Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 170. Lidya dan Dinda Membayangi Amelia

Share

Bab 170. Lidya dan Dinda Membayangi Amelia

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-29 13:32:26

Bab 170. Lidya dan Dinda Membayangi Amelia

Keduanya menuju ruang makan. Dua orang asisten yang melihat kedatangan mereka buru-buru mengatur meja makan. Tangan-tangan terampil itu dengan cekatan mengerjakan kewajiban mereka. Tak ada cacat cela. Semua terlihat begitu sempurna.

Daffin menarik sebuah kursi untuk Amelia lalu mendudukkan wanita itu di sana. Lalu dia mengambil posisi di seberangnya.

Amelia mengedarkan pandangan ke seluruh meja makan. Mata lembut dan teduh itu seketika membualat sempurna. Makanan yang tertata di atas meja sungguh seperti persiapan pesta. Berbagai jenis, rasa, aroma dan bentuk terhidang di sana.

“Buat siapa semua ini?” tanya Amelia penasaran.

“Buat kita, kenapa?”

“Sebanyak ini? Pak Daffin sanggup memakan semua ini?”

“Hehehe … makanlah!”

Amelia tak lagi bertanya. Bunyi musik keroncong yang mengalun di dalam perut, membuat gadis itu ingin segera melahap makanan yang begitu menggugah selera. Piringnya mulai terisi dengan nasi dan beberapa jenis lauk. Kem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafkah Batin Basi   Bab 171. Kolaborasi Dua Wanita Sakit Hati

    Bab 171. Kolaborasi Dua Wanita Sakit Hati “Ya sudah. Besok pagi kau siap-siap tinggalkan rumah itu! Balik ke rumahku, paham!?” teriak Lidya makin menekan Ruminah “Iya, Nyonya, baik. Tapi setelah Mbak Dindanya datang, kan, Nyonya? Lalu saya kenalkan dulu sama Pak Daffin, kan?” “Ya, iyalah! Goblok banget, sih …!” “I-iya, Nyonya. Tapi, saya belum tahu wajahnya Mbak Dinda itu seperti apa. Bagaimana saya bisa mengenalinya, besok, Nyonya?” “Bawel, ya! Pokoknya kalau besok pagi ada tamu yang mengaku bernama Dinda, itulah orangnya! Udah, ah! En-neg aku ngomong sama pembantu tolol kayak kamu!” Ruminah tercekat. Perempuan yang bernama Lidya itu tak pernah berhenti mengatai dirinya goblok, tolol, dan berbagai kata-kata kasar lainnya. Padahal majikannya di rumah ini justru sangat menyayanginya. Ruminah bahkan diangkat menjadi Asisten kepercayaan oleh Rahayu. Ruminah juga menjadi satu-satunya asisten yang diizinkan Daffin mengurus segala keperluan pribadinya. Tetapi perempuan itu haru

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Nafkah Batin Basi   Bab 172. Amelia Tak Jelita, Tapi Begitu Istimewa

    Bab 172. Amelia Tak Jelita, Tapi Begitu Istimewa “Saya pulang, ya, Pak! Terima kasih atas semua yang terjadi hari ini!” ucap Amelia mohon pamit. “Aku yang berterima kasih, Mel. Hari ini luar biasa,” sahut Daffin dengan mata berbinar bahagia. “Saya pulang diantar anggota Bapak saja, Bapak terlalu lelah hari ini. Tadi malam juga kurang tidur, bukan? Sebaiknya Bapak istirahat, saja!” usul Amelia. Mereka berjalan beriringan menuju teras. “Tidak, saya tidak akan tenang kalau tidak melihat langsung kamu sudah sampai di rumah. Ayolah!” tegas Daffin lalu berjalan cepat mendahului gadis itu menuju mobil. Seorang bodyguard langsung membukakan pintu mobil untuknya. “Aku nyetir sendiri saja,” titahnya sambil masuk ke dalam mobil mengambil posisi di belakang stir. “Tapi, ini sudah terlalu malam, Pak!” tukas sang bodyguard khawatir, lalu menutup pintu mobil kembali. “Ikuti saja, saya! Bukakan pintu mobil buat Mbak Amelia! Suruh duduk di depan!”perintah Daffin mulai menyalakan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Nafkah Batin Basi   Bab 173. Dihadang Preman Suruhan Bram

