Share

XII. Not So Undemanding

last update Last Updated: 2024-02-26 17:45:32

Setelah berhasil mendapatkan petunjuk di Istana Buckingham, perjalanan Elly, Will dan Albert berlanjut ke Birmingham sesuai dengan petunjuk dalam berkas Sir Edric. Ketiganya sedang di tengah perjalanan dengan mengendarai BMW M3 Sedan berwarna merah, diikuti oleh dua mobil berjenis sama yang berisi delapan orang pengawal pribadi Will, menyusuri lalu lintas London yang tidak terlalu padat.

"Sebenarnya kau tidak perlu berkendara, Tuan Albert. Kami mungkin butuh bantuanmu, tapi tidak sejauh ini. Benar kan, Elly?" ujar Will sembari bertanya pada Elly di jok belakang.

"Kau hanya tidak mau aku buat mobil ini lecet kan, Wilfred? Hahaha! Asal kau tahu saja, orang tua ubanan ini pernah mengantar Pangeran Charles ke Sheffield mengendarai Limousin. Jangan kira aku tidak paham bagaimana menangani mobil - mobil mahal," balas Albert sombong.

"Jadi, setibanya di London kau membeli tiga mobil hanya untuk kita berpergian, Will?" tanya Elly.

"Jet-ku tidak bisa mengangkut mo

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • NOISES : Treasure of North Britain   XIII. Troublemaker

    Di malam sebelumnya, setelah Silvie berhasil mengangkat sarkofagus dari pesisir Pantai Aberdeen serta membunuh Harold di saat yang sama pula. Sebuah truk bak terbuka, dengan tirai besar yang menutupi bagian atas baknya, tengah melaju di jalanan malam yang lengang.Truk itu tak sendiri, dua mobil Van hitam melaju di depannya. Seakan mengawal dan mengawasi apapun yang tengah truk itu bawa. Silvie terlihat di jok depan salah satu mobil Van, menikmati semilir angin malam dari jendela mobil yang terbuka sepenuhnya. Sembari menghisap batang rokok yang terhimpit di jemarinya, dengan santai ia menghembuskan asap hingga ikut terbawa semilir angin.Malam begitu larut saat tiga kendaraan ini tengah melakukan perjalanan. Kendaraan yang melintas dapat dihitung jari. Jalan raya begitu redup, walau lampu jalan menyala di setiap sisi, hanya cahaya tiga kendaraan ini yang paling benderang menyoroti."Sepenting apa dua sarkofagus ini,Madame?

    Last Updated : 2024-02-27
  • NOISES : Treasure of North Britain   XIV. One On To Another

    Setelah melewati perjalanan yang tidak mudah lagi mengancam nyawa, dengan masih mengendarai mobil penuh penyok pasca pengejaran, berkas pemberian Sir Edric mengarahkan mobil yang dikendarai Albert ke sebuah lingkungan pedalaman yang hening, tempat sebuah rumah dua lantai terletak, di kelilingi pepohonan rimbun serta danau besar di samping rumah itu. Ketiganya turun dari mobil dan berjalan kearah teras rumah untuk menemui Professor Bernard Jordan, nama yang tersebut di dalam berkas pemberian Sir Edric. "Permisi. Ada orang di rumah?" panggil Albert setelah mengetuk pintu depan rumah. Will mengedar pandang sekitar, melihat betapa terselubungnya lokasi yang mereka datangi. "Elly, kau yakin ini tempat yang dimaksud? Maksudku, tidak ada pagar, tidak ada tetangga dan hanya ada pohon dan danau sejauh mata memandang. Tempat ini seperti sudah ditinggalkan," ujar Will. Perkataan Will cenderung masuk akal mengingat rumah yang tak terlalu luas itu benar-benar sunyi.

    Last Updated : 2024-02-28
  • NOISES : Treasure of North Britain   XV. Exploration Initiator

    Padahal, sudah ada lima orang yang memasuki kamar Bernard, namun suasana sekitar begitu hening, semuanya terdiam setelah Bernard membuka sebuah pengungkapan, tak terkecuali Elly yang terlihat begitu terguncang. "P-Professor Bernard? Ba-bagaimana kau bisa kenal dengan ayahku?" tanya Elly, tangan yang memegang tongkat mulai bergetar, matanya mulai berkaca-kaca setelah kembali diingatkan oleh sosok ayahnya. Albert melipat tangan, sembari memperhatikan sekitar kamar yang diterangi cahaya lampu jingga. Terkaan demi terkaan beredar di pikirannya, mencoba mencari jawaban mengapa seorang lansia yang bekerja untuk CBA kini tinggal di rumah terpencil, hanya berdua dengan cucunya. "Matter of fact,kau membiarkan cucumu, yang mungkin masih berusia sekitar sepuluh tahun, memegang pistol?" tanya Albert. "Entahlah, Professor. Namun Glock dengan magasin penuh mungkin bukan mainan yang bagus untuk diberikan pada anak seusianya," cel

