Home / Romansa / Nabrak Jodoh / 42. Sikap Ibu

Share

42. Sikap Ibu

Author: Rindu Rinjani
last update Last Updated: 2023-04-23 23:50:09
Pemandangan di hadapan Mila benar-benar membuatnya tidak tahan. Bayi mungil yang sekarang ada dalam gendongan Bu Wuri seolah memanggilnya dan memintanya untuk digendong.

Mila tampak berusaha untuk menahan diri, tapi semakin lama ia semakin tidak tahan untuk tidak menggendong Kinan. Naluri keibuannya terus mendorongnya untuk menunjukkan kasih sayang sebagai seorang ibu.

Jujur saja Mila sangat merindukan bayi mungilnya yang sudah tiga bulan ia tinggalkan bersama Pak Radit. Tanpa sadar Mila pun berdiri lalu membungkuk mencoba untuk mengambil bayi yang berada dalam dekapan Bu Wuri.

Sayangnya, saat tangan Mila sudah mendekati Kinan dan raut wajah bayi mungil itu pun begitu cerah, Bu Wuri pun berdiri dan membuat jangkauan tangan Mila semakin jauh pada bayinya. Wanita berkaca mata itu seakan tidak ingin kalau Mila menyentuh Kinan.

Radit yang melihat hal ini pun langsung tak enak hati dan ingin bicara pada ibunya. Namun sayang, wanita paruh baya itu langsung berkata pada Radit, “Radit,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nabrak Jodoh   43. Anak atau Istri Yang Tak Beres?

    Matahari belum juga terbit, langit masih menampakkan semburat kuning kemerahan. Naura pun berdiri di depan pintu rumah dan membuka kunci rumah secara perlahan. Saat di dalam rumah ia pun mencincing sepatunya agar tak menimbulkan suara. Tentunya ia takut kalau ayahnya sudah bangun, karena seperti biasa saat subuh ayahnya akan pergi ke masjid untuk sholat. Jika sampai ayahnya memergoki dirinya baru pulang, sudah pasti akan didamprat habis-habisan. Namun baru saja beberapa langkah, tiba-tiba lampu ruang tamu pun menyala dan ia mendapati ayahnya sudah berdiri di samping dinding dan posisi tangannya masih memegang saklar. Naura melihat ayahnya memandangnya dengan tatapan yang tajam dan penuh kemarahan. Saat itulah Naura sadar kalau dia tidak baik-baik saja. “Kamu masih ingat punya rumah di sini?” tanya Pak Rustam dengan suara yang tegas. Seketika wajah Naura pun pucat, ia langsung menunduk dan tak berani menatap ayahnya. “Mmm maaf Yah, Naura lembur, dan ini baru selesai.” Pak Rust

    Last Updated : 2023-04-27
  • Nabrak Jodoh   44. Terlalu Indah

    .Meihat Naura yang langsung naik ke atas, Bu Fatma pun bergegas untuk menyusulnya. Ini tidak bisa dibiarkan, putri kesayangannya itu tidak boleh hidup sengsara setelah bercerai. Saat masih menjadi istri Radit kehidupannya cukup susah, sempat menjadi tulang punggung beberapa bulan. Belum lagi tekanan batin dari sekitar yang menyakitkan bagi Naura. “Naura sayang, kamu nggak bisa diam saja menanggapi hal ini!” seru Bu Fatma dari celah pintu yang belum tertutup. Naura mendengkus kesal, “Apa lagi sih Bu! Naura kan sudah bilang kalau itu nggak mungkin. Udah deh Bu, Naura capek!” Namun Bu Fatma tak peduli. Wanita ini justru terus bersikeras agar Naura menuntut pembagian harta gono-gini. “Naura! Dengarkan perkataan ibu nak, kamu harus menuntut hakmu. Kami harus mendapatkan pembagian dari rumah Radit.” Wanita tambun itu berhenti sejenak dan berkata lagi, “Naura, ibu sempat bertemu Radit di sidang kedua perceraian kalian. Dia mengatakan rumah itu akan dijual, dan kamu harus mendapatkan sete

