Arini pulang ke rumahnya saat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Dinda juga sudah di antar pulang ke rumah setelah tadi sempat pergi ke rumah Rania. Rasanya tubuh Arini sudah sangat lelah karena harus mengurus persiapan pernikahan seharian ini. Belum lagi besok ia dan Aris harus mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA. Beberapa bulan sebelum akad nikah di laksanakan agar bisa mendapat hari dan jam yang tepat. Selain itu, penting sekali pihak KUA juga menyediakan penghulu untuk acara pernikahan mereka. Wanita itu membuka lemari untuk mengambil berkas yang akan di gunakan untuk mendaftarkan pernikahannya dan Aris ke KUA setempat. Tanpa sengaja Arini menjatuhkan potret keluarga di antara dirinya, Dinda dan Eko. Tangannya mengambil foto yang terjatuh ke lantai itu lalu duduk sejenak di kursi meja rias yang ada di samping lemari. Di foto itu Dinda baru berusia tiga tahun. Mereka tampak seperti keluarga yang bahagia dan harmonis. Sepasang suami istri dengan anak perempuan
"Halo Rin. Apa kamu belum mengantuk?" Sapa Anita begitu melihat wajah wanita itu muncul di layar hpnya. Saat ini kedua wanita itu tengah melakukan video call. Untuk sekedar mendengarkan cerita satu sama lain."Nggak. Aku belum mengantuk sama sekali. Tahu nggak tadi aku juga teringat dengan masa lalu. Waktu lihat foto keluarga kami dulu saat Dinda baru berusia tiga tahun." Crrita Arini tentang hal yang mengganggu pikirannya hari ini."Oh iya. Apa yang tadi kamu pikirkan Rin?" Raut wajah Anita slealu memancarkan ketulusan seperti biasa. Sehingga membuat Arini merasa nyaman untuk bercerita pada asisten pribadi Rania itu.Arini lalu menceritakan tentang momen saat mereka mengambil foto itu. Sejak Dinda lahir, Eko tidak mau mengambil foto keluarga. Karena Eko merasa kecewa jika anak pertama mereka bukan laki-laki. Seperti yang selalu ia harsapkan. Bahkan foto bayi Dinda juga sangat sedikit. Itupun Rania yang memotret dan mencetaknya. Hingga Dinda berumur tiga tahun, Eko mau mengambil foto
[Jelaskan apa yang tengah terjadi sebenarnya? Jadi, kamu adalah pacar Gilang dan kalian akan segera menikah. Aku tidak terima karena kamu sudah menipu aku dan keluargaku selama ini Din.] Ketik Radit cepat di hpnya agar tidak ada yang curiga. Sesekali ia akan melirik pada Anita yang tengah sibuk mengobrol dengan saudaranya yang lain. Pesan ini mungkin akan di balas beberapa jam lagi.Karena saat ini Dina tengah duduk di hadapan Ibu Gilang yang menyematkan cincin ke jari manisnya. Semua orang bertepuk tangan riuh. Tidak terkecuali Radit agar tidak ada orang yang curiga padanya. Selain itu, Radit juga tetap mengobrol dengan saudara Anita yang lain untuk menggali informasi sejak kapan mereka pacaran dan bagaimana hubungan Dina dengan keluarga Gilang yang lain. Mengingat ia tidak pernah bertanya pada Anita tentang sosok Gilang. Hal itu justru akan menjadi bumerang sekarang pikir Radit.‘Anita akan curiga jika aku bertanya padanya setelah menghadiri acara pertunangan ini. Jalan satu-satunya
Anita yang ingin melihat rekaman CCTV di rumah orang tua Radit tidak bisa melaksanakan niatnya karena Radit sudah meminta jatah padanya malam itu. Meskipun hati Anita sudah mati rasa untuk sang suami, tapi ia sadar jika sebagai seorang istri Anita juga harus memenuhi kebutuhan biologis sang suami. Bahkan untuk urusan rumah tangga mereka ia juga tetap mengerjakannya. Anita sudah terlalu lelah untuk meminta bantuan pada Radit. Karena itulah ia mengerjakan semuanya sendiri. Termasuk pekerjaan di rumah orang tua Radit. Karena kedua mertuanya terlalu memanjakan anak perempuan mereka.Di saat Radit sudah jatuh tertidur karena kelelahan, Anita hanya bisa bermain dengan hpnya. Mereka berdua sudah memakai pakaian masing-masing setelah menunaikan tugas malam itu. Meskipun Radit sudah jatuh tertidur, namun Anita tidak ingin mengambil risiko dengan menonton rekaman CCTV saat ini. Jika ia keluar ke ruang tengah saat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi, Radit pasti akan curiga pada