    Last Updated : 2024-02-29
  • NOISES : Treasure of North Britain   XVI. History Enthusiast

    Aku melempar tas sandang sembarang, dengan cepat berlari menghampiri Johan yang terkapar, di samping kaki papan tulis lipat dan diantara banyaknya kertas berserakan. Dengan keras kutepukkan ujung jemari ke pipinya, sesekali mengguncang tubuhnya, terasa kulit wajah yang begitu dingin, entah apa lagi yang terjadi padanya. "Kau tak apa!? Johan! Bangun!" seruku. "Aku tak mau disalahkan jika ada Arkeolog yang mati saat meneliti!" lanjutku risau. Setelah berkali-kali kutepuk pipi dan kuguncang badannya, Johan mulai mendapatkan kembali kesadaranya, ia mulai memicing kencang, lalu tiba-tiba meringkuk memeluk lutut, menggigil merasakan hawa dingin menusuk yang tak mampu ditahan pakaian minimnnya. "Enngghhh. Ke-kenapa dingin sekali disini? To-tolong turunkan suhu AC-nya," rintihnya. "Ini bukan salah AC, Johan! Kau mengenakan pakaian pendek di tengah musim dingin, You Fool!" sentakku kesal. "Kau baik-baik saja, kan? Apa kau sakit? Perlu kupanggilkan dokter?" tanyaku memastikan. "T-Tak p

    Last Updated : 2024-03-01
  • NOISES : Treasure of North Britain   XVII. Internal Heat

    Aroma harum menggugah menyeruak setelah foil aluminium yang membungkus Roti Isi Tuna segenggam tangan tersingkap. Disajikan dengan potongan segitiga, dua potong roti menghimpit urutan daun selada, daging ikan tuna panggang, acar mentimun dan beberapa potongan tomat. Tak lupa lumuran mayonaise menjadi sentuhan akhir roti isi yang aku dan Johan nikmati. Satu tangan memegang roti isi, sementara tangan lainnya memegang cangkir kertas berisi Latte Panas. Asap putih yang bersumber dari roti isi dan cangkir kopi menguap, melayang dibawa udara seiring langkah kami menjauhi gedung CBA. Trotoar yang menghubungkan perempatan jalan dengan Gedung CBA menjadi tempatku mengajak Johan untuk mencari angin, menapaki jalan sembari melahap Roti Isi Tuna, sembari memanjakan pandang dengan melihat mentari yang segera terbit. Ruas jalan yang semula lengang kini sudah mulai dilalui banyak kendaraan, embun-embun salju mulai menghujani, menambah keindahan awal musim dingin di Bristol. "Apa kau tahu, Professo

    Last Updated : 2024-03-03
  • NOISES : Treasure of North Britain   XVIII. Dubious Stereotype

    Pukul 08:00 pagi, posisi mentari telah naik, mengganti redup biru langit menjadi benderang. Suhu dingin menusuk mulai tak begitu terasa. Embun salju mulai semakin tebal setelah menghujani kota Bristol sedari pagi buta. Dari luar, rona cuaca hari ini terkesan nyaman. Namun lain cerita di dalam Gedung CBA. Setiap detik yang kulalui dipenuhi kerisauan, akan kelangsungan penelitian Northern Union Loot yang segera di bahas dalam rapat bersama Dewan Pimpinan, serta cemas akan Johan yang akan kembali menghadapi cecar remeh-temeh dari para senior. Selaku pemimpin, Johan sudah berhadir duluan di ruang rapat yang terletak di lantai tiga. Sementara aku dan Edgar masih sibuk di ruang kerja lantai dua, tengah menyusun berkas-berkas yang mencatat perkembangan penelitian di lemari arsip, berusaha teliti membuka laci demi laci besi dua lemari arsip yang diletakkan samping-sampingan tak jauh dari rak buku. Tiga tahun penelitian telah berhasil menciptakan tumpukan kertas yang sementara kami letakkan d

    Last Updated : 2024-03-05
  • NOISES : Treasure of North Britain   XIX. Rough Decision