    Last Updated : 2023-04-28
  • Nabrak Jodoh   45. Pagi yang Canggung

    Ini hari pertama Mila bekerja di rumah Radit sebagai pengasuh Bu Wuri. Saat ini Mila menyambut hari dengan gembira di hatinya.Sejenak ia melirik ranjang di sampingnya. Bayi Kinanthi masih tertidur pulas. Mila pun segera bangun dan meletakkan bantal guling di samping Mila agar bayinya tidak jatuh.Ia pun langsung mengecup kening Kinanthi dan bergegas meninggalkannya. Ia harus mandi dan memulai pekerjaan awalnya sebelum bayi Kinanthi terbangun.Mila tahu pekerjaannya kali ini tidak mudah, tetapi gajinya sepadan. Ditambah lagi, dia memiliki seorang gadis kecil untuk diurus. Belum lagi lingkungan pekerjaan yang lama sangat tak kondusif untuknya.Seperti yang diinginkan oleh Radit, di sini ia harus menjadi pengasuh untuk ibunya, menyiapkan makanan untuknya dan juga memastikan agar obat ibu diminum. Mila juga harus menemani Bu Wuri dalam kesehariannya. Sedikit melelahkan dan ribet juga di saat bersamaan mengurus seorang bayi dan seorang wanita lanjut usia. Namun bagaimana lagi ia membutuhk

    Last Updated : 2023-05-01
  • Nabrak Jodoh   46. Menantu Restu Ayah

    Pagi tadi Fajar tampak mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Ia sudah janji untuk menjemput Naura pagi ini seperti biasa. Gara-gara semalam mereka terlalu lelah memadu kasih, tapi ini sungguh nikmat.Fajar yang sudah tiba di depan rumah Naura pun menunggu di luar rumah sesuai instruksi dari Naura. Sejenak ia melirik arloji di tangannya, Fajar sudah terlambat lima menit, dan dia tidak ingin membuat Naura menunggu.Fajar merogoh saku dan mengambil telepon genggam, berniat untuk menelepon Naura. Namun baru saja memberi kabar, perempuan pujaannya sudah berjalan ke arahnya. Wajah Naura terlihat lelah dan mengantuk, tapi masih saja menawan."Kamu udah siap, Sayang?” sapa Fajar sambil memandangi Naura.Naura pun menjawab, “Maaf ya, aku bikn kamu nunggu lama. Ayok kita berangkat sekarang aja sebelum terlambat!"Fajar menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Aku nggak menunggu lama. Sampai kapanpun aku selalu siap menunggumu."Fajar membuka pintu penumpang mobilnya

    Last Updated : 2023-05-02
  • Nabrak Jodoh   47. Pertemuan di Mall

    Radit melangkah tenang sambil berjalan di area mall. Baru saja bertemu dengan salah satu official mall untuk membahas kerjasama. Sejak perpisahannya dengan Naura, ia memang lebih serius unutk bekerja. Seperti sekarang ini, ia berencana membuka cabang restorannya di dalam mall. Entah ini hal yang baik atau tidak, semenjak perpisahan itu rejeki Radit semakin lancar. Restorannya semakin lama semakin ramai, apakah ini sebuah akibat atau berkah dia sendiri tidak tahu. Yang jelas apa yang ia dapatkan hari ini patut disyukuri. Namun sesuatu yang tak terduga merubah moodnya kali ini. Saat ia melewati toko perhiasan, tanpa sengaja ia bertemu dengan Naura yang sedang dirangkul mesra oleh kekasihnya. “Mereka begitu mesra sekali. Dulu akulah yang selalu memeluk pinggangnya dengan erat,” gumam Radit. Tak bisa dipungkiri kalau perasaannya kacau melihat apa yang ada di hadapannya. Radit berhenti sejenak dan memperhatikan sosok mereka yang begitu mesra, tawa dan senyum Naura masih sama menarikny

