Share

108. MAAF

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2025-01-08 18:01:02

Puspita duduk di depan meja rias, menyisir rambutnya perlahan. Lampu kamar yang remang membuat wajahnya tampak teduh, meski ada kekhawatiran yang tak mampu ia sembunyikan.

Seharian ini, tepatnya sejak menemui pamannya dan bicara padanya tadi, Pram tidak keluar lagi dari ruang kerja. Ia sempat ke sana untuk mengajaknya makan, tetapi suaminya itu menolak dengan alasan masih banyak pekerjaan. Sejak mobilnya terperosok, Regan memang membawakan berkas pekerjaannya ke rumah.

Sungguh, Puspita ingin membantu meringankan beban yang mungkin sedang dipikul Pram, tetapi ia tidak tahu caranya. Ia bahkan tidak tahu apa yang sedang Pram pikirkan karena suaminya itu tidak pernah menyinggung apa pun.

Derit pintu kamar yang terbuka membuat tangan Puspita berhenti bergerak dan menggantung di udara. Matanya awas memperhatikan cermin di depannya untuk melihat yang terjadi di belakang tubuhnya.

Pintu kamar perlahan terbuka, dan menampilkan sosok yang tak lepas dari ingatannya melangkah masuk dan mendekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Cinta tulus Puspita tuk Pramudya akan membawa kesuksesan seorang Pramudya..
goodnovel comment avatar
Iis istiana
pasti ayah nya itu ya yg nanya
goodnovel comment avatar
Atri
ada ya bapak kyak gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   109. LELANG

    Pram menarik napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan provokasi itu. Tatapan tajam Arya, ayahnya, yang berdiri di depan pintu masuk seolah menjadi ujian pertama di acara lelang tender ini. Pram mengangguk kecil, tanda bahwa ia memilih untuk tidak meladeni komentar pedas tersebut. Namun, tangannya yang sudah mengepal menunjukkan bahwa hatinya sedang bergejolak."Tenang, Mas," bisik Puspita menenangkan. "Ingat, kamu ke sini untuk membuktikan sesuatu, jangan terpancing," lanjutnya lembut sambil meremas lengannya. Tatapan penuh keyakinan dari istrinya membuat Pram merasa lebih tenang. Ia mengangguk tanpa menoleh, berusaha fokus pada tujuannya.Mereka melangkah masuk ke aula besar dengan suasana yang begitu megah. Lampu kristal bergantungan di langit-langit tinggi, sementara meja-meja bundar dengan hiasan bunga segar sudah tertata rapi di sekeliling ruangan. Para tamu berdatangan, mengenakan pakaian formal dengan pembawaan penuh wibawa."Regan, pastikan kita tahu setiap langkah para pesaing.

    Last Updated : 2025-01-09
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   110. SENSITIF

    “Saya ingin proyek ini dijalankan bersama Adiguna Pramudya Global,” ujar Prabu seraya menunjuk Pram dengan kelima jari. “Perusahaan milik Pak Pramudya Adiguna.”Ruangan langsung bergemuruh. Semua orang saling pandang, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.Arya membanting tangannya ke meja, wajahnya memerah menahan amarah.Sementara Pram hanya bisa tertegun, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Semua pasang mata kini tertuju padanya, termasuk tatapan sinis Arya yang perlahan berubah menjadi amarah. Tepukan kecil di punggung tangannya dari Puspita menyadarkan Pram yang sempat kehilangan kata-kata."Mas, ini kesempatanmu," bisik Puspita pelan, mencoba memberi semangat.Namun, benaknya masih kalut. Kenapa Prabu tiba-tiba menyeret nama perusahaannya? Apakah ini jebakan mengingat mereka tidak saling mengenal dan ini pertama kalinya bertemu? Dan yang lebih penting lagi, kenapa sepanjang acara tadi Prabu terlihat begitu terobsesi dengan Puspita?Ya, sepanjang acara Prabu terus me

    Last Updated : 2025-01-10
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   111. TERLALU BERPRASANGKA