    Saat-saat menegangkan dimulai, Tim Pencarian Northern Union Loot yang diketuai oleh Johan Aetherelt kini duduk di bangku meja bundar sembari menguatkan fokus, berusaha seksama mendengarkan pemaparan demi pemaparan yang segera disampaikan oleh Professor Jaimerson Graham bersama kedua rekan Arkeolog Senior di hadapan kami. Jaimerson membenarkan posisi kacamata, kemudian membuka map biru yang sedari tadi diletakkan di atas meja, berisi lembaran-lembaran yang mungkin menjadi pembahasan pada rapat pagi ini. "Sudah hampir tiga setengah tahun lamanya, pencarian Northern Union Loot dilaksanakan oleh tim yang diketuai Tuan Aetherelt. Tim yang berhadir mungkin sudah tahu pasti apa saja perkembangan yang telah diraih, dapat kulihat dari banyaknya arsip penelitian yang kalian bawakan. Namun, Professor Stanford dan Professor Dunham mungkin lupa atau hanya mendapat gambaran samar. Maka dari itu, izinkan aku membacakan versi singkat dari perkembangan pencarian Northern Union Loot," bukanya sembari

    Last Updated : 2024-03-06
  • NOISES : Treasure of North Britain   XX. The X Factor

    Begitu pintu ruang rapat terbuka, tidak hanya aku dan Johan yang terperangah melihat kedatangannya. Edgar, Michael, Stuart bahkan Jaimerson segera bangkit dari tempat duduknya, bersiap menghampiri seorang pria di luar ruang rapat, datang mengenakan jaket bulu hitam membalut setelan Waistcoat coklat yang melapisi kemeja biru muda lengkap dengan dasi hitam. Terlihat ia memegangi tongkat mode berwarna hitam serta memiliki gagang melingkar berwarna keemasan, tongkat yang menjadi simbol kemahsyurannya. Terlihat pula dua pria berstelan jas sibuk menghalau sekitar puluhan paparazi yang berusaha meminta wawancara serta memotret si pria berjaket bulu, sumber suara riuh yang sempat kudengarkan sebelum pintu ruang rapat terbuka. Pria yang menggemparkan rapat hari ini serta mencuri atensi, tak lain adalah Sir Edric Arathorn, pemilik perusahaan besar di Britania, Thorn Enterprise. Sir Edric melangkah masuk setelah dengan ramah menjabat tanganku serta Johan, dengan santai ia melangkah tanpa menghi

    Last Updated : 2024-03-07

Latest chapter

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXXI. Buried Unity [END]

    Sejatinya, perjalanan dari Roma menuju Sirakusa terbilang sangat jauh jika mengambil jalur darat. Ada empat kota yang harus dilewati sebelum mencapai Sirakusa, yakni Napoli, Benevento dan Catania. Membuat waktu perjalanan dapat diperkirakan menjadi 10 jam lamanya. Namun, berkat helikopter MI5, rombongan Pascal hanya perlu menempuh waktu 1 jam perjalanan, hanya butuh terbang dengan memotong jalur melewati garis Laut Tirenia. Katakomba San Giovanni. Sebuah kapel bersejarah yang terbangun diantara susunan batu alam. Kesan kuno serta dilengkapi ukiran-ukiran fresko yang semakin memudar, merupakan pelengkap setiap dinding-dinding dan pilar-pilar fondasi area pemakaman. Tampak luarnya tak beda dengan arsitektur kapel dan gereja pada umumnya, hanya kesan kuno serta sarat sejarah yang membedakannya. Setidaknya, itulah tampak sekilas dari atas tanah. Terkesan tak begitu mencolok sebagai salah satu situs bersejarah, bahkan disekitaran area kapel masih dapat dijumpai bengunan-bangunan pemukiman

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXX. The Chronicles of Magna Graecia

    Vilfredo membawa rombongan Pascal ke ruang kerja pribadinya, yang terletak di lantai dua Museum Capitolini. Tak seperti ruang kerja pribadi pada umumnya, terdapat bentang tiga rak melengkun setinggi dua meter di belakang meja kerja Vilfredo. Tak hanya itu beberapa sisi ruangan juga dipenuhi beragam pajangan artefak-artefak bersejarah. Seperti lukisan langka milik Caravaggio, Titian serta pahatan patung dari Praksiteles dan Skopas. Seluruh rombongan Pascal menyusuri ruang kerja seluas 30 meter persegi itu. Dona mengambil salah satu buku dari rak lengkung dan memperhatikan sampul beserta isinya, membaca buku berjudul 'The Romans: From Village to Empire' karya Mary T. Boatwright. Pascal tengah memperhatikan salah satu lukisan yang terpanjang di dinding, lamat-lamat memandangi karya berjudul Assumption of the Virgin oleh Carvaggio, lukisan yang menggambarkan Kenaikan Perawan Maria ke Surga, dengan komposisi yang dramatis dan penggunaan warna yang luar biasa. Sementara Hana bergedik jiji