    Last Updated : 2023-05-04
  • Nabrak Jodoh   48. Di Malam Sunyi

    Mila mendatangi sosok Radit yang sedang duduk termenung di teras. Wanita muda ini membawakan kopi hitam dan singkong goreng untuknya."Silakan Pak," kata Mila kemudian meletakkan di meja teras.Radit yang sedang duduk termenung pun menoleh ke arah Mila yang tiba-tiba datang dan sedikit terkejut."Kamu buat ini?" tanya Radit."Iya, Pak, dimakan ya!"Radit mengangguk, kemudian kembali merenung. Mengingat apa yang terjadi belakangan ini.Meskipun sebenarnya ia sudah melepaskan Naura, tapi sepertinya masih belum bisa melupakan wanita yang pernah berbagi cinta dengannya. Wajar saja, hubungan yang mereka bina sudah berlangsung sangat lama.Ia hanya tak mengira kalau pernikahannya kalah oleh sebuah pengkhianatan. Namun Radit tak bisa sepenuhnya menyalahkan Naura. Sebagai suami ia sudah gagal dalam mendidik dan membahagiakan sang istri.Kondisi mani encer yang dialaminya membuat Radit merasa rendah diri. Bahkan ia merasa takut untuk berumah tangga lagi. Takut tak bisa membahagiakan pasangannya

    Last Updated : 2023-05-05
  • Nabrak Jodoh   49. Keributan di Pasar

    “Ini saja Bu yang mau dibeli?” tanya Mila sambil memperhatikan catatan yang diberikan oleh Bu Wuri. Barusan ibunya Radit mengatakan pada Mila kalau hari ini adalah ulang tahun Radit, dan beliau bermaksud untuk membuat masakan kesuakaan Radit.“Iya itu aja, ini uangnya buat belanja dan ongkos kamu. Pasarnya lumayan jauh, kamu naik becak atau ojek pangkalan aja, manggilnya dari depan gang situ!” ucap Bu Wuri sambil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu dan dua lembar 20 puluh ribuan.“Iya Bu, saya berangkat dulu. Assalamualaikum,” pamitnya kemudian berjalan menuju pangkalan ojek.“Perlu ditunggu nggak Neng?” sapa tukang ojek pada Mila begitu ia turun dan menyerahkan uang pada laki-laki itu.Mila menggeleng, “Nggak usah, nanti saya biar panggil dari sini saja.” Beruntung Mila mendapatkan tukang ojek paruh baya sehingga sikapnya masih lebih sopan dan profesional, tidak mencuri-curi pandang ke arahnya sama sekali.Mila menatap lurus ke depan dan mencoba untuk membelah kerumunan yang pe

    Last Updated : 2023-05-07
  • Nabrak Jodoh   50. Jangan Lemah!

    Seketika suasana yang ricuh pun berubah hening saat mendengar seseorang meminta mereka berhenti. Tentu saja semuanya ingin tahu siapa yang berani menghentikan kesenangan mereaka saat ini.Mila masih saja duduk di posisinya, ia seperti membeku dan air mata mengalir di wajahnya. Sekarang ia pun terkejut saat melihat kehadiran Pak Radit yang tiba-tiba datang seperti sorang ksatria yang mengenakan pakaian zirah. Bibirnya pun bergetar mengucapkan nama Radit, dan ini membuatnya tahu kalau saat ini hanya Pak Radit saja yang peduli kepadanya.“Ada apa ini?” tanya Radit tiba-tiba sambil melangkah mendekati Mila. Namun tak seorang pun bersedia untuk menjawab. Sampai akhirnya Jihan pun mulai angkat suara, “Oh jadi ini laki-laki yang kamu rebut dari istrinya. Wah hebat banget kamu Mila, sampai bikin laki-laki ini datang menyusul kamu!” seru Jihan, dan saat itulah kerumunan mulai terprovokasi dan nyaris untuk membuat keributan.“Ini laki-laki yang tidak bisa setia pada istri!”“Eh kamu malah senan

