Beranda / Romansa / Nabrak Jodoh / 36.Keputusan Sudah Bulat

Share

36.Keputusan Sudah Bulat

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-12 18:48:22
Pagi ini Mila membuka jendela kamar tidurnya pelan-pelan. Semalam ia sudah menyiapkan surat pengunduran diri yang nanti akan diberikan pada Pak Iwan.

Kali ini keputusannya sudah bulat, ia akan bekerja di rumah Pak Radit. Meski semalam sempat menanyakan tentang hal konyol pada pria itu, tapi ia tahu kalau ada ketulusan dibalik sikap Pak Radit.

“Huft! jika pekerjaan tidak kondisif lagi, tak ada salahnya menerima tawaran yang lebih baik. Demi menjaga kewarasanku,” gumam Mila sendirian.

Jika Pak Radit tidak serius mempekerjakannya, mana mungkin dia akan terus mencarinya. Apalagi sekarang anaknya diadopsi oleh Pak Radit, wajar jika mencari kejelasan tentang status Kinanti.

Mila berpikir tak ada gunanya merasa bersalah atau sungkan karena tinggal satu atap dengan Pak Radit. Ia harus sadar diri kalau kedudukanya di sana nanti bukanlah tamu, melainkan pekerja sama saja dengan seorang asisten rumah tangga.

Sangat tidak sopan jika ia menganggap kalau Pak Radit memiliki niat lain terh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nabrak Jodoh   37. Resmi Berpisah

    "Mas, aku nggak bisa datang kali ini. Terserah nanti keputusan pengadilan bagaimana, aku ngikut," tulis Naura pada pesan w******p Radit kemudian meletakkan ponsel pada pangkuannya. Radit memandangi layar ponselnya sekali lagi. Tak lagi ada rasa kecewa dengan penolakan dari Naura. Ia sudah tahu kalau saat ini dia bukan lagi prioritas utama bagi wanita berdagu belah itu. "Ya, tak apa. Terima kasih," balas Radit singkat. Naura yang menerima pesan dari Radit hanya bisa termenung karena terkejut. Walaupun sudah tak ada rasa cinta untuk mantan suaminya, tapi ia tak suka dengan tanggapan yang diberikan untuknya. “Hah, gitu aja?” gumam Naura. Harga diri yang tercipta karena kecantikan yang dimiliki membuat Naura memprotes apa yang dikatakan oleh Radit. Menurutnya, sang mantan suami seharusnya bertanya kenapa ia tak bisa datang. Bukannya dulu Radit begitu mencintainya? Apa semudah ini mantan suami melepaskannya? Memangnya kalau sudah pisah dengan Naura akan mudah mendapatkan wanita lai

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Nabrak Jodoh   38. Terpaksa Berbohong

    Permohonan talak Radit akan Naura pun dikabulkan atas putusan vertex. Radit pun menyanggupi untuk membayar iddah Naura sebanyak enam bulan nafkah. Mahligai rumah tangga yang dibangun delapan tahun lamanya itu pun kandas sudah. Meski sangat disayangkan, tapi tak ada lagi kesedihan yang bisa ditunjukkan oleh Radit. Ia menanggapinya dengan sikap yang datar, melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. “Mungkin lebih baik seperti ini, untuk kebahagiaan bersama,” batin Radit sambil menghembuskan napas panjang. “Pak Radit, maaf saya tidak tahu bagaimana harus bersikap kali ini. Sebagai seorang profesional, saya cukup puas karena sidang kali ini tidak alot dan berjalan lancar. Namun saya juga ikut prihatin dengan apa yang menimpa klien saya,” ucap Pak Wandi, pengacara sambil menepuk pundak Radit, dan membesarkan hatinya. Radit hanya tersenyum getir, kemudian berkata, “Tidak apa-apa Pak. Yang meminta bantuan Bapak agar perceraian ini berjalan lancar juga saya. Sekali lagi terima kasih karena su