    Bab 173. Dihadang Preman Suruhan Bram “Awas, Mas!!” teriak Amelia. Beberapa sepeda motor tiba-tiba menghadang di depan mereka. Para bodyguard yang mengawal mobil Daffin segera bergerak cepat. Kedua kubu saling berhadapan. “Siapa kalian? Mau apa, hah?” teriak salah seorang anggota Daffin. “Kami anggota Bang Bram. Kami tak mau ribut asal kalian tak mengajak ribut. Bang Bram mengutus kami untuk menjemput Nona Amelia. Bos kami menunggunya di markas.” “Siapa Bram?” “Tidak penting buat kalian! Kami hanya berurusan dengan wanita itu!” Dua orang langsung menyerbu ke arah mobil. “Buka pintunya! Cepat! Keluarkan perempuan itu atau terjadi sesuatu yang tidak kalian inginkan!” teriaknya sambil menggedor-gedor kaca jendela. “Kamu kenal mereka?” tanya Daffin menarik pinggang Amelia. Tangan kekar itu memeluk dengan erat, sebagai wujud perlindungan kepada sang kekasih. Amelia tak menolak. Sebab saat ini, dia memang benar ketakutan. Sangat takut. Dada Daffin adalah tempat bersembuyi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Nafkah Batin Basi   Bab 174. Kerinduan Ini Karena Cinta

    Bab 174. Kerinduan Ini Karena Cinta Sepuluh menit perjalanan, mobil mewah Daffin menepi di depan rumah Amelia. Bik Jum tergesa-gesa membukakan pintu pagar. “Aku langsung pulang, ya! Kamu istirahat! Besok, aku akan cek kondisi mobil kamu!” Daffin mengantarkan Amelia sampai teras. “Iya, Mas. Tapi yang paling penting adalah, jangan lupa ke rumah sakit jenguk Tante Rahayu. Mas Daffin udah janji, kan, mau baikkan dengan Tante Rahayu?” “Iya. Aku akan penuhi janjiku. Kamu masuk, ya! Istirahat yang cukup! Kamu lelah banget satu hari bukan?” Daffin menghentikan langkah, lalu berdiri menghadap Amelia. “Dan aku mau ucapin, terima kasih banyak!” lanjutnya seraya menatap lembut tepat di manik mata sang kekasih. “Terima kasih untuk apa?” tanya Amelia membalas tatapannya. Namun hanya sesaat. Gadis itu tak sanggup menatap tatapan lembut Daffin. Tatapan itu serasa menelusup hingga ke relung hati. Ciptakan debar yang membuat pacu jantungnya sangat tidak normal. Amelia berdebar hebat. “Terima

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • Nafkah Batin Basi   Bab 175. Bukan Rekayas Andre

    Bab 175. Bukan Rekayas Andre “Tidak bisa, kawan! Aku sudah mengerahkan anak buahku selama ini menjaga pacarmu itu! Aku bahkan tak mengutip lima rupiah pun bayaran dari kau! Itu aku lakukan karena aku peduli pada kau! Sebagai balas jasaku dulu kau bantu aku ujian akhir SMA kita. Semua kawan-kawan kita sudah pada kawin. Tinggal kau saja. Perempuan itu harus jadi istri kau! Macam mana pun caranya, dia harus jadi istri kau!” tegas Bram berapi-api. “Tapi, Amelia tak mencintaiku, Bang! Dia lebih menyukai Daffin.” “No! Kehendakku yang berlaku, bukan si Daffin Daffin itu, paham kau! Jangan coba-coba bantah ucapanku!” “Jangan Bang! Aku tidak mau main paksa!” “Diam kau! Aku yang mengatur!” teriak Bram mulai hilang kesabaran. “Tapi aku tidak mau, Bang!” Andre berkeras. “Ikat dia! Masukkan ke dalam ruangan isolasi!” perintah Bram kepada anak buahnya. “Bram! Jangan begini, kawan! Bram! Lepaskan aku! Bram!!!” teriak Andre tak lagi memanggil dengan sebuatan ‘Bang’. Dalam hitungan deti