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIX. The Eternal City

    Karena memutuskan untuk menuruti permintaan Elly, penerbangan yang seharusnya hanya memakan waktu 1 jam saja menuju london kini berlangsung lebih lama. Deru mesin helikopter yang begitu bising berangsur memudar seiring berjalannya waktu penerbangan, terkesan lebih menenangkan. Elly bahkan sampai tertidur, duduk di bangku panjang helikopter namun kepalanya bersandar di atas brankar, tepatnya menyandari perut Will yang juga sudah terlelap di atas tempat tidurnya. Will tertidur nyenyak, dengan posisi tangan kanan yang menapak di atas kepala Elly. Begitu juga dengan Hana, hanyut terbawa kantuk setelah penerbangan hampir berlangsung selama dua jam. Terlelap begitu nyenyak dengan berbaring di atas bangku panjang helikopter. Berbeda halnya dengan Pascal dan Dona yang masih terjaga, di bangku panjang seberang Hana, keduanya tengah fokus memperhatikan tampilan satelit peta digital di layar tablet pintar. Seraya berdiskusi untuk mempersiapkan lokasi pendaratan. "Hmmm.. Susunan komplek museum

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVIII. To Get One Step Ahead

    Sayang, momen-momen meramu asmara dalam cumbuan terpaksa berhenti, tatkala ko-pilot helikopter menjulurkan radio genggam ke belakang. "Sir Wilfred, Dame Eleanor. Letnan Pascal ingin bicara dengan kalian," potongnya. Sontak, Will dan Elly yang tadinya hanyut dalam pagutan secara bersamaan menjauhkan badan, melepas dekapan setelah mendengar panggilan ko-pilot. Elly begitu tersipu setelah menghabiskan menit-menit singkat untuk mencumbu Will, kepalanya tertunduk, hendak menyembunyikan wajah memerah dari Will. Sementara Will merangkak di atas brankar, meraih radio genggam dari tangan ko-pilot lalu mendekatkannya ke mulut. "Ya, Pascal? Ada apa?" tanya Will. "Ah! Wilfred. Kau sudah bangun ternyata. Baru saja aku ingin menanyakan keadanmu pada Dame Eleanor. Kau sudah merasa lebih baik sekarang?""Begitulah. Dada dan perutku masih terasa berdenyut, sesekali aku juga kesulitan bernafas. Tapi selebihnya, tubuhku sudah mulai bisa digerakkan seperti sedia kala," ujar Will, seraya meregangkan ba

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVII. For The Greater Good

    "Nyonya R. Nyonya R. Bangunlah. Aku butuh bantuanmu."Greta yang tadinya terlelap kini berubah tak tenang, ia yang mendudukkan badan di atas matras putih, kini sedang mengguncang pelan tubuh Revna, yang terlelap bersama Greta di matras yang sama, tidur dengan posisi membelakangi gadis kecil itu. Setelah beberapa kali tubuhnya diguncang oleh tangan mungil Greta, Revna yang semula tertidur nyenyak kini memicing mata, guncangan pelan Greta seketika menarik kembali kesadarannya. Revna meregangkan badan seraya mengusap mata sayup setelah terbangun, sebelum kemudian ia mendudukkan badan perlahan, lalu berbalik menghadap Greta, yang terlihat memasang wajah murung. Sadar Greta telah terbangun, Revna lekas menangkup pipi kiri Greta seraya mengusap lembut dengan jemari. "Ada apa, Greta? Mengapa kau terlihat gelisah sekali?" tanya Revna lemas. "Anu. Apa perbanku sudah boleh dibuka, Nyonya R? Ini terasa sangat gatal. Aku tidak tahan," pinta Greta lirih, seraya memangku kepal kedua tangan, yang

