Beranda / Romansa / Nabrak Jodoh / 9. Sesal Datang Belakangan

Share

9. Sesal Datang Belakangan

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 17:22:37

Setelah berjalan tanpa arah yang jelas, akhirnya perempuan berambut panjang itu berhenti pada sebuah rumah berlantai dua. Rumah bercat putih yang tak terlalu mewah dan bertuliskan 'Menerima Kost'.

"Mungkin aku harus berada di sini sambil mencari pekerjaan. Semoga saja di sekitar sini masih ada lowongan kerja untukku," gumamnya kemudian mendorong pagar.

Perempuan itu Mila, yang terpaksa meninggalkan bayi mungilnya di Rumah Sakit. Sambil menghela napas panjang dan menghitung sampai tiga dalam hati, ia memberanikan diri mengetuk pintu.

"Permisi, Assalamualaikum!" serunya saat mengetuk pintu berwarna cokelat terang.

Terdengar seorang berteriak 'sebentar' dari dalam dan langkah kaki menuju tempatnya berdiri.

Kriet!

Pintu cokelat terang itu pun terbuka. Seorang wanita paruh baya, yang mungkin seumuran dengan Ibunya muncul dengan daster putih bermotif bunga biru. Wajah wanita itu tampak teduh dan penuh kasih, sangat berbeda dengan ibu kosnya yang lama.

"Waalaikumsalam," jawabnya sambil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nabrak Jodoh   10. Kekacauan di Pengadilan

    Pria bertubuh tinggi ini berjalan dengan tergesa menuju ruang mediasi. Sosok wanita berdagu belah tengah duduk di kursi yang ada di depan ruangan itu. Ia tak sendiri, ada wanita lain dan seorang pria berdasi yang sepertinya seorang pengacara.Seketika itu Radit merasa sangat tidak nyaman melihat mereka. Sebenarnya bukan pria berdasi dan wanita berdagu belah itu yang membuatnya terganggu. Namun wanita paruh baya yang turut serta. Siapa lagi kalau bukan Bu Fatma. Wanta yang telah melahirkan perempuan cantik berdagu belah, Naura. Radit hanya menghembuskan napas panjang, berharap segalanya berjalan lancar. Atas nama adab dan kesopanan Radit tetap menyalami mantan mertuanya. Namun sayang, wanita itu justru menepiskan tangannya. Naura sendiri memandangnya dan tersenyum malu karena merasa tidak enak akan sikap Ibunya. "Kamu ini nggak berubah ya Radit, tetap menggampangkan masalah. Sidang pertama, malah datang terlambat," cecar Bu Fatma padanya. Pria berkulit cokelat itu menyipitkan kedu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Nabrak Jodoh   11. Tak Berubah

    Mila kembali merapikan pakaian dan juga riasannya di toilet uumum. Ia baru saja mengeluarkan semua ASI yang seharusny diberikan pada putrinya. Namun bagaimana lagi, keadaan saat ini tidak memungkinkan baginya merawat bayi.Mila kembali melihat ke arah cermin dan berkata pada dirinya sendiri kalau ia harus kuat. Mila tidak boleh lemah dan menyerah dengan pilihan yang telah ia buat. Semua yang dilakukannya saat ini untuk kepentingan putri cantiknya semata. Agar bayinya bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan memiliki masa depan.“Aku pasti bisa!” gumam Mila kemudian berbalik dan melangkah menuju kantor SPBU dan mengikuti wawancara untuk mendapatkan pekerjaan.Begitu dipersilakan masuk, Mila pun duduk sambil menunggu giliran. Di sana sudah ada dua orang laki-laki seumurannya yang tengah menunggu giliran. Sesekali kedua pemuda itu mencuri pandang ke arahnya dan membuatnya risih.Salah satu dari mereka pun mulai mendekat pada Mila dan mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri, “Aku Ri