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • Nafkah Batin Basi   Bab 176. Andre Babak Belur di Depan Amelia

    Bab 176. Andre Babak Belur di Depan Amelia“Aku tidak mau! Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak mau! Jelas!” teriak Amelia sedikitpun tak gentar.“Baik, kalau kau tetap berkeras!” ketus Bram lalu meraih ponsel di atas meja. “Di mana posisi kalian?” tanyanya melalui sambungan telepon. Sengaja dia menekan loud speaker agar Amelia mendengar jawaban dari sana.“Kami di sekitar rumah target. Target sedang berjalan pagi bersama perawatnya di sepanjang jalan kampung. Target masih terpincng-pincang. Kami menunggu perintah selanjutnya Bang!”“Ya, ikuti saja laki-laki pincang itu. Tunggu perintah selanjutnya.”“Baik, Bang.”Amelia tercekat. Segera dia meraih ponselnya sendiri. Segera menghubungi nomor sang Papa. Tetapi tidak aktif. Kemudian menghubungi nomor Ayu, perawat pribadi papanya. Sama tidak aktif juga. Amelia makin gelisah.Bram terkekeh melihat kegelisahannya. “Telpon Daffin sekarang juga! Atau, aku perintahkan anak buahku mematahkan kaki bapak kau di kampung itu!?”“Aku tidak mau! J

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • Nafkah Batin Basi   Bab 177. Daffin Cemburu?

    Bab 177. Daffin Cemburu? Flass Back Sastro memantau dari luar tembok tinggi sambil menunggu Daffin datang. Sendiri masuk ke dalam markas preman itu jelas nyalinya ciut. Siapa yang tidak kenal kawanan preman nomor satu itu. Meski nyawa tak akan melayang, tapi badan pasti remuk jadi pergedel bial ada yang mencoba-coba mengusik mereka. Sastro terpaksa menunggu Daffin datang beserta anggota lainnya. Seperempat jam, yang ditunggu tiba. Daffin datang dan langsung menggedor kasar pintu pagar yang terbuat dari besi tenal itu. Lonceng yang tergatung di sudut gerbang dia goncang-goncangkan dengan kencang. Suara ribut itu memancing penjaga untuk segera membuka pintu. Tanpa berkata sepatah, Daffin langsung menyerbu masuk begitu pintu terbuka. Tubuh penjaga dia lemparkan ke arah anak buah yang setia mengikuti. Puluhan pria sangar berlompatan untuk menghadang. Namun, langkah Daffin sama sekali tak terhadang. Para bodyguard menghalau semuanya dengan sempurna. Hingga Daffin tiba di ruangan di man

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • Nafkah Batin Basi   Bab 178. Ada Jebakan Maksiat

    Bab 178. Ada Jebakan Maksiat “Kamu nunggu apa, hehehehe …. Aku hanya membersihkan noda darah Pak Andre di pipi dan dagu kamu!” ledek Daffin sengaja mempermainkan perasaan sang kekasih. “Eeemh! Gak ada! Aku gak nunggu apa-apa! Btw, makasih noda darahnya sudah dibersihkan!” ketus Amelia menegakkan tubuh, lalu memalingkan wajah ke samping menyembunyikan rasa malu yang makin menyerang. Gadis itu tak henti mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia mengharapkan ciuman dari Daffin. Sedang pria dingin dan super cuek itu sama sekali tak pernah melakukan sebelumnya. “Maaf, aku tidak bermaksud membuat kamu kecewa.” Daffin merasa bersalah. “Aku gak kecewa, ngapain juga kecewa, memangnya aku mengharapkan apa?” sergah Amelia makin ketus melindungi harga dirinya. “Hem, baik. Ya, sudah, kita pulang sekarang.” “Hem!” Daffin menyalakan mesin mobil, lalu melajukannya perlahan. Amelia mengeluarkan ponsel, dan menelepon Regina. Dengan hati-hati Amelia menyampaikan kalau Andre masuk rumah s