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVI. Who Deserve The Most

    Malam semakin larut, para pengungsi lanjut beristirahat setelah menikmati kari daging sederhana, kemah pengungsian sudah tak se-riuh sebelumnya, para pengungsi termasuk Greta telah kembali ke tenda masing-masing, menyudahi hari untuk menyambut hari berikutnya, sambil terus berharap agar situasi berat ini segera usai.Di saat semua pengungsi beristirahat, lain halnya di tenda utama. Diaz dan Andrew berjongkok di samping kiri dan kanan Clansman PRC-320, memperhatikan seorang lansia yang tengah fokus memutar tuas bundar frekuensi, pria tua berpakaian kemeja putih lengan panjang terbalut mantel wol abu, serta memiliki rambut pendek serba putih, yang tak lain adalah Pak Tua Sam. "Padahal sudah dari tadi sore kau kusuruh memanggil Pak Tua Sam, kenapa kau baru membawanya setelah makan malam, Diaz!?" sungun Andrew kesal. "Si Tua ini tidur di tendanya! Kau tahu sendiri jika dia sudah tidur akan sesulit apa dibangunkan! Dia hanya akan bangun jika mendengar suara baku tembak!" timpal Diaz. "L

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXV. Similar, But Different

    Lembayung senja berganti menjadi rembang petang, langit berangsur temaram, menandakan hari hampir menyambut malam. Rembang petang menjadi pertanda datangnya waktu makan malam bagi para pengungsi Armargh, dimana kini puluhan pengungsi berbondong-bondong mendatangi pelataran tenda hijau. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bahkan juga lansia, membawa masing-masing piring, berkerumun mengelilingi kuali besar yang dipanaskan oleh kayu bakar, menunggu Kari matang. Petinggi Maze seperti Lloyd, Andrew dan Peter bertugas mengatur kerumunan pengungsi, agar tak berada terlalu dekat dengan kuali selama Revna, Elly serta beberapa pengungsi wanita yang tengah menyiapkan makan malam.Sebuah meja panjang kayu berdiri di samping kuali, tempat Revna, Elly serta dua orang pengungsi wanita tengah sibuk meracik bahan-bahan Kari. Revna dan satu pengungsi wanita terlihat tengah memarinasi daging di dalam sebuah loyang besar, mengaduk dan memijat lembut potongan-potongan daging agar bumbu seperti gara

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIV. The Involvement of Another Nation

    "Kalian boleh buka lagi catatanku dan jurnal Ayah. Aku ingat sekali sempat beberapa kali menulis kata Magna Graecia saat tengah menyalin," pinta Elly. Mendengar Elly, Revna kembali membuka dua jurnal milik Johan, meletaknya secara bersamping-sampingan seraya membalikkan halaman dengan seksama, mencari kata Magna Graecia di dalam jurnal untuk memastikan prakiraan putrinya. Sama halnya dengan Andrew, ia kembali membuka catatan Elly, juga mencari kata Magna Graecia. Setelah beberapa saat membalik susun halaman serta memindai catatan, baik Revna dan Andrew berhasil menemukan kata Magna Graecia di jurnal Johan dan catatan Elly, tersemat diantara beberapa baris paragraf. "Tahun Tujuh Ratus Lima Puluh Delapan. Kapal besar yang membawa rombongan Misionaris Magna Graecia tiba di Pulau Iona. Kedatangan mereka tak disambut baik karena ajaran yang dibawa berlawanan dengan paham Gereja Iona," Andrew membacakan salah satu paragraf di catatan Elly, seraya mengernyit heran karena penjelasan paragr

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIII. New Hint From The Begining

    Diaz bergegas keluar dari tenda, berniat memanggil Pak Tua Sam untuk membantu pencarian sinya komunikasi tepat terhadap militer Britania. Namun sesaat setelah ia melewati pintu tirai, Diaz mendapati Lloyd di pelataran tenda, yang tengah duduk merebah diatas sebuah kursi malas, memandang murung semburat kemerahan mentari sembari meneguk sebotol bir.Menyadari kedatangan Diaz, Lloyd mengambil satu botor bir yang terletak di samping kursi malas, lalu menyodorkannya pada Diaz, namun tatapannya masih terarah pada angkasa. "Kalau aku jadi kau, takkan kupenuhi permintaan gadis muda itu untuk menghubungi MI5 dan MI6. We've through a lot in here. Mayoritas pengungsi adalah warga Irlandia. Kau tak ingin mengubah kemah pengungsian yang tenang ini menjadi ricuh saat para cecunguk Kerajaan itu datang, bukan?" himbau Lloyd. Tidaknya menerima tawaran bir dari Lloyd, Diaz malah melipat tangan, mengabaikan sodoran bir. Ia sadar bahwa Lloyd sedari tadi mendengar perbincangan di dalam tenda. "What's wr

DMCA.com Protection Status