Agar bisa mendapatkan bukti lebih banyak lagi, Anita menempelkan hpnya di pintu kamar utama. Ia sudah menyalakan aplikasi perekam suara agar bisa merekam suara Radit yang tengah menelpon sang Ibu di dalam kamar mereka. Entah akan bisa merekam suara Radit dari dalam kamar atau tidak. Yang jelas ia sudah berusaha semaksimal mungkin agar rekaman ini bisa di jadikan sebagai bukti tambahan saat di pengadilan nanti."Ya sudah Bu aku tutup dulu telponnya. Sebelum Anita masuk ke dalam kamar. Setelah ini aku masih harus menelpon Dina. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan dengannya." Hening sejenak. Tidak ada suara Radit lagi. Mungkin itu karena Ibu mertua Anita sedang bicara di sebrang telpon. Anita bisa menduga jika Radit belum memberi tahu sang Ibu tentang fakta jika Dina adalah pacar Gilang yang baru sjaa melakukan acara pertunangan tadi malam."Nanti aku bicarakan kejadian kemarin saat acara lamaran Gilang di rumah pacarnya. Kemarin malam adalah hal yang benar-benar mengejutkan untukku Bu."
Anita menganggukan kepalanya tanpa ragu untuk menjawab pertanyaan Radit barusan. Untuk masalah anak ia masih menginginkannya hingga sekarang. Selama dua tahun pernikahan mereka, Anita tidak henti berdoa semoga ia dan Radit di berikan anugrah anak agar sikap Radit bisa sedikit saja berubah dan mau mencari kerja lagi. Tidak hanya mengandalkan uang dari kerja keras Anita. Saat itu Anita berpikir jika mereka punya anak, Radit akan memiliki kesadaran sendiri dan punya rasa tanggung jawab yang lebih besar lagi untuk mencari nafkah. Demi masa depan anak mereka saat sudah besar nanti. Namun, kini ia merasa jika Allah selalu punya rencana sendiri untuk hambanya. Sehingga belum memberikan anak untuknya dan Radit. Semua yang terjadi sudah menjadi bagian dari takdir yang di gariskan untuk Anita dan Radit.“Tentu saja aku ingin punya anak mas. Tapi, untuk program hamil sepertinya belum bisa.” Raut wajah Radit yang tadinya penuh senyum sudah berubah menjadi merengut kesal. Radit mengira jika Anita
“Jangan mengalihkan pembicaraan seperti ini Nita. Sekarang kamu malah menuduhku sudah selingkuh lagi. Padahal aku hanya bertanya tentang keberadaan sertifikat rumah yang sudah kami sembunyikan itu. Karena aku juga sangat ingin punya anak denganmu. Apa kau sudah tidak ingin punya anak lagi hah?” Hardik Radit sambil menggebrak meja. Hingga gelas milik Anita jatuh ke lantai.Melihat wajah Anita yang terlihat sangat tenang membuat Radit seketika tersadar jika dia sudah salah bicara. Pria itu hanya bisa terdiam sambil mengepalkan kedua tangannya di atas paha. Anita yang sudah selesai makan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Bahkan kini Anita kembali tertawa yang terdengar sangat mengejek di telinga Radit.'Kenapa aku bisa sangat bodoh sekali hingga keceplosan bicara seperti itu? Padahal Anita sama sekali tidak menyebutkan tentang perceraian.' Batin Radin jadi nelangsa sendiri.“Aku sama sekali tidak mengatakan kalau kamu sudah selingkuh mas. Hal yang kamu sembunyikan bisa saja sep
Tangan Anita dengan cepat memasukan hp dan dompetnya ke dalam tas kerja. Ia bicara sebentar dengan teman-teman yang bekerja di lantai yang sama dengannya. Sebelum itu, Anita tidak lupa masuk ke dalam ruangan Rania untuk memberikan berkas rapat Rania dengan direksi perusahaan hari ini. “Kamu bisa pulang sekarang Nit. Aku masih harus melihat hasil rapat ini sebentar. Hati-hati di jalan ya.” Kata Rania ramah membuat Anita menganggukan kepalanya.“Baik Bu. Kalau begitu saya pulang dulu.” Wanita itu berbalik keluar dari ruang direktur yang di tempat oleh Rania.Anita lalu masuk ke dalam lift bersama beberapa karyawan yang juga bekerja di lantai yang sama dengannya. Seperti biasa percakapan yang mereka lakukan adalah tentang pekerjaan hari ini. Serta kepenatan kehidupan mereka sebagai karyawan kantor. Anita hanya bisa tersenyum mendengar cerita teman-teman kantornya. Berbanding terbalik dengan pemikiran Anita yang justru bersyukur bisa bekerja di perusahaan ini karena bisa membuat wanita it
Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s
Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina
Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men
“Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men
Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."
Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda
Bersamaan dengan keributan yang terjadi di rumah keluarga Radit, pagi itu Ibu Anita pergi mengendarai motor menuju rumah adiknya yang bernama Bu Surti yang merupakan Ibu Gilang. Hari ini Ibu dan Bapak Anita juga tidak mengambil barangan dagangan dari pasar, sehingga hanya ada sedikri pembeli hari ini. Pekerjaan rumah juga sudah di kerjakan oleh Anita. Jadi, Ibu Anita bisa langsung pergi ke rumah adik dan adik iparnya itu tepat setelah sarapan.Meskipun sudah memakai helm dan masker, sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Ibu Anita dengan ramah seperti biasa lalu berbisik di belakang wanita paruh baya itu. Setelah motor yang di kendarai Ibu Anita sudah berlalu dengan hadapan mereka. Seperti yang di takutkan oleh Anita jika perceraiannya dengan Radit akan menjadi bahan gunjingan pada tetangga satu desa bahkan sampai desa sebelah. Tapi, untungnya orang-orang yang membicarakan mereka karena kasihan pada Anita telah di selingkuhi dengan tunangan adik sepupunya sendiri. Setelah menjadi t
“Kenapa kamu bisa ketahuan sampai seperti ini Radit?” Teriak sang Bapak galak setelah menyerahkan hp milik Rina pada pemiliknya. Kening Bapak Radit suydah berkerut dalam tanda jika pria paruh baya itu marah besar. Kedua mata tuanya menatap sang putra dengan tatapan nyalang.“Sudahlah Pak. Mau bagaimana lagi. Yang penting untuk saat ini kita harus membujuk Anita agar tidak melaporkan Radit ke polisi.” Ibu Radit berusaha memberanikan diri untuk membela sang putra. Ini semua juga salahnya karena sudah mendukung hubungan terlarang Radit dengan Dina. Hanya karena hidup mereka masih bergantung pada gaji Anita.“Kan sudah Bapak bilang dulu. Kalau berhubungan dengan Dina yang lelbh kaya dari Anita, ceraikan dulu istrimu itu agar kalian bisa memulai hubungan di saat sudah sama-sama sendiri. Tidak perlu menuntut soal harta karena Anita sudah tidak punya apapun lagi. Waktu tahu Dina sudah punya tunangan, minta saja Dina putus dar tunangannya dengan embel-embel harta. Kenapa kalian nggak bisa mik
Perkataan Pakde Herman itu tentu saja membuat Ibu Radit merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Anita memulangkan koper radit ke rumah ini? Belum lagi pria yang tidak mereka kenal dengan seenak hati bisa bicara dengan bebas tentang permasalahan rumah tangga di antara Anita dan Radit.“Apa maksud semua ini Dit?” Tiba-tiba saja Ibu Radit itu teringat pada Dina yang baru saja berkunjung ke rumah ini lalu pergi dengan Radit sambil berboncengan motor. Ia sama sekali tidak tahu alasan Radit pulang ke rumah karena apa. Selain itu, Ibu Radit juga sama sekali tidak curiga saat kemarin malam Radit pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena sang putra langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Bukannya menonton TV bersama keluarga di ruang tengah.“Anita pulang bersamaan dengan Radit ke rumah saat sedang membonceng selingkuhannya itu. Belum sempat Anita bertanya siapa wanita itu dia sudah kabur. Ternyata wanita selingkuhan anakmu ini adalah Dina yang merupakan tunangannya