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01

Bab terbaru

  • Nafkah Batin Basi   Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)

    Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)Amelia bersimpuh di pangkuan sang Papa. Memohon doa restu dengan derai air mata haru. Daffin mengikuti berbuat yang sama.Amelia bergeser ke bangku Rahayu. Andy ada di sampingnya. Wanita itu memeluk gadis bergaun pengantin itu. Membisikkan kalimat restu dan menguntai doa sakral. Semoga pernikahan putra semata wayangnya dengan gadis ini penuh keberkahan, abadi, tanpa pernah ada lagi perpisahan.“Terima kasih Tante,” ucap Amelia surut masih dengan berjongkok. Lalu berbisik pada Daffin, pria yang baru saja menghalalkannya. “Mas, minta restu pada Tante Rahayu, ya! Juga kepada Pak Andy, papa kandung Mas Daffin. Lakukan itu, seperti Mas meminta restu pada papaku! Agar pernikahan kita ini berkah, Mas!”Daffin menatap mata wanitanya, lembut. Lalu mengangguk. Pria itu melakukan seperti yang Amelia ucapkan. Untuk pertama kalinya, Rahayu memeluk tubuh putranya. Air mata haru tak henti mengalir deras membasahi kedua pipi kurusnya. Sama harunya sepert

  • Nafkah Batin Basi   Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif

    Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif“Ada apa dengan Mas Andre? Aku tahu, kok, dia dirawat di sini,” tanya Amelia penasaran.“Dia ingin bertemu kamu, tanpa Pak Daffin. Mungkin kamu bisa luangkan waktu kamu menjenguknya sebentar.” Dr. Vito mengusulkan.“Waw, Andre ingin bertemu Amelia tanpa aku? Hebat! Apa yang kalian rahasiakan dariku?” Daffin mendelik pada Amelia, pria itu kembali terbakar.“Amelia juga belum tahu, Pak Daffin. Tak ada rahasia. Tapi, Andre memang takut kalau Pak Daffin ikut,” sela Dr. Vito.“Takut apa? Dia mau mengambil Amelia lagi dariku, begitu?” sergah Daffin dengan wajah mengetat.“Bukan tentang Amelia, Pak, tapi … wah, saya tak enak mengatakannya. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau Amelia menemuinya!”“Baik, terima kasih, Vito! Aku dan Mas Daffin akan menemuinya! Antara aku dan Mas Daffin tak pernah ada rahasia. Terserah, Mas Andre setuju, takut, dan sebagainya! Ayo, Mas kita ke rungannya! Ayo, Mela! Kami duluan, ya! Dadaah, Bilqis!”Amelia me

  • Nafkah Batin Basi   Bab 198. Daffin Cemburu Buta

    Bab 198. Daffin Cemburu Buta“Jangan seperti anak kecil, dong, Mas! Enggak ada angin, enggak ada badai, tiba-tiba aja, Mas Daffin sewot, aku gak paham, ada apa, sih?” Amelia menahan lengan Daffin.“Gak ada! Maaf aku buru-buru!” Pria itu menepis dengan sedikit kasar. Hampir saja gadis itu tersungkur. Sebuah tangan menahan tubuhnya.“Ati-ati, dong, Om! Kacian Antenya!” Seorang anak kecil berteriak dengan lantang. “Untung dipegangi mama Iqis, kalau enggak Antenya udah jatuh! Oom dahat!” sungut bocah perempuan itu lagi. Daffin dan Amelia tersentak kaget. Keduanya menoleh ke sumber suara. Suara itu sepertinya tak asing di telinga Amelia.“Ante Amel?” sang bocah malah lebih dulu mengenalinya. “Ini Ante Amel, kan? Mama, ini Ante Amel!” teriak bocah lincah itu kepada wanita yang bersamanya.“Bilqis?” gumam Amelia seraya merunduk lalu memeluk gadis kecil itu. Daffin terpana. “Ini Mama Iqis, Ante! Mama, ini Ante Amel, temannya Papa! Iqis mau Ante Amel jadi mama Iqis, tapi kata Papa, A