    Last Updated : 2023-05-08

Latest chapter

  • Nabrak Jodoh   114. Wedding Day

    Kali ini Mila duduk di depan meja rias sambil mengenakan kebaya putih yang panjang. Rambutnya yang hitam legam sudah disanggul modern.Ia mengusap-ngusapkan telapak tangannya yang terasa dingin. Bu Laely yang menganakn kebaya kuning gading pun menepuk pundak putrinya yang belum juga beranjak dari meja rias.“Ma, apa Mas Radit udah datang?” tanyanya masih menatap ke depan kaca.“Sudah sayang, keluarganya sudah datang semua. Penghulu pun juga sudah datang.”Mila pun berdiri perlahan. Kali ini ia terlihat begitu anggun, dan lebih cantik dari biasanya. Balutan kebaya yang melekat di tubuhnya menunjukkan siluet yang indah.“Kamu cantik sekali nak. Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Bu Laely sambil memperhatikan putrinya.“Makasih Ma. Kira-kira Mas Radit suka nggak ya? Apa Mas Radit nggak bakal batalin pernikahan ini?” tanya Mila.Bu Laely menggandeng tangan putrinya yang saat ini dihiasi oleh hena. “Mila, kenapa kamu berpikir begitu? Radit adalah laki-laki yang tepat untukmu. Apa kamu tida

  • Nabrak Jodoh   113. Salah Orang Bung!

    Mila menghembuskan napas panjang, “Sebenarnya kasihan juga, tapi aku takut mereka akan menyakiti Kinan.”“Mereka nggak akan berani. Di sini ada Mas, Mbak Rima, Mas Rangga dan Mas Andar. Mereka semua akan bantu Mas untuk menjaga kalian berdua.”Mila memperhatikan sekitar. Calon kakak iparnya benar-benar pasang badan sekarang ini. Radit duduk bersebelahan dengan Doni. Mas Rangga berada di dekat pintu keluar, Mbak Rima dekat dengan Ibu Doni, mas Andar dekat dengan ayah Doni.“Sepertinya mereka akan sulit untuk berbuat macam-macam,” batin Mila kemudian mengangguk.“Baik, aku ijinkan kalian untuk menggendong dan memeluk Kinan. Namun aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi!” kata Mila dengan tegas.“Makasih nak Mila.”Mila pun mulai melonggarkan pelukannya pada Kinan dan bersiap menyerahkan putrinya pada Doni. Namun belum sempat bayinya berpindah, Radit sudah mencegah.“Tunggu sebentar! Meskipun kalian ada hubungan darah dengan Kinan, tapi kalian harus tahu kalau dia masih bayi dan ti

  • Nabrak Jodoh   112. Ada Apa Hari Ini

    Mila mempererat pelukannya pada putri kesayangannya dan bersembunyi di balik punggung Radit. Saat ini napas Mila terdengar memburu, jelas ia mulai ketakutan dengan kehadiran seseorang yang ada di depannya.Radit yang melihat keadaan Mila yang merasa tidak nyaman pun menoleh sekilas ke arah Mila. “Kamu masuk dulu ke mobil sama Kinan, biar Mas yang urus dia!”Mila yang sedang ketakutan pun mengangguk dan langsung meraih kunci mobil Radit untuk segera masuk ke dalam SUV putih dan menguncinya rapat-rapat.Radit memicingkan mata lalu berdiri sambil berkacak pinggang. “Ada apa kamu datang kemari? Apa masih kurang puas dengan pelajaran yang saya berikan kemarin? Kamu masih mau mengganggu calon istri dan anak saya?”Laki-laki yang ada di depan Radit sekarang adalah Doni. Beberapa waktu sebelumnya, Doni pernah membuat masalah dengan Mila dan meneror Mila hingga menyisakan trauma.Namun Radit tidak tinggal diam dan dengan mudahnya membuat Doni tak bisa berkutik. Saat itulah Doni berjanji untuk

