Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 52. Rayuan Kepada Mantan Istri

Share

Bab 52. Rayuan Kepada Mantan Istri

last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-26 10:27:03

Bab 52. Rayuan Kepada Mantan Istri

Pagi itu, Yati sendirian di rumah. Papanya baru saja keluar  dari rumah. Yati tak tahu, kalau tujuannya adalah ke rumah Papa Amelia. Nurdin ingin menyampaikan sebuah ancaman manis kepada  sahabatnya itu.  Semoga dengan sedikit gertakan ini, Anwar mau memaksa Amelia untuk bercerai dengan Darfan, sehingga surat perjanjian pra nikah waktu itu bisa dia gunakan untuk menguasai peternakan yang di Kutalimbaru milik pria lumpuh itu. Begitu rencana Nurdin.

Darfan yang disuruh Amelia menjalankan misi mendapatkan surat perjanjian pra nikah, telah berdiri di depan pintu. Tak ragu, pria gila harta itu mulai mengetuk pintu dengan  halus.

Terdengar suara langkah mendekat. Langkah terseret itu milik Yati, sang mantan istri.

“Mas?!”

Yati  kaget saat memb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafkah Batin Basi   Bab 53. Maksiat Mantan Sepasang Suami Istri

    Bab 53. Maksiat Mantan Sepasang Suami Istri “Mas, gimana kalau Papa pulang tiba-tiba?” tanya Yati mencoba mengingatkan, tetapi matanya sudah mulai terpejam. Erangan halus mengiringi setiap sentuhan bibir Darfan yang mulai menyusuri setiap inci wajah, lalu kini mulai turun ke bagian dada. Darfan tak menghiraukan. Bibirnya masih sibuk menggoda sepasang bukit kembar milik mantan istrinya. Sementara tangannya sibuk melepas pakaian yang menempel di sana satu demi satu. Erang kenikmatan dari bibir Yati, makin menambah gairahnya. Bibir dan jemarinya kini menyusur ke bagian bawah. Mengecup lembut perut wanita itu, lalu makin turun dan turun. “Mas, kita udah gak halal, lho,” lirih Yati tepat saat Darfan menyatukan bagian sensitif

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Nafkah Batin Basi   Bab 54. Dr. Vito, Pria di Masa Lalu

    Bab 54. Dr. Vito, Pria di Masa Lalu Andre masih memarkirkan mobil saat ditinggal dengan terburu-buru oleh sang empunyal. Bik Jum, Suster Ayu, dan Dadang menyambut kedatangan Amelia di depan ruang UGD. Gadis itu langsung menyerbu masuk. Dua orang perawat mencoba menahannya di pintu masuk ruangan, namun gadis itu tetap memaksa. Tubuh sang perawat terdorong paksa, kalah kuat dengan tenaga Amelia yang tiba-tiba berlipat saja. “Maaf, Ibu! Pasien masih belum sadar! Masih ditangani Dokter, tolong tunggu di luar saja, ya!” Amelia tak menggubris, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari keberadan sang Papa yang dikabarkan tengah sekarat. Setengah berlari dia menghampiri ranjang sang Papa. kedua orang perawat mengikuti dengan wajah panik. “Maaf, Dok, ibu ini menerobos masuk!” ucap salah s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Nafkah Batin Basi   Bab 55. Akta Pra Nikah Dibatalkan

    Bab 55. Akta Pra Nikah Dibatalkan “Kami ke kantor Notaris yang di jalan S. Parman, Pak Andre,” kata Amelia masih berusaha mengusir Andre secara halus. “Gak apa-apa, Bu. Saya juga bisa di sana saja! Saya mau konsultasi tentang proyek saya yang kena tipu bulan lalu itu. Siapa tahu masih bisa diselamatkan.” “Oh, baiklah, kita berangkat kalau begitu!” Darfan jelas tidak suka Andre menempel terus di dekat istrinya. Tetapi dia tak punya alasan untuk mengusirnya. “Kamu setuju, kan, Mas, kalau surat perjanjian pra nikah ini kita batalin?” tanya Amelia dalam perjalanan menuju kantor Notaris. Andre yang tengah menyetir mobil, melirik keduanya sekilas melalui kaca spion tengah mobil. “Aku ikut maunya&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Nafkah Batin Basi   Bab 56. Pengakuan Dr. Vito