  • Nafkah Batin Basi   Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito

    Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito“Kalau memang Om Andy dengan Tante Ayu udah ada niat menikah, gak boleh ditunda lagi! Kalau saya dan Mas Daffin, bisa kok, nunggu dulu. Pokoknya Om dan Tante aja duluan! Mas Daffin enggak suka kalau Om Andy menunda lagi, ya, Om, Tante!” kata Amelia menekankan.Kedua calon mertuanya itu saling tatap. Lalu menghela napas kasar.“Mama cepat sembuh, pokoknya! Pak Andy jangan banyak pikiran lagi! Ini, pakai untuk keperluan Bapak! Tentang biaya sekolah Klara dan Indah, jangan pikirkan lagi, sudah diurus oleh anggota saya!” tukas Daffin sembari menyerahkan sebuah kartu kredit kepada Andy.“I-ini apa, Nak?” Andy tergagap. “Ti-tidak usah, Nak Daffin, tidak usah! Bapak akan burusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mengumpulkan biaya pernikahan. Bapak tidak mau membebani Nak Daffin!” tolaknya mendorong dengan halus di tangan Daffin.“Pakailah, mulai sekarang Bapak akan saya anggap papa saya. Setelah menikahi Mama, Bapak akan saya bawa ke kantor, bantu saya m

  • Nafkah Batin Basi   Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit

    Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit“Tidak perlu sungkan, Ma! Pak Andy, saya terima lamaran Anda terhadap Mama saya, kapan rencana pernikahan kalian, kalau bisa secepatnya, ya!”Tiba-tiba Daffin muncul di ambang pintu.“Daff-daffin …!” Rahayu dan Andy serentak menoleh. Wajah keduanya memucat sesaat. Tetapi langsung terang benderang begitu Daffin menyelesaikan kalimatnya.“Terima kasih, Bapak sudah menjaga mama saya sepanjang malam ini?” ucap Daffin melangkah masuk.Andy langsung bangkit, memberi ruang kepada Daffin untuk mendekati Rahayu. Daffin segera menyalam ibunya, lalu duduk di kursi itu. Senyum semringah mekar di wajah tampannya.Rahayu sadar, hari ini putranya terlihat berbunga-bunga. Ada binar di wajahnya. Bukan karena lamaran Andy pada dirinya. Ada sesuatu, entah itu apa. Apakah ada hubungannya dengan Amelia? Rahayu menerka-nerka.“Jadi bagaimana Pak Andy, kapan rencana Bapak menikahi mama? Saya mau secepatnya. Kalau bisa begitu Mama boleh pulang kata dokter, esoknya

  • Nafkah Batin Basi   Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya

    Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya Pagi ini Andy terjaga karena gerakan di atas ranjang pasien. Rahayu menggeliat di sana. Pria itu perlahan mengangkat kepala yang dia letakkan di tepi ranjang. Persis di sisi sang pasien. “Hey, kamu sudah bangun, Sayang?” sapanya sembari mengucek mata. “Maaf, gerakanku membuat Mas terganggu. Pindah saja tidurnya ke sofa sana, Mas! Kasihan, sepertinya Mas kurang tidur beberapa malam ini,” usul Rahayu menatap iba pria yang sangat dia cintai itu. “Tidak, aku juga sudah bangun. Gimana, kamu mau ke kamar mandi, ayo, aku bantu!” “Tidak usah, Mas. Itu terlalu merepotkan kamu. Aku tunggu perawat saja.” “Tidak Rahayu, kenapa kau masih sungkan. Tolonglah, jangan perlakukan aku seperti orang asing!” “Tapi, kamu memang orang lain, kan, Mas? Kita bukan muhrim, kamu juga bukan suamiku. Aku sungkan kamu membantuku ke kamar mandi. Aku akan minta tolong perawat saja nanti.” “Aku sangat sayang padamu, Yu. Aku sangat sedih kau bicara seperti