  • Nabrak Jodoh   111. Kesiapan Menikah

    Radit membalas ucapan ayah Naura dengan senyum. Kemudian dengan ramah, Radit pun menawarkan tumpangan pada mantan mertuanya itu.Meskipun Naura dan ibunya bertingkah menyebalkan, tapi tidak dengan Bapaknya. Pria yang berdiri di hadapannya selama ini benar-benar menjadi sosok yang mengayomi dan bisa menjadi panutan.“Nak Radit, tidak perlu. Saya masih bisa naik bis nanti,” tolak Pak Rustam.Radit tahu, ucapan pria di hadapannya memang benar-benar tulus, bukan sekedar basa-basi. Semasa jadi mertuanya pun, pria ini sama sekali tidak pernah merepotkannya.Apa yag dilakukan oleh Radit saat ini semata-mata karena rasa kemanusiaan pada pria yang ada di hadapannya itu. Usia Pak Rustam yang tidak muda lagi tentu akan sangat mudah lelah jika harus menggunakan bis ke kampung halamannya. Belum lagi, saat turun di terminal beliau harus menumpang sebuah mobil angkutan ke terminal kampung dan naik ojek sejauh 8 kilometer lagi.“Tidak masalah Pak, setidaknya nanti Bapak bisa menghemat waktu.”Namun a

  • Nabrak Jodoh   110. Minta Maaf

    Ayah Naura melirik jam tangang begitu turun dari bis kota. Kemudian ia pun bergumam lirih, “Alhamdulillah tidak terlalu siang.”Sudah hampir seminggu Pak Rustam berada di kampung halaman bersama istri dan Naura. Keseharian Naura dan istrinya di sana benar-benar tidak bahagia.Tidak sekali dua kali istri dan putri tunggalnya memohon unutk kembali ke kota dan hidup normal seperti dulu. Mereka benar-benar tidak cocok dengan kehidupan di kampung yang menurutnya terlalu jauh dari kata modern.Kadang-kadang ayah Naura pun kasihan saat melihat istri dan anaknya harus bangun pagi-pagi karena di sana tidak memiliki kompor gas. Untuk memasak masih harus menggunakan tungku. Belum lagi cibiran dari keluarga besar tentang kehamilan Naura.Meskipun tidak benar-benar membuka aib putrinya karena Pak Rustam mengatakan kalau Naura dan suaminya bercerai tapi tidak mengatakan tentang perselingkuhan putrinya. Namun tetap saja orang-orang menganggap ada apa-apa dengan pernikahan mereka berdua.Naura sering

  • Nabrak Jodoh   109. Rencana Yang Terbongkar

    Langit senja berwarna jingga menghiasi kota, suasana yang indah itu berbanding terbalik dengan Naura memasuki pintu rumahnya dengan langkah lesu. Wajahnya mencerminkan kepedihan yang dalam, matanya merah akibat tangis yang tak terbendung. Ia baru saja pulang dari rumah Radit melakukan rencana yang telah diatur bersama ibunya. Namun yang didapat, jangankan keberhasilan, ia justru diusir oleh mantan kakak iparnya itu.Naura yang kelelahan karena berbadan dua, ia pun duduk di kursi makan sambil menikmati air dingin. Hatinya betul-betul merasa sakit, bukan karena dia tidak mendapatkan kasih sayang Radit lagi, tapi tidak bisa mendapatkan kejelasan untuk masa depan dia dan anaknya.“Kamu udah pulang Naura?” tanya Bu Fatma tiba-tiba kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan Naura.“Iya Ma,” jawab Naura dengan malas.“Udah ketemu Radit? Tadi dia antar kamu pulang kan?” tanya Bu Fatma antusias.“Hmm boro-boro antar pulang, ngobrol enak aja nggak,” jawab Naura kesal.“Maksud kamu? Dia jah