    Bab 56. Pengakuan Dr. Vito “Sebesar apapun pengorbanan yang ditunjukkan oleh seorang pria, tujuannya hanya untuk menoreh luka. Jika mencintai seorang pria hanya akan menoreh luka, buat apa mengulang kesalahan yang sama? Bukankah lebih baik mencari bahagia dengan cara menyendiri saja? Membekukan hati dan mematikan rasa” * “Kita sudah sampai, Bu Amel!” ucap Andre saat mobil Amelia yang dia kemudikan berhenti di areal parkir khusus roda empat. “Oh, iya.” Amelia tersentak dari lamunannya. “Maaf, saya mengejutkan Ibu?” Andre merasa bersalah. “Tidak. Maaf, saya sempat melamun.” Gadis itu lalu melangkah turun, lalu tanpa menunggu Andre, dia berjalan terburu menuju ruang ICU. Bik Jum, Ayu dan Dadang masih dnegan begitu setia menunggu di sana. Ketiganya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Nafkah Batin Basi   Bab 57. Pertengkaran Dr. Vito dengan Istri

    Bab 57. Pertengkaran Dr. Vito dengan Istri “Asal kamu tahu, aku sangat tidak tenang menjalani hari-hariku. Rasa bersalah senantiasa mengejarku. Apalagi setelah kehancuran pernikahanku. Tak ada kaitannya denganmu, tapi hati kecilku mengatakan itu karena karma buatku. Karma karena pernah menyakiti dan menghancurkan perasaan kamu. Jadi, sangat pantas jika aku berjuang untuk memperbaiki semua itu. Tolong beri aku kesempatan untuk menjahit luka hatimu! Izinkan aku menata kembali hancurnya perasaanmu, harga dirimu, perasanmu, tolong beri aku kesempatan!” Dr. Vito masih berusaha meyakinkan Amelia. “Maaf, saya bingung dengan semua kalimat Anda! Saya bukan Amel yang Anda maksud! Saya tidak mengenal Anda! Sepertinya Anda salah orang!” sanggah Amelia dingin. “Begitu? Baikl

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Nafkah Batin Basi   Bab 58. Balasan Buat Mantan Kakak Madu

    Bab 58. Balasan Buat Mantan Kakak Madu “Cepat, dong! Temui si Kribo! Mas udah janji akan rujuk dengan aku, kan! Karena itu aku mau nyuri surat itu dari kamar Papa. Papa marah besar, Mas. Sekarang Papa sekarat, pasti karena itu. Aku yakin. Mas Dar harus ikut bertanggung jawab, dong, Mas!” tuntut Yati kepada Darfan. “Aku udah bicara tadi sama Amel. Dia malah yang nelpon ambulan biar jemput Papa kamu. Tapi untuk membiayai pengobatan papa kamu, dia menolak. Aku harus bagaimana?” “Coba lagi, dong, Mas! Kalau enggak gimana, ini!” Kedua bola mata Yati meredup, perlahan air matanya mulai meleleh. “Aku gak punya siapa-siapa selain Papa, Mas! Mbak Santi juga pasti gak bisa bantu. Untuk makan aja mereka susah, konon lagi buat bayar rumah sakit.” “Kartu BPJ * atau asuransi apa kek, gitu, apakah papamu gak punya, Sayang? Coba kamu bongkar-bongkar lemarinya! Siapa tau ada nyimpan!” “Gak ada, Mas! Dulu punya kayak kita juga. Lama nunggak, gak dibayar-bayar bulanannya. Udah tahunan, Mas! Mi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Nafkah Batin Basi   Bab 59. Video Kiriman Dinda di Ponsel Amelia

    Bab 59. Video Kiriman Dinda di Ponsel Amelia Untuk pertama kalinya, hati yang telah lama membeku itu berdesir lagi. Desir hangat yang mampu mencairkan kebekuan. Terbitkan asa baru di dalam kalbu. Untuk menjalani hari selanjutnya, menggapai masa depan yang pasti masih ada tersisa bahagia untuknya. Andre menggantung harapan itu untuk Amelia. Terdengar sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Pesan di aplikasi hijau miliknya. Andre ragu untuk menyentuh layar ponselnya. Beberapa detik berlalu, notif pesan masuk terdengar lagi. Kali ini, dia menguatkan hati. Sebuah chat dan kiriman video dari Dinda. [Aku hanya mengingatkan, Mas! Video ini mau aku kirim ke nomor Amelia. Beberapa menit lagi, sampai chat dari kamu masuk ke ponselku! Silahkan tonton dulu videonya, ya! Sebelum mata teduh Amelia juga menyaksikannya!] Andre meremas benda pipih di tangannya. [Beri aku waktu berpikir!] balasnya kemudian. [Ok, kutunggu hingga pukul sepuluh malam. Ini nego terakhir, tak ada nego lagi s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Nafkah Batin Basi   Bab 60. Pertengkaran Darfan Dan Andre