    Pramudya duduk di kursi kerjanya, tangan kanannya memijat pelipis sementara matanya menatap kosong ke layar komputer yang menampilkan grafik menurun. Otaknya penuh dengan beban yang sulit dia uraikan, pikirannya malah melayang ke berbagai masalah yang menghimpit.Di satu sisi, perusahaan sedang berada di ujung tanduk, di sisi lain tawaran Prabu tampak seperti tali penyelamat. Tapi, benarkah tali itu kokoh? Atau hanya akan membelit dan menenggelamkannya lebih dalam?Pintu ruangannya diketuk pelan, mengalihkan perhatiannya. “Masuk,” gumamnya lemah.Regan melangkah masuk dengan sikap penuh percaya diri. Pria seumuran dirinya itu membawa tablet di tangannya. Senyum kecil tersungging di bibirnya. “Bos, ada undangan makan siang dari Pak Prabu. Beliau ingin membahas kerja sama lebih lanjut,” ujarnya begitu duduk di hadapan Pram.Pram terdiam. Tawaran makan siang dari Prabu adalah peluang emas untuk membahas kerja sama yang bisa menyelamatkan perusahaannya. Namun, bayangan tentang cara Prabu

    Last Updated : 2025-01-11
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   112. AKU TIDAK SEPERTIMU!

    Pram merasa tubuhnya menegang seketika, darahnya makin mendidih. Teraplikasikan lewat wajahnya yang merah padam. Kedua tangannya mengepal kuat. Bagaimana bisa mereka dengan tidak tahu malu datang ke tempat umum dengan sesantai itu?“Ada apa, Pak Pram?” tanya Prabu heran, memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Pram.“Tidak, tidak ada apa-apa,” jawab Pram cepat, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Namun, matanya tidak bisa lepas dari pemandangan itu. Imel tampak tersenyum santai dan bergelendot dengan manja, sementara Arya berjalan dengan sikap angkuh.Didorong rasa heran, Prabu mengikuti arah pandangan Pram. Keningnya berkerut. “Bukankah itu Pak Arya Adiguna?”Pram tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah, berusaha kembali fokus pada percakapan mereka. Namun, pikirannya terus berputar. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa mereka berani menunjukkan diri di tempat umum seperti ini, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang telah mereka lakukan?“Pak Pram, apakah Anda baik-baik

    Last Updated : 2025-01-11
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   113. PRIA MENYEDIHKAN

    “Pram!” Arya membentak dengan wajahnya bak terbakar.“Kenapa, Pak Arya? Bukankah itu benar? Kau pria pemuja nafsu, dan wanita ini ….” Telunjuk Pram mengarah lurus di wajah Imel. “Wanita yang aku yakin bukan hanya dipakai satu laki-laki saja.”“Cukup, Pram!” Arya semakin murka, tetapi tangannya gegas digamit Imel. Wanita yang tampak tidak terpengaruh sama sekali oleh ucapan Pram itu maju selangkah. Mengangkat dagunya penuh percaya diri.“Jangan pikir aku tidak tahu, Mas Pram. Kamu hanya marah karena aku memilih ayahmu daripada kamu! Kau cemburu, kan?”Pram tertegun sesaat. Sebuah tawa pendek dan penuh ejekan meluncur dari bibirnya. “Cemburu?” katanya, suaranya terdengar getir. “Imel, bahkan dalam mimpi terburukku sekalipun, aku tidak pernah tertarik padamu. Tidak pernah. Jadi buang jauh-jauh khayalan bodoh itu dari pikiranmu.”Imel tersenyum dingin, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Pram. “Oh, benar begitu? Lalu kenapa kamu terus saja mencari-cari alasan untuk menyerang kami? Seolah ka

    Last Updated : 2025-01-12
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   114. PRIA MENYEDIHKAN

    “Bos yakin?” tanya Regan dari jok depan di samping sopir. Kepalanya memutar ke belakang ke arah Pram berada.“Ya,” Pram menjawab singkat tanpa menoleh. Tatapannya lurus ke jalanan di depan mereka. “Aku harus mencari tahu lebih banyak tentang mereka. Dan rumah orang tuaku pasti menyimpan banyak rahasia.”Regan mengangguk mengerti sebelum meminta Pak Min memutar arah menuju rumah orang tua Pram.Pram sendiri sudah bertekad mulai saat ini tidak akan kalah oleh mereka. Apa pun yang mereka lakukan atau katakan, tidak akan menghancurkannya. Karena ia tahu tujuan mereka memang menghancurkannya. Dan semakin ia hancur, semakin mereka tertawa senang.Fokus pada tujuan, itu yang harus dilakukannya saat ini. Olokan dari mereka tak akan membuatnya jatuh. Dan ia terlalu bodoh jika membiarkan mereka menang setelah apa yang mereka lakukan pada keluarganya. Pram tidak rela Arya menikmati harta ibunya setelah pengkhianatan menyakitkan itu. Terlebih wanita itu ikut juga menikmati.Mobil berbelok menuju