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Nabrak Jodoh   39. Tergiur

    Kedua telapak tangan Bu Fatma terbuka lebar, satu per satu jemarinya pun ditekuk seperti sedang menghitung angka. Seratus juta itu jumlah yang begitu fantastis dan ia sangat tidak sabar untuk menerima uang itu segera.Kemudian ia pun berpikir sejenak membayangkan tentang rumah yang ditinggali Radit. Lokasinya memang sedikit ke pinggir kota, tapi termasuk kawasan menengah atas. Menurut kabar yang didengar, harga tanahnya per meter saja sekitar 8 juta. Kalau tidak salah, luas tanah Radit 140 meter, dijual harga tanah saja sudah lebih dari satu miliar. Bagaimana jika ditambah dengan harga bangunannya. Ah setidaknya nanti Naura akan mendapatkan lebih dari lima ratus juta.Ah lima ratus juta, itu angka yang tidak sedikit. Jika uang itu sudah di tangan pastinya ia akan menjadi seorang jutawan yang sangat disegani, terutama bagi kumpulan ibu-ibu arisannya.Bu Fatma memang bergabung dengan kelompok arisan dengan istri pensiunan pegawai pemerintah. Sayangnya Bu Fatma bukan berasal dari golong

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • Nabrak Jodoh   40 Jika Maumu Begitu, Pergilah!

    Bu Fatma tampak berpapasan dengan suaminya saat hendak masuk ke dalam kamar. "Ya ampun Bapak bikin kaget aja," seru Bu Fatma dengan sedikit terlonjak dan memegangi dada. "Lah kenapa Bu, seperti dikejar setan aja," sindir Pak Rustam, suaminya. "Nggak kok Pak.” Wanita tambun ini kembali memperhatikan penampilan suaminya. Kali ini sang suami mengenakan kemeja dan celana kain yang sudah disterika licin. “Bapak mau pergi kemana? Kok kelihatannya rapi banget?” "Diajak Pak Bambang nawarin tanah, lumayan kalau laku, bapak dapat bagian." "Oh iya Pak, ati-ati. Mudah-mudahan lancar." Pak Rustam pun mengulurkan tangannya untuk disambut istrinya. Seperti biasa wanita tambun itu pun mencium punggung tangan suaminya, tapi tak pernah mau kalau dikecup keningnya. Padahal kegiatan yang terlihat sepele ini justru mempererat hubungan antara suami dan istri. Namun Bu Fatma selalu menolak dengan alasan sudah tua nggak pantas begituan. Tak berapa lama, Pak Rustam pun pergi meninggalkan rumah men

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21
  • Nabrak Jodoh   41. Setelah Tiga Bulan

    Sejak Mila mengusirnya hari itu dari rumah Kos. Ridwan pun mulai tidak tenang dalam mengerjakan pekerjaannya.Ia seperti kehilangan konsentrasi dan semangat bekerja. Perangainya berubah sejak saat itu. Seringkali Ridwan kedapatan melamun di tempatnya bekerja. Bahkan yang lebih parah, pernah dalam satu hari seorang pelanggan harus berteriak untuk meminta bantuannya mengisi bahan bakar. Tentu saja karena Ridwan melamun sampai tidak tahu ada customer yang datang. Untung saja pelanggannya saat itu tidak mengajukan komplain atau memviralkan perilakunya. Jika itu terjadi ia bisa kehilangan pekerjaan. Sepertinya Mila benar-benar merubah kehidupannya. Mila telah memenuhi otak dan hatinya sejak belakangan ini. Dia bukan pertama kali menyukai seorang perempuan, tapi sudah berulang kali. Namun baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda.Ia benar-benar tidak siap untuk kehilangan seseorang yang belum sempat ia miliki. Belum juga menjalin hubungan spesial dengan Mila, tapi ia sudah merasak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-22
  • Nabrak Jodoh   42. Sikap Ibu

