Pagi ini sesuai dugaan Anita jika motor milik Dina yang sudah ia lihat terparkir di halaman rumah Ibu mertuanya. Walaupun Anita terus bertanya-tanya untuk apa alasan Dina mau selingkuh dengan Radit. Apa yang di lihat perempyan itu dari sang suami? Padahal sebagai sosok laki-laki, Gilang sudah termasuk sukses karena bekerja sebagai tekniki komputer di salah satu toko terkenal. Ia menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran itu. Anita kembali fokus pada layar hp di depannya itu Dina sudah datang tiga puluh menit sebelumnya. Wanita itu bahkan membawakan makanan untuk orang tua Radit dan Rina. Lalu mereka berempat sarapan bersama. Membuat wajah Ibu mertua Radit terlihat sangat bahagia. Berbanding terbalik dengan wajah Dina yang nampak tertekan. Pasti hal ini ada kaitannya dengan Gilang dan Radit."Wanita itu masih mampu menampakan diri di rumah mertuaku setelah ia resmi bertunanga dengan Gilang tadi malam." Anita hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Bagaimana bisa Din
Setelah memastikan jika Radit dan Dina sudah tidak ada di kafe itu lagi, ia berjalan menuju konter untuk memesan sekotak klue lagi yang akan Anita berikan pada orang tuanya. Wanita itu juga membayar minuman, kue yang ia makan di kafe ini sekaligus kue yang ia pesan untuk di bawa pulang. Ia naik ke atas motornya melaju menuju rumah orang tuanya. Setelah sampai di rumah orang tuanya, Anita seperti biasa akan membantu sang Ibu lebih dulu lalu mandi dan berganti baju disana. Karena masih ada beberapa pakaian Anita yang ia simpan di rumah orang tuanya. Anita menghabiskan waktunya setelah pulang dari kafe di rumah orang tuanya. Ia sholat maghrib dan makan malam disana Tidak lupa juga Anita menyajikan kue yang baru saja ia beli lalu meletakannya di depan TV dengan tudung saji kecil. Untuk camilan mereka saat bicara hal yang serius nanti. Meskipun sang Ibu sudah mengatakan pada Anita untuk menyuruhnya pulang berulang kali. Tapi, Anita mengatakan jika ia sudah dapat ijin dari Radit. Membuat or
“Bukannya dia Dina ya? Tunangan Gilang.” Ujar Ibu Anita tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat barusan. Tenryata wanita selingkuhan Radit adalah Dina.Lebih parahnya lagi, Radit juga kemarin baru saja ikut datang ke rumah Dina untuk menghadiri acara pertunangan wanita itu dengan Gilang. Raut wajah Bapak Anita sudah berubah menjadi sangat marah. Sedangkan Ibu Anita hanya bisa menangis melihat penghianatan yang di lalukan Radit pada sang putri. Anita segera memeluk tubuh Ibunya dengan tangan yang terus mengusap bahu sang Ibu.“Sudah Bu. Aku sudah baik-baik saja kok. Karena itulah aku mengatakan hal ini pada Bapak dan Ibu dulu. Besok aku akan mengajukan surat gugatan cerai ke pengadilan sekaligus memeriksakan diri ke rumah sakit. Karena bagaimanapun juga Mas Radit sudah bermain dengan wanita lain.”“Iya nduk kamu benar. Ibu dan Bapak hanya bisa mendukungmu dari rumah. Keterlaluan sekalu Radit dan keluarganya itu. Kurang apa kamu selama ini. Bahkan Radit saja masih jadi pengangg
“Hoaaam. Maaf aku ngantuk banget Rin." Ujar Anita yang masih terlihat dari layar hp Arini tengah menutupi mulutnya dengan tangan. Sepertinya baru sebentar Arini mendengarkan semua cerita Anita. Tapi, kini malam sudah semakin larut.Wanita itu hanya bisa terkekeh pelan karena ia sendiri sudah sangat mengantuk. Tapi, sebisa mungkin Arini tahan karena masih sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan cerita Anita. Pandangannya beralih pada jam yang terpasang di atas dinding. Ternyata waktu yang Anita dan Arini habiskan untuk bercerita sudah hampir dua jam. Arini merasa waktunya cepat sekali berlalu saat mendengarkan cerita dari Anita. Tangannya mengambil hp yang ia sandarkan di depan gelas. Rasanya memang sudah sangat panas sekali.“Maklum aja Nit. Kamu sudah cerita sampai hampir dua jam. Aku sampai nggak ngerasa kalau kamu nggak nguap tadi. Cerita kamu seru banget sih. Benar-benar bertolak belakang sama kisahku dulu.” Mereka berdua lalu tertawa bersama.“Ya sudah kita tidur sekarang. Ma