    Last Updated : 2025-01-13
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   115. KAMU TIDAK SEPERTI ITU

    Puspita menggeleng. Hatinya sakit mendengar pertanyaan Pram. Benar, suaminya sangat rapuh. Tapi ia tidak akan membiarkan itu. Ia juga sama sekali tidak berniat memandang rendah.Puspita semakin merapatkan diri, lalu melingkarkan tangan di tubuh Pram. Kepalanya direbahkan di punggung sang suami.“Jangan menanyakan hal seperti itu, aku sakit mendengarnya,” ujarnya serak.“Tapi seseorang mengataiku seperti itu. Aku payah, aku menyedihkan, hanya bisa berlindung di bawah ketiak orang tua. Lebih parahnya, ia juga menyebutku kini hanya bisa mengemis belas kasih orang lain. Sayangnya itu memang benar, bukan?”Puspita menggeleng, masih dengan kepala yang rebah di punggung Pram. Ia memeluk suaminya itu dari samping.“Semua itu tidak benar, Mas. Mas Pramudya, suamiku, bukan laki-laki seperti itu.” Suara Puspita tertahan di kerongkongan hingga sangat pelan.“Mas Pram-ku pria hebat. Buktinya, punya perusahaan sendiri di usia yang relatif masih muda. Usia Mas baru menuju tiga puluh lima, tapi sudah

    Last Updated : 2025-01-14
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   116. MANA LEBIH TIDAK PANTAS?

    Pramudya melangkah pasti menyusuri setiap lekuk bangunan tinggi menjulang itu. Langkah-langkah tegas dan yakin ia bawa menuju ke lantai atas gedung Adiguna Group, tempat ruang kerja Arya. Bagaimanapun ia harus bicara dengan Arya. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi ini semua. Masalah ini tak akan selesai jika dibiarkan menggantung.Bicara berdua dengan Arya, itu yang harus dilakukannya. Karenanya ia memutuskan datang ke sini.Baginya, Arya sudah sangat keterlaluan. Melarangnya masuk rumah dan mengganti semua kunci. Apa tujuannya? Belum lagi urusan Sakti yang seolah lepas tangan. Begitukah sikap seorang ayah?Seorang wanita muda cantik memakai rok sangat pendek langsung berdiri di balik mejanya yang berada tepat di depan ruangan Arya.“Selamat siang, Pak Pramudya,” sapanya ramah dengan senyum menawan. “Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanyanya lagi. Tentu saja ia tahu jika yang datang itu anak pemilik perusahaan.“Pak Arya ada?” tanya Pram dingin. Matanya menatap pintu ruang kerja Ary

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   277. PERAN BARU

    “Din … kamu lihat dasiku yang navy ada titik kecil putih, tidak?” Suara Prabu terdengar dari kamar, sedikit meninggi karena jarak kamar tidur dan dapur lumayan jauh.Andini sedang berkutat di dapur. Tangannya sibuk mengaduk telur orak-arik sambil sesekali melirik roti yang mulai kecokelatan di toaster. Aroma kopi menguar dari cangkir di sebelahnya. Pagi ini seperti medan perang baginya. Mbak Sri—ART mereka—kebetulan sedang cuti.Kompor menyala, toaster bunyi klik, air galon tinggal sedikit, dan... kakinya hampir terpeleset karena butter yang tadi tumpah dari spatula.Sebagai ibu rumah tangga baru yang belum berpengalaman—karena tiba-tiba menjadi seorang istri dan ibu—tentu saja ini perjuangan tersendiri bagi Andini. Ia yang terbiasa hanya mengurus dirinya sendiri, kini harus membagi tenaga untuk mengurus dan menyiapkan keperluan orang lain.Keadaan jadi sangat riweuh karena Prabu yang sudah terbiasa segala dilayani, dan juga Chiara yang belum bisa mengurus dirinya sendiri—minta dilaya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status