  • Nabrak Jodoh   108. Sudah Terlambat

    Radit pun langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh kakak iparnya. Tamu tak diundang itu pun memasuki pelataran rumah Radit dan mengangguk kemudian mencoba untuk menyalami Mbak Rima. Namun wanita ini langsung menepiskan tangannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Mbak Rima ketus. Walaupun dia satu-satunya anak perempuan Bu Wuri, tapi dia selalu berusaha untuk menjadi yang paling terdepan setiap ada masalah dalam keluarganya. Terlahir sebagai putri sulunglah yang membuatnya selalu bersikap demikian.Mas Rangga yang sudah paham perangai kakak tertuanya pun langsung melirik Dewi istrinya agar membawa anak-anak yang masih berada di sekitar mereka masuk ke dalam. Kakak kedua Radit seperti meramalkan akan ada kejadian tidak menyenangkan, dan kurang pantas dilihat oleh anak-anak.“Apa kabar, Mbak?” sapa Naura dengan sopan, kemudian mencoba menyalami mantan kakak ipar dan juga Radit. Namun mereka semua hanya menangkupkan tangan di depan dada enggan bersentuhan.Saat Naura hendak menyalami M

  • Nabrak Jodoh   107. Di Tengah Kebahagiaan

    Pagi ini waktu sudah semakin dekat dengan jam sepuluh pagi. Radit tampak berdiri dengan penuh kegelisahan. Kedua tangannya terasa dingin kali ini.Ini bukan balasan lamaran pertama baginya, dia pernah melewati momen ini sebelumnya. Namun entah kenapa perasaan gugup itu masih ada.“Kamu kenapa, Le? Kok kelihatan gelisah seperti itu. Apa keluarga Mila nggak jadi datang?”Radit menggeleng. “Bukan Bu Bukan begitu. Mereka sudah dalam perjalanan kemari, mungkin dalam beberapa menit lagi sampai. Aku cuma … nggak tahu aku ngerasa gugup seperti baru pertama kali menyambut keluarga calon, padahal aku sudah pernah melewati sebelumnya.”“Ha ha, kamu seperti pengantin baru saja,” kata mbak Rima kakak sulung Radit yang datang menyaksikan kebahagaiaan adik bungsunya kali ini.“Itu tandanya perempuan itu spesial buat Radit,” celetuk mas Andar suaminya.Sejak kabar bahagia itu datang, Radit langsung menghubungi ketiga kakaknya Rima, Rangga dan juga Raka mengenai rencana kedatangan keluarga Mila. Ketig

  • Nabrak Jodoh   106. Hutang Meresahkan

    Suara mesin motor yang berhenti tiba-tiba di depan rumah membuat Pak Rustam terkejut dan membuatnya terpaksa menghentikan aktivitas menyambung tanaman. Ia pun segera menuju pagar dan melihat siapa yang datang.Tampak dua sosok asing dengan jaket kulit berwarna hitam dan berperangai sangar pun turun dari motor. Pak Rustam sama sekali tidak pernah mengenal dua sosok laki-laki itu.“Selamat sore, permisi Pak apa benar ini rumah Ibu Nur Fatmawati?” tanya salah satunya yang berkepala botak.Pak Rustam mengerutkan alis dan balik bertanya, “Anda siapa ya?”“Jawab saja Pak, benar atau tidak?” tanya pria itu lagi.Sikap menggertak seperti ini jelas tidak disukai oleh Pak Rustam, dan tidak seharusnya ditunjukkan. Pak Rustam pun berdiri berkacak pinggang dan menantang mereka.“Hei, kalian ini apa-apaan. Ini rumah saya! Jika ingin membuat keributan di sini silakan pergi sebelum saya panggil warga yang akan mengusir kalian!” bentak Pak Rustam.Meskipun usianya tak lagi muda, tapi ayah Naura tetap

DMCA.com Protection Status