    Bab 60. Pertengkaran Darfan Dan Andre “Dr. Ferouk ada, kan, Sus! Tolong ditelpon, bilang pasien sudah sadar!” perintah Dr. Vito kepada perawat. “Baik, Dok!” Lima menit kemudian Dr. Ferouk datang. Dengan sigap dia memeriksa dan memastikan kondisi pasien. Dia kemudian memberikan petunjuk kepada Perawat yang mendampingi. “Gimana Papa saya, Dok?” lirih Amelia kemudian. “Pak Anwar sudah lepas dari komanya. Tetapi, serangan masih bisa saja datang tiba-tiba. Bagaimana kalau kita lakukan operasi pemasangan ring itu malam ini juga, Sayang? Kamu setuju, kan?” jawab Dr. Ferouk. Pria yang telah mendekati masa pensiun itu sudah terbiasa memanggil Amelia dengan sebutan Sayang. Gadis itu sudah seperti putri kandung baginya. Meskipun Amelia tetap memanggilnya dengan formil. Padahal telah berulang kali Dr. Ferouk memintanya agar memanggil dengan sebutan Om saja. “Begitukah yang terbaik menurut Dokter?” tanya Amelia pasrah. “Iya, Sayang. Sebab setelah sadar begini, Om khawatir beliau malah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30

Bab terbaru

  • Nafkah Batin Basi   Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)

    Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)Amelia bersimpuh di pangkuan sang Papa. Memohon doa restu dengan derai air mata haru. Daffin mengikuti berbuat yang sama.Amelia bergeser ke bangku Rahayu. Andy ada di sampingnya. Wanita itu memeluk gadis bergaun pengantin itu. Membisikkan kalimat restu dan menguntai doa sakral. Semoga pernikahan putra semata wayangnya dengan gadis ini penuh keberkahan, abadi, tanpa pernah ada lagi perpisahan.“Terima kasih Tante,” ucap Amelia surut masih dengan berjongkok. Lalu berbisik pada Daffin, pria yang baru saja menghalalkannya. “Mas, minta restu pada Tante Rahayu, ya! Juga kepada Pak Andy, papa kandung Mas Daffin. Lakukan itu, seperti Mas meminta restu pada papaku! Agar pernikahan kita ini berkah, Mas!”Daffin menatap mata wanitanya, lembut. Lalu mengangguk. Pria itu melakukan seperti yang Amelia ucapkan. Untuk pertama kalinya, Rahayu memeluk tubuh putranya. Air mata haru tak henti mengalir deras membasahi kedua pipi kurusnya. Sama harunya sepert

  • Nafkah Batin Basi   Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif

    Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif“Ada apa dengan Mas Andre? Aku tahu, kok, dia dirawat di sini,” tanya Amelia penasaran.“Dia ingin bertemu kamu, tanpa Pak Daffin. Mungkin kamu bisa luangkan waktu kamu menjenguknya sebentar.” Dr. Vito mengusulkan.“Waw, Andre ingin bertemu Amelia tanpa aku? Hebat! Apa yang kalian rahasiakan dariku?” Daffin mendelik pada Amelia, pria itu kembali terbakar.“Amelia juga belum tahu, Pak Daffin. Tak ada rahasia. Tapi, Andre memang takut kalau Pak Daffin ikut,” sela Dr. Vito.“Takut apa? Dia mau mengambil Amelia lagi dariku, begitu?” sergah Daffin dengan wajah mengetat.“Bukan tentang Amelia, Pak, tapi … wah, saya tak enak mengatakannya. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau Amelia menemuinya!”“Baik, terima kasih, Vito! Aku dan Mas Daffin akan menemuinya! Antara aku dan Mas Daffin tak pernah ada rahasia. Terserah, Mas Andre setuju, takut, dan sebagainya! Ayo, Mas kita ke rungannya! Ayo, Mela! Kami duluan, ya! Dadaah, Bilqis!”Amelia me