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Nabrak Jodoh   12. Panggilan Dari Rumah Sakit

    "Suster Alin ... Suster Alin!" seru Heni, perawat dari ruang NICU pada atasannya."Ada apa Suster, kenapa terlihat begitu panik?"Perempuan berseragam putih itu memperbaiki rambutnya yang menjuntai ke depan. Mengatur sirkulasi napas sebelum menatap wanita dewasa di hadapannya."Maaf suster, saya sedikit panik, tapi bayi Ibu Mila Ariani kehabisan stok air susu milik Ibunya. Sementara Bu Mila sendiri sudah dua hari ini tidak berkunjung kemari," lapor Suster Heni."Bayi Ibu Mila Ariani?" tanya Suster Allin sambil memicingkan mata seoalah teringat akan sesuatu."Bukankah seharusnya bayi itu sudah boleh pulang kemarin?" Suster Alin bertanya lagi."Itu juga Suster," jawab Suster Heny."Sudah coba hubungi nomer Bu Mila?" tanya Suster Alin dengan tenang sambil memperhatikan catatan medis para bayi di ruang NICU.Menjadi perawat memang seharusnya bersikap tenang dan tidak mudah panik. Jika panik, dikhawatirkan pekerjaan akan kacau dan bisa berpengaruh pada kondisi pasien. Suster Alin yang suda

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Nabrak Jodoh   13. Namanya Kinanthi

    Sampai kini, Novia tak kunjung mengerti bayi siapa yang ada dalam gendongannya. Ditambah lagi perangai bos nya yang selalu terlihat gusar. Sungguh hal yang tak biasa ia lihat."Pak," tegur Novia sedikit mengganggu konsentrasi Radit yang tengah mengemudi, dan mencoba mencari keberadaan wanita yang pernah ia tabrak."Eh, iya Nov," jawab Radit tanpa menoleh ke arah asistennya."Maaf Pak, kalau boleh tahu, bayi siapa ini sebenarnya?" tanya Novia sambil mengayun-ayunkan bayi dalam dekapannya dengan begitu luwes.Huft! Radit menghembuskan napas panjang. Sambil memegang kemudi, ia mulai menceritakan perihal peristiwa tabrakan yang melibatkan dirinya. Termasuk tentang bayi yang ada dalam gendongan Novia saat ini.Radit menceritakan pelan-pelan tapi cukup singkat. Meskipun begitu, apa yang diceritakan oleh Radit mampu membuat Novia terkejut."Jadi, Ibu bayi ini sengaja meninggalkan bayinya di Rumah Sakit, Pak. Jangan-jangan hamilnya karena kecelakaan," Novia mulai menduga-duga."Entahlah, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Nabrak Jodoh   14. Radit vs Fajar

    Naura memperhatikan tas belanja yang ada di atas ranjangnya. Wanita muda ini baru saja pulang dari berbelanja aneka produk fashion branded."Baik banget Fajar," gumamnya sambil menempelkan gaun pada tubuh rampingnya, berputar-putar menghadap cermin.Sebenarnya berbelanja pakaian bagus sudah bukan hal asing lagi bagi Naura. Saat masih menikah dengan Radit, ia juga sering dibelikan macam-macam, bukan hanya pakaian, tapi juga perangkat elektronik. Namun, apa yang diberikan Fajar terasa berbeda oleh Naura, seperti ada kesan tersendiri.Barang branded untuk Naura tak pernah dirasa memberatkan bagi seorang Radit. Setidaknya pada tiga tahun terakhir ini, saat kesuksesan telah menghampiri dirinya. Apa saja yang diminta oleh Naura, tentu mudah dikabulkan oleh Radit, kecuali satu hal, seorang bayi.Radit membebaskan Naura untuk membeli apapun yang ia suka. Tanpa membuat perempuan itu memikirkan biaya lain-lain. Untuk bayar ini itu seperti listrik, air, pajak bahkan belanja bulanan sudah diurus