Langit jingga sudah berubah menjadi gelap. Matahari sempurna kembali ke peraduannya. Adzan maghrib dan adzam isya' sudah berkumandang. Arini juga sudah mengajak Dinda untuk makan malam. Dengan tubuh yang terasa sangat lelah, Dinda megajak Arini untuk tidur lebih awal daripada biasanya. Hingga tidak lama kemudian Dinda sudah jatuh terlelap tidur.Malam itu tidak seperti malam-malam biasanya dimana Arini akan mendengarkan cerita Anita tentang masa lalunya dengan Radit. Karena wanita itu sudah terlalu lelah bekerja seharian di toko. Jadi, malam itu mereka hanya saling berkirim pesan tentang pekerjaan hari ini. Baik kesibukan Anita yang bekerja di kantor. Lalu setelah pulang masih harus memeriksa barang di toko sembakonya. Baru Anita bisa istirahat setelah toko baru saja tutup jam delapan malam.Berberda dengan Arini yang sejak pagi sudah sibuk ikut melayani pembeli di dalam toko. Membuat agendanya dengan Aris untuk mendaftarkan pernikahan mereka bersama di KUA jadi tertunda. Untung saja
Tidak lama kemudian seoang pria yang memakai pakaian kantor resmi keluar menuju bagian kasir setelah di panggil oleh pegawai restoran yang lain. Arini serta pengunjung lain tidak bisa mendengar perkataan manajer itu karena di ucapkan dengan nada rendah. Yang bisa Arini lihat adalah sikap manajer pria itu yang terus menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Sedangkan si pembeli masih berkacak pinggang. Entah apalagi yang terjadi karena setelahnya si kasir dan pembeli yang marah-marah tadi di suruh masuk ke dalam ruangan manajer. Banyak pengunjung lain yang sudah bisik- bisik tentang kejadian tadi.Pandangan Arini sudah tertuju ke depan. Aris tampak acuh dan tidak tertarik untuk membahas kejadian yang baru terjadi barusan. Pria itu justru sibuk mengobrol dengan Dinda tentang kegiatan di sekolah putrinya hari ini. Sebagai manusia biasa Arini tentu saja merasa penasaran. Apalagi saat ia mendengar jika nama si kasir adalah Dina. Nama yang sama dengan nama mantan tunangan Gilang. Ia sudah
“Bukan begitu mbak. Ini semua salah paham.” Dina terus menggelengkan kepalanya dengan wajah yang ketakutan. Pandangan Dina juga tidak tertuju pada Anita. Melainkan ke belakang punggungnya. Anita ikut menoleh dan melihat jika Radit tengah berlari ke arah rumah mereka. Tidak ingin membantu Dina yang sedang tertangkap basah oleh Anita dan warga yang lain.'Dasar pria pengecut. Segitu saja sudah kabur.' Cemooh Anita dalam hatinya.Tubuh Dina semakin bergetae ketakutan saat ia melihat pandangan para Ibu-ibu yang menatap penuh amarah padanya. Seolah mereka akan menelan Dina hidup-hidup. Padahal belum ada bukti yang menunjukkan secara langsung pada para warga jika Dina sudah berselingkuh dengan Radit. Apa jadinya jika mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Radit dan Dina sudah di arak keliling kampung ini. Sayangnya juga Radit sudah kabur lebih dulu dari kerumunan warga jadi tidak akan bisa menolong Dina lagi.“Salah paham katamu? Terus kenapa tadi kamu boncengan sambil memeluk sua
Setelah Dina di antar Pak RT untuk pulang ke rumah orang tuanya serta para tetangga sudah tidak berkerumun di depan rumahnya lagi, Anita segera mengunci pintu depan dan belakang. Ia tidak perlu memastikman kunci jendela karena semua jendela di rumah ini sudah di pasangi teralis untuk mencegah maling masuk. Wanita itu mengambil hpnya lebih dulu lalu duduk di sofa ruang tengah. Terdengar nada tunggu telpon sang Ibu yang terus berdering. Panggilan pertama tidak di angkat hingga panggilan itu selesai. Anita kembali menekan nomor kontak Ibunya untuk melakukan panggilan kedua.“Halo assalamualaikum.” Terdengar suara salam sang Ibu di sebrang telpon dengan nada khawatir.“Halo waalaikumsalam. Ibu dan Bapak sudah tidur belum?” Tanya Anita basa basi. Karena ia takut jika sudah mengganggu waktu tidur orang tuanya. Mengingat jika panggilan pertama tadi tidak langsung di angkat.“Belum kok nduk. Kami tadi nonton TV bareng. Hpnya Ibu tinggalkan di dalam kamar. Jadi nggak kedengeran waktu kamu pert
Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s
Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina
Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men
“Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men
Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."
Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda
Bersamaan dengan keributan yang terjadi di rumah keluarga Radit, pagi itu Ibu Anita pergi mengendarai motor menuju rumah adiknya yang bernama Bu Surti yang merupakan Ibu Gilang. Hari ini Ibu dan Bapak Anita juga tidak mengambil barangan dagangan dari pasar, sehingga hanya ada sedikri pembeli hari ini. Pekerjaan rumah juga sudah di kerjakan oleh Anita. Jadi, Ibu Anita bisa langsung pergi ke rumah adik dan adik iparnya itu tepat setelah sarapan.Meskipun sudah memakai helm dan masker, sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Ibu Anita dengan ramah seperti biasa lalu berbisik di belakang wanita paruh baya itu. Setelah motor yang di kendarai Ibu Anita sudah berlalu dengan hadapan mereka. Seperti yang di takutkan oleh Anita jika perceraiannya dengan Radit akan menjadi bahan gunjingan pada tetangga satu desa bahkan sampai desa sebelah. Tapi, untungnya orang-orang yang membicarakan mereka karena kasihan pada Anita telah di selingkuhi dengan tunangan adik sepupunya sendiri. Setelah menjadi t
“Kenapa kamu bisa ketahuan sampai seperti ini Radit?” Teriak sang Bapak galak setelah menyerahkan hp milik Rina pada pemiliknya. Kening Bapak Radit suydah berkerut dalam tanda jika pria paruh baya itu marah besar. Kedua mata tuanya menatap sang putra dengan tatapan nyalang.“Sudahlah Pak. Mau bagaimana lagi. Yang penting untuk saat ini kita harus membujuk Anita agar tidak melaporkan Radit ke polisi.” Ibu Radit berusaha memberanikan diri untuk membela sang putra. Ini semua juga salahnya karena sudah mendukung hubungan terlarang Radit dengan Dina. Hanya karena hidup mereka masih bergantung pada gaji Anita.“Kan sudah Bapak bilang dulu. Kalau berhubungan dengan Dina yang lelbh kaya dari Anita, ceraikan dulu istrimu itu agar kalian bisa memulai hubungan di saat sudah sama-sama sendiri. Tidak perlu menuntut soal harta karena Anita sudah tidak punya apapun lagi. Waktu tahu Dina sudah punya tunangan, minta saja Dina putus dar tunangannya dengan embel-embel harta. Kenapa kalian nggak bisa mik
Perkataan Pakde Herman itu tentu saja membuat Ibu Radit merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Anita memulangkan koper radit ke rumah ini? Belum lagi pria yang tidak mereka kenal dengan seenak hati bisa bicara dengan bebas tentang permasalahan rumah tangga di antara Anita dan Radit.“Apa maksud semua ini Dit?” Tiba-tiba saja Ibu Radit itu teringat pada Dina yang baru saja berkunjung ke rumah ini lalu pergi dengan Radit sambil berboncengan motor. Ia sama sekali tidak tahu alasan Radit pulang ke rumah karena apa. Selain itu, Ibu Radit juga sama sekali tidak curiga saat kemarin malam Radit pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena sang putra langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Bukannya menonton TV bersama keluarga di ruang tengah.“Anita pulang bersamaan dengan Radit ke rumah saat sedang membonceng selingkuhannya itu. Belum sempat Anita bertanya siapa wanita itu dia sudah kabur. Ternyata wanita selingkuhan anakmu ini adalah Dina yang merupakan tunangannya