  • Nafkah Batin Basi   Bab 198. Daffin Cemburu Buta

    Bab 198. Daffin Cemburu Buta“Jangan seperti anak kecil, dong, Mas! Enggak ada angin, enggak ada badai, tiba-tiba aja, Mas Daffin sewot, aku gak paham, ada apa, sih?” Amelia menahan lengan Daffin.“Gak ada! Maaf aku buru-buru!” Pria itu menepis dengan sedikit kasar. Hampir saja gadis itu tersungkur. Sebuah tangan menahan tubuhnya.“Ati-ati, dong, Om! Kacian Antenya!” Seorang anak kecil berteriak dengan lantang. “Untung dipegangi mama Iqis, kalau enggak Antenya udah jatuh! Oom dahat!” sungut bocah perempuan itu lagi. Daffin dan Amelia tersentak kaget. Keduanya menoleh ke sumber suara. Suara itu sepertinya tak asing di telinga Amelia.“Ante Amel?” sang bocah malah lebih dulu mengenalinya. “Ini Ante Amel, kan? Mama, ini Ante Amel!” teriak bocah lincah itu kepada wanita yang bersamanya.“Bilqis?” gumam Amelia seraya merunduk lalu memeluk gadis kecil itu. Daffin terpana. “Ini Mama Iqis, Ante! Mama, ini Ante Amel, temannya Papa! Iqis mau Ante Amel jadi mama Iqis, tapi kata Papa, A

  • Nafkah Batin Basi   Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito

    Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito“Kalau memang Om Andy dengan Tante Ayu udah ada niat menikah, gak boleh ditunda lagi! Kalau saya dan Mas Daffin, bisa kok, nunggu dulu. Pokoknya Om dan Tante aja duluan! Mas Daffin enggak suka kalau Om Andy menunda lagi, ya, Om, Tante!” kata Amelia menekankan.Kedua calon mertuanya itu saling tatap. Lalu menghela napas kasar.“Mama cepat sembuh, pokoknya! Pak Andy jangan banyak pikiran lagi! Ini, pakai untuk keperluan Bapak! Tentang biaya sekolah Klara dan Indah, jangan pikirkan lagi, sudah diurus oleh anggota saya!” tukas Daffin sembari menyerahkan sebuah kartu kredit kepada Andy.“I-ini apa, Nak?” Andy tergagap. “Ti-tidak usah, Nak Daffin, tidak usah! Bapak akan burusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mengumpulkan biaya pernikahan. Bapak tidak mau membebani Nak Daffin!” tolaknya mendorong dengan halus di tangan Daffin.“Pakailah, mulai sekarang Bapak akan saya anggap papa saya. Setelah menikahi Mama, Bapak akan saya bawa ke kantor, bantu saya m

  • Nafkah Batin Basi   Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit

    Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit“Tidak perlu sungkan, Ma! Pak Andy, saya terima lamaran Anda terhadap Mama saya, kapan rencana pernikahan kalian, kalau bisa secepatnya, ya!”Tiba-tiba Daffin muncul di ambang pintu.“Daff-daffin …!” Rahayu dan Andy serentak menoleh. Wajah keduanya memucat sesaat. Tetapi langsung terang benderang begitu Daffin menyelesaikan kalimatnya.“Terima kasih, Bapak sudah menjaga mama saya sepanjang malam ini?” ucap Daffin melangkah masuk.Andy langsung bangkit, memberi ruang kepada Daffin untuk mendekati Rahayu. Daffin segera menyalam ibunya, lalu duduk di kursi itu. Senyum semringah mekar di wajah tampannya.Rahayu sadar, hari ini putranya terlihat berbunga-bunga. Ada binar di wajahnya. Bukan karena lamaran Andy pada dirinya. Ada sesuatu, entah itu apa. Apakah ada hubungannya dengan Amelia? Rahayu menerka-nerka.“Jadi bagaimana Pak Andy, kapan rencana Bapak menikahi mama? Saya mau secepatnya. Kalau bisa begitu Mama boleh pulang kata dokter, esoknya

  • Nafkah Batin Basi   Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya

    Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya Pagi ini Andy terjaga karena gerakan di atas ranjang pasien. Rahayu menggeliat di sana. Pria itu perlahan mengangkat kepala yang dia letakkan di tepi ranjang. Persis di sisi sang pasien. “Hey, kamu sudah bangun, Sayang?” sapanya sembari mengucek mata. “Maaf, gerakanku membuat Mas terganggu. Pindah saja tidurnya ke sofa sana, Mas! Kasihan, sepertinya Mas kurang tidur beberapa malam ini,” usul Rahayu menatap iba pria yang sangat dia cintai itu. “Tidak, aku juga sudah bangun. Gimana, kamu mau ke kamar mandi, ayo, aku bantu!” “Tidak usah, Mas. Itu terlalu merepotkan kamu. Aku tunggu perawat saja.” “Tidak Rahayu, kenapa kau masih sungkan. Tolonglah, jangan perlakukan aku seperti orang asing!” “Tapi, kamu memang orang lain, kan, Mas? Kita bukan muhrim, kamu juga bukan suamiku. Aku sungkan kamu membantuku ke kamar mandi. Aku akan minta tolong perawat saja nanti.” “Aku sangat sayang padamu, Yu. Aku sangat sedih kau bicara seperti