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Nabrak Jodoh   15. Pesona Naura Menembus Fajar

    Fajar melempar kunci mobil begitu tiba di dalam apartemennya. Dia baru saja menemani si cantik berbelanja.Wanita cantik itulah yang selalu menemani hari-harinya belakangan ini. Wanita yang senantiasa ia manja kapapun, dan dimanapun. Si cantik yang telah membuatnya melakukan hal-hal di luar nalar.Wanita itu adalah Naura, yang statusnya belum bercerai secara resmi dengan sang suami. Wanita yang ditemui di minimarket kantornya secara tak sengaja. Saat pemilik paras ayu itu sedang bingung membayar belanjaannya, lantaran kasir yang tak memuluki uang kembalian.Saat itu ia tengah mengantre tepat di belakangnya. Fajar yang sedikit tegesa-gesa karena harus memeriksa kembali materi presentasi merasa tak sabar, dan bermaksud membayar belanjaan wanita itu saja agar cepat."Jadikan satu dengan belanjaan saya saja Mbak," katanya saat itu sambil menunjukkan selembar uang berwarna biru.Wanita di depannya pun menoleh dan saat itulah Fajar merasa ada yang bergetar dalam dirinya. Kecantikannya cukup

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Nabrak Jodoh   16. Kehidupan Baru

    Bayi Kinanthi seolah enggan untuk lepas dari gendongan Radit. Setiap kali bayi mungil itu diletakkan di atas pembaringan pasti akan menangis, namun saat tangan Radit menyentuhnya tangis itu pun sirna. Radit berpikir mungkin ini yang dinamakan sudah bau tangan, sebuah istilah yang sering didengar jika di rumah ada seorang bayi.Pria yang usianya mulai mendekati empat puluh ini pun akhirnya menemani Kinanthi sampai tertidur, baru kemudian berangkat ke tempat kerja. Tanpa ia sadari, Ibu Wuri diam-diam memperhatikan sambil membatin andai saja bayi mungil itu benar-benar bisa dimiliki.Tak dapat dipungkiri, wanita berusia senja ini mendambakan kehadiran seorang cucu. Kehadiran Kinanthi telah memberikan warna tersendiri bagi hari-harinya.Keinginan itu segera ditepiskan olehnya. Sebagai seorang Ibu, seharusnya dirinya berempati, bisa merasakan perasaan Ibu kandungnya yang jauh dari putrinya. Juga merasakan ketidak sempurnaan Radit yang belum bisa memiliki keturunan."Bu, Radit titip Kinan y

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Nabrak Jodoh   17. Pertemuan Yang Disengaja

    SUV putih itu sudah meninggalkannya dengan menyisakan karbon monoksida. Melanjutkan perjalanan, tapi bukan tujuan semula, mencari tempat untuk melancarkan rencana yang datang tiba-tiba. Sementara perempuan operator SPBU itu melanjutkan tugasnya.Pengendara SUV itu memilih memarkir mobilnya pada warung di samping SPBU. Menunggu sang operator SPBU selesai jam kerjanya.Agar tak curiga, ia membeli sebotol minuman kemasan dan gorengan untuk dinikmati di sana. Sesekali melirik ke arah SPBU."Huh sudah jam dua, tapi dia belum keluar juga. Mungkin sekarang dia lagi ganti baju atau ngobrol bareng teman-temannya kali," pikirnya sambil menikmati gorengan."Lagi nunggu Mas?" tanya pemilik warung."Iya Pak, nunggu teman saya yang kerja di situ," Ia menunjuk ke SPBU.Pria penjaga warung hanya mengangguk kemudian mengangkat bahu. Seolah apa yang ia katakan adalah dusta.Mungkin bagi penjaga warung, akan tampak aneh jika orang sepertinya memiliki kawan yang bekerja di SPBU. Namun, bisa jadi kawannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14

