang kotor. Andira merasakan ketakutan yang semakin besar saat dia dipaksa keluar dari mobil oleh Ibrahim.Ibrahim menyeret Andira ke dalam bangunan tua. Di dalam, ruangannya gelap dan lembab, dengan bau apak yang menusuk hidung. Andira melihat beberapa ruangan kosong dengan jendela yang ditutupi papan kayu. Dia yakin dia akan disekap di salah satu ruangan itu.Ibrahim membawa Andira ke sebuah ruangan kecil di ujung lorong. Ruangan itu hanya memiliki satu jendela kecil yang ditutupi teralis besi. Andira didorong ke dalam ruangan dan Ibrahim menguncinya dari luar.Andira sendirian di ruangan itu. Dia duduk di lantai yang kotor, memeluk lututnya dengan erat. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki di luar ruangan. Pintu terbuka dan Nigel, bos besar mafia, masuk ke dalam ruangan.Nigel adalah pria yang
"Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah
"Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe
Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap
Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep
Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t
Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s
"Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru
Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy
"Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k