  • Nafkah Batin Basi   Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina

    Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina “Hem.” “Terima kasih, Mel!” Tanpa ragu, Daffin meraih tubuh kekasihnya, membenamkan di dalam pelukan erat. “Aku akan minta pada Papa kamu, agar mau mengalah. Dia boleh melamar Bu Regina, tapi pernikahannya ditunda dulu. Aku mau, kita duluan, Sayang.” “Ya, Papa setuju!” Sontak Daffin melepas pelukan. Anwar telah berdiri tak jauh dari meja makan itu. Suster Ayu dan Bik Jum mengiring di belakangnya. Entah sejak kapan mereka ada di sana. Sedikitpun kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menyadarinya. “Maaf, Non. Bibik udah berusaha menghalangi agar Bapak jangan masuk ke ruang makan ini, tapi makin dihalangi, Bapak makin maksa masuk,” lirih Bik Jum merasa bersalah. “Papa khawatir, papa minta maaf. Papa kira putri papa sedang ada masalah lagi. Ternyata, papa salah duga. Anak gadis papa rupanya sedang dilamar oleh seorang pria hebat. Papa sangat bahagia. Jangankan menunda pernikahan papa, membatalkan lamaran esok pun, papa bersedia, Nak.”

  • Nafkah Batin Basi   Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan

    Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan “Apa?” Amelia tersentak kaget. Salah dengarkah dia? Daffin memintanya menyuapi. “Ya, sudah, enggak jadi. Maaf!” ucap daffin dengan wajah sedikit memerah. Telunjuk pria itu langsung mengusap symbol hijau di layar ponselnya. “Ada apa lagi Pak Sastro?” sergahnya meninggikan suara melalui benda pipih itu. “Bu Lidya sudah kami tahan di pos depan, Pak. Tapi, dia tidak berhenti menjerit-jerit. Itu memancing perhatian semua orang yang kebetulan melintas juga warga sekitar. Mohon petunjuk, apa yang harus kami lakukan?” lapor Sastro dari ujung sana. “Hem, perempuan sial! Tidak usah menungguku, bawa ke kantor polisi! Lalu telepon pengacaraku, minta dia mengurus semuanya! Bukti-bukti kejahatan perempuan itu sudah ada di tangan pengacara itu! Sekaligus Bik Rum jadikan sebagai saksi!” kata Daffin menjelaskan. “Siaap, baik, Pak!” Daffin mematikan ponsel, lalu menghela napas panjang seraya menyenderkan tubuh lelahnya ke sandaran kursi. Matanya terpeja

  • Nafkah Batin Basi   Bab 192. Lidya mengamuk

    Bab 192. Lidya mengamuk“Tolong jangan seperti anak kecil, Mas! Mas Daffin itu udah dewasa! Tolong bijaklah dalam berpikir, bijaklah dalam berbicara dan juga dalam memutuskan segala sesuatunya!”“Aku masih kurang bijak, ya?”“Ya!”“Baik, aku minta maaf!”“Aku mencintaimu, Mas! Tolong jangan pernah kamu ragukan! Jangan pula kamu kaitkan dengan hal lain!”“Boleh aku bertanya?”“Ya.”“Kenapa istri Papa yang bernama Tina itu mau bermesraan dengan pria selingkuhannya itu, bahkan mereka tak peduli itu di tempat umum? Karena cinta, bukan? Lalu kamu?”“Bukan. Yang mereka lakukan bukan karena cinta. Tapi karena napsu!”“Begitukah? Lalu kamu mengira aku …?”“Tolong jangan tersinggung! Aku hanya merasa ini terlalu cepat! Satu hal yang perlu Mas Daffin ketahui. Meskipun aku sudah pernah menikah, sudah juga pernah menjalin hubungan dengan Mas Andre. Tetapi hingga detik ini aku masih perawan.”“Mel?” sergah Daffin tersentak kaget. Perempuan yang sangat dia cintai ini ternyata begitu sempurna.“Ya

DMCA.com Protection Status