Bab terbaru

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

  • Nabrak Jodoh   108. Sudah Terlambat

    Radit pun langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh kakak iparnya. Tamu tak diundang itu pun memasuki pelataran rumah Radit dan mengangguk kemudian mencoba untuk menyalami Mbak Rima. Namun wanita ini langsung menepiskan tangannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Mbak Rima ketus. Walaupun dia satu-satunya anak perempuan Bu Wuri, tapi dia selalu berusaha untuk menjadi yang paling terdepan setiap ada masalah dalam keluarganya. Terlahir sebagai putri sulunglah yang membuatnya selalu bersikap demikian.Mas Rangga yang sudah paham perangai kakak tertuanya pun langsung melirik Dewi istrinya agar membawa anak-anak yang masih berada di sekitar mereka masuk ke dalam. Kakak kedua Radit seperti meramalkan akan ada kejadian tidak menyenangkan, dan kurang pantas dilihat oleh anak-anak.“Apa kabar, Mbak?” sapa Naura dengan sopan, kemudian mencoba menyalami mantan kakak ipar dan juga Radit. Namun mereka semua hanya menangkupkan tangan di depan dada enggan bersentuhan.Saat Naura hendak menyalami M

  • Nabrak Jodoh   107. Di Tengah Kebahagiaan

    Pagi ini waktu sudah semakin dekat dengan jam sepuluh pagi. Radit tampak berdiri dengan penuh kegelisahan. Kedua tangannya terasa dingin kali ini.Ini bukan balasan lamaran pertama baginya, dia pernah melewati momen ini sebelumnya. Namun entah kenapa perasaan gugup itu masih ada.“Kamu kenapa, Le? Kok kelihatan gelisah seperti itu. Apa keluarga Mila nggak jadi datang?”Radit menggeleng. “Bukan Bu Bukan begitu. Mereka sudah dalam perjalanan kemari, mungkin dalam beberapa menit lagi sampai. Aku cuma … nggak tahu aku ngerasa gugup seperti baru pertama kali menyambut keluarga calon, padahal aku sudah pernah melewati sebelumnya.”“Ha ha, kamu seperti pengantin baru saja,” kata mbak Rima kakak sulung Radit yang datang menyaksikan kebahagaiaan adik bungsunya kali ini.“Itu tandanya perempuan itu spesial buat Radit,” celetuk mas Andar suaminya.Sejak kabar bahagia itu datang, Radit langsung menghubungi ketiga kakaknya Rima, Rangga dan juga Raka mengenai rencana kedatangan keluarga Mila. Ketig

  • Nabrak Jodoh   106. Hutang Meresahkan

    Suara mesin motor yang berhenti tiba-tiba di depan rumah membuat Pak Rustam terkejut dan membuatnya terpaksa menghentikan aktivitas menyambung tanaman. Ia pun segera menuju pagar dan melihat siapa yang datang.Tampak dua sosok asing dengan jaket kulit berwarna hitam dan berperangai sangar pun turun dari motor. Pak Rustam sama sekali tidak pernah mengenal dua sosok laki-laki itu.“Selamat sore, permisi Pak apa benar ini rumah Ibu Nur Fatmawati?” tanya salah satunya yang berkepala botak.Pak Rustam mengerutkan alis dan balik bertanya, “Anda siapa ya?”“Jawab saja Pak, benar atau tidak?” tanya pria itu lagi.Sikap menggertak seperti ini jelas tidak disukai oleh Pak Rustam, dan tidak seharusnya ditunjukkan. Pak Rustam pun berdiri berkacak pinggang dan menantang mereka.“Hei, kalian ini apa-apaan. Ini rumah saya! Jika ingin membuat keributan di sini silakan pergi sebelum saya panggil warga yang akan mengusir kalian!” bentak Pak Rustam.Meskipun usianya tak lagi muda, tapi ayah Naura tetap

DMCA.com Protection Status