  • Nafkah Batin Basi   Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina

    Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina “Hem.” “Terima kasih, Mel!” Tanpa ragu, Daffin meraih tubuh kekasihnya, membenamkan di dalam pelukan erat. “Aku akan minta pada Papa kamu, agar mau mengalah. Dia boleh melamar Bu Regina, tapi pernikahannya ditunda dulu. Aku mau, kita duluan, Sayang.” “Ya, Papa setuju!” Sontak Daffin melepas pelukan. Anwar telah berdiri tak jauh dari meja makan itu. Suster Ayu dan Bik Jum mengiring di belakangnya. Entah sejak kapan mereka ada di sana. Sedikitpun kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menyadarinya. “Maaf, Non. Bibik udah berusaha menghalangi agar Bapak jangan masuk ke ruang makan ini, tapi makin dihalangi, Bapak makin maksa masuk,” lirih Bik Jum merasa bersalah. “Papa khawatir, papa minta maaf. Papa kira putri papa sedang ada masalah lagi. Ternyata, papa salah duga. Anak gadis papa rupanya sedang dilamar oleh seorang pria hebat. Papa sangat bahagia. Jangankan menunda pernikahan papa, membatalkan lamaran esok pun, papa bersedia, Nak.”

  • Nafkah Batin Basi   Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan

    Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan “Apa?” Amelia tersentak kaget. Salah dengarkah dia? Daffin memintanya menyuapi. “Ya, sudah, enggak jadi. Maaf!” ucap daffin dengan wajah sedikit memerah. Telunjuk pria itu langsung mengusap symbol hijau di layar ponselnya. “Ada apa lagi Pak Sastro?” sergahnya meninggikan suara melalui benda pipih itu. “Bu Lidya sudah kami tahan di pos depan, Pak. Tapi, dia tidak berhenti menjerit-jerit. Itu memancing perhatian semua orang yang kebetulan melintas juga warga sekitar. Mohon petunjuk, apa yang harus kami lakukan?” lapor Sastro dari ujung sana. “Hem, perempuan sial! Tidak usah menungguku, bawa ke kantor polisi! Lalu telepon pengacaraku, minta dia mengurus semuanya! Bukti-bukti kejahatan perempuan itu sudah ada di tangan pengacara itu! Sekaligus Bik Rum jadikan sebagai saksi!” kata Daffin menjelaskan. “Siaap, baik, Pak!” Daffin mematikan ponsel, lalu menghela napas panjang seraya menyenderkan tubuh lelahnya ke sandaran kursi. Matanya terpeja

  • Nafkah Batin Basi   Bab 192. Lidya mengamuk

    Bab 192. Lidya mengamuk“Tolong jangan seperti anak kecil, Mas! Mas Daffin itu udah dewasa! Tolong bijaklah dalam berpikir, bijaklah dalam berbicara dan juga dalam memutuskan segala sesuatunya!”“Aku masih kurang bijak, ya?”“Ya!”“Baik, aku minta maaf!”“Aku mencintaimu, Mas! Tolong jangan pernah kamu ragukan! Jangan pula kamu kaitkan dengan hal lain!”“Boleh aku bertanya?”“Ya.”“Kenapa istri Papa yang bernama Tina itu mau bermesraan dengan pria selingkuhannya itu, bahkan mereka tak peduli itu di tempat umum? Karena cinta, bukan? Lalu kamu?”“Bukan. Yang mereka lakukan bukan karena cinta. Tapi karena napsu!”“Begitukah? Lalu kamu mengira aku …?”“Tolong jangan tersinggung! Aku hanya merasa ini terlalu cepat! Satu hal yang perlu Mas Daffin ketahui. Meskipun aku sudah pernah menikah, sudah juga pernah menjalin hubungan dengan Mas Andre. Tetapi hingga detik ini aku masih perawan.”“Mel?” sergah Daffin tersentak kaget. Perempuan yang sangat dia cintai ini ternyata begitu sempurna.“Ya

DMCA.com Protection Status