    Pemandangan di hadapan Mila benar-benar membuatnya tidak tahan. Bayi mungil yang sekarang ada dalam gendongan Bu Wuri seolah memanggilnya dan memintanya untuk digendong. Mila tampak berusaha untuk menahan diri, tapi semakin lama ia semakin tidak tahan untuk tidak menggendong Kinan. Naluri keibuannya terus mendorongnya untuk menunjukkan kasih sayang sebagai seorang ibu. Jujur saja Mila sangat merindukan bayi mungilnya yang sudah tiga bulan ia tinggalkan bersama Pak Radit. Tanpa sadar Mila pun berdiri lalu membungkuk mencoba untuk mengambil bayi yang berada dalam dekapan Bu Wuri. Sayangnya, saat tangan Mila sudah mendekati Kinan dan raut wajah bayi mungil itu pun begitu cerah, Bu Wuri pun berdiri dan membuat jangkauan tangan Mila semakin jauh pada bayinya. Wanita berkaca mata itu seakan tidak ingin kalau Mila menyentuh Kinan. Radit yang melihat hal ini pun langsung tak enak hati dan ingin bicara pada ibunya. Namun sayang, wanita paruh baya itu langsung berkata pada Radit, “Radit,

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • Nabrak Jodoh   43. Anak atau Istri Yang Tak Beres?

    Matahari belum juga terbit, langit masih menampakkan semburat kuning kemerahan. Naura pun berdiri di depan pintu rumah dan membuka kunci rumah secara perlahan. Saat di dalam rumah ia pun mencincing sepatunya agar tak menimbulkan suara. Tentunya ia takut kalau ayahnya sudah bangun, karena seperti biasa saat subuh ayahnya akan pergi ke masjid untuk sholat. Jika sampai ayahnya memergoki dirinya baru pulang, sudah pasti akan didamprat habis-habisan. Namun baru saja beberapa langkah, tiba-tiba lampu ruang tamu pun menyala dan ia mendapati ayahnya sudah berdiri di samping dinding dan posisi tangannya masih memegang saklar. Naura melihat ayahnya memandangnya dengan tatapan yang tajam dan penuh kemarahan. Saat itulah Naura sadar kalau dia tidak baik-baik saja. “Kamu masih ingat punya rumah di sini?” tanya Pak Rustam dengan suara yang tegas. Seketika wajah Naura pun pucat, ia langsung menunduk dan tak berani menatap ayahnya. “Mmm maaf Yah, Naura lembur, dan ini baru selesai.” Pak Rust

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Nabrak Jodoh   44. Terlalu Indah

    .Meihat Naura yang langsung naik ke atas, Bu Fatma pun bergegas untuk menyusulnya. Ini tidak bisa dibiarkan, putri kesayangannya itu tidak boleh hidup sengsara setelah bercerai. Saat masih menjadi istri Radit kehidupannya cukup susah, sempat menjadi tulang punggung beberapa bulan. Belum lagi tekanan batin dari sekitar yang menyakitkan bagi Naura. “Naura sayang, kamu nggak bisa diam saja menanggapi hal ini!” seru Bu Fatma dari celah pintu yang belum tertutup. Naura mendengkus kesal, “Apa lagi sih Bu! Naura kan sudah bilang kalau itu nggak mungkin. Udah deh Bu, Naura capek!” Namun Bu Fatma tak peduli. Wanita ini justru terus bersikeras agar Naura menuntut pembagian harta gono-gini. “Naura! Dengarkan perkataan ibu nak, kamu harus menuntut hakmu. Kami harus mendapatkan pembagian dari rumah Radit.” Wanita tambun itu berhenti sejenak dan berkata lagi, “Naura, ibu sempat bertemu Radit di sidang kedua perceraian kalian. Dia mengatakan rumah itu akan dijual, dan kamu harus mendapatkan sete

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28

Bab terbaru

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

  • Nabrak Jodoh   108. Sudah Terlambat

    Radit pun langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh kakak iparnya. Tamu tak diundang itu pun memasuki pelataran rumah Radit dan mengangguk kemudian mencoba untuk menyalami Mbak Rima. Namun wanita ini langsung menepiskan tangannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Mbak Rima ketus. Walaupun dia satu-satunya anak perempuan Bu Wuri, tapi dia selalu berusaha untuk menjadi yang paling terdepan setiap ada masalah dalam keluarganya. Terlahir sebagai putri sulunglah yang membuatnya selalu bersikap demikian.Mas Rangga yang sudah paham perangai kakak tertuanya pun langsung melirik Dewi istrinya agar membawa anak-anak yang masih berada di sekitar mereka masuk ke dalam. Kakak kedua Radit seperti meramalkan akan ada kejadian tidak menyenangkan, dan kurang pantas dilihat oleh anak-anak.“Apa kabar, Mbak?” sapa Naura dengan sopan, kemudian mencoba menyalami mantan kakak ipar dan juga Radit. Namun mereka semua hanya menangkupkan tangan di depan dada enggan bersentuhan.Saat Naura hendak menyalami M

  • Nabrak Jodoh   107. Di Tengah Kebahagiaan

    Pagi ini waktu sudah semakin dekat dengan jam sepuluh pagi. Radit tampak berdiri dengan penuh kegelisahan. Kedua tangannya terasa dingin kali ini.Ini bukan balasan lamaran pertama baginya, dia pernah melewati momen ini sebelumnya. Namun entah kenapa perasaan gugup itu masih ada.“Kamu kenapa, Le? Kok kelihatan gelisah seperti itu. Apa keluarga Mila nggak jadi datang?”Radit menggeleng. “Bukan Bu Bukan begitu. Mereka sudah dalam perjalanan kemari, mungkin dalam beberapa menit lagi sampai. Aku cuma … nggak tahu aku ngerasa gugup seperti baru pertama kali menyambut keluarga calon, padahal aku sudah pernah melewati sebelumnya.”“Ha ha, kamu seperti pengantin baru saja,” kata mbak Rima kakak sulung Radit yang datang menyaksikan kebahagaiaan adik bungsunya kali ini.“Itu tandanya perempuan itu spesial buat Radit,” celetuk mas Andar suaminya.Sejak kabar bahagia itu datang, Radit langsung menghubungi ketiga kakaknya Rima, Rangga dan juga Raka mengenai rencana kedatangan keluarga Mila. Ketig

  • Nabrak Jodoh   106. Hutang Meresahkan

    Suara mesin motor yang berhenti tiba-tiba di depan rumah membuat Pak Rustam terkejut dan membuatnya terpaksa menghentikan aktivitas menyambung tanaman. Ia pun segera menuju pagar dan melihat siapa yang datang.Tampak dua sosok asing dengan jaket kulit berwarna hitam dan berperangai sangar pun turun dari motor. Pak Rustam sama sekali tidak pernah mengenal dua sosok laki-laki itu.“Selamat sore, permisi Pak apa benar ini rumah Ibu Nur Fatmawati?” tanya salah satunya yang berkepala botak.Pak Rustam mengerutkan alis dan balik bertanya, “Anda siapa ya?”“Jawab saja Pak, benar atau tidak?” tanya pria itu lagi.Sikap menggertak seperti ini jelas tidak disukai oleh Pak Rustam, dan tidak seharusnya ditunjukkan. Pak Rustam pun berdiri berkacak pinggang dan menantang mereka.“Hei, kalian ini apa-apaan. Ini rumah saya! Jika ingin membuat keributan di sini silakan pergi sebelum saya panggil warga yang akan mengusir kalian!” bentak Pak Rustam.Meskipun usianya tak lagi muda, tapi ayah Naura tetap

DMCA.com Protection Status