Beranda / Romansa / NODA / 175. Arti kehidupan

Share

175. Arti kehidupan

Penulis: Novita Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 08:16:38

Arti kehidupan

Sore hari setelah kami pulang dari acara sidang, aku dan Anyelir menghabiskan waktu bersama Nizam di halaman belakang. Beberapa saat kemudian, penjaga memberitahukan bahwa ada tamu di luar sedang menunggu. Ya, mereka mengatakan bahwa tamu-tamu itu sedang menungguku dan Anyelir.

Sesaat aku dan Anyelir saling bertanya lewat sorot mata tanpa kata. Kami pun bergegas masuk melewati pintu belakang setelah kami titipkan Nizam pada bodyguard dan menyuruh mereka untuk menemani Nizam yang masih enggan ikut masuk ke dalam rumah. Begitu aku masuk, aku melihat Papa sudah ada di sana menemui tamu tersebut.

Kuhembuskan napas kasar setelah tau siapa yang datang. Ya, tamu yang dimaksud adalah Om Hendra dan kedua orang tua Tita. Tanpa bicara pun aku sudah bisa menerka maksud dari kedatangan mereka. Mereka pasti akan membicarakan tentang Tita, meminta masalah diakhiri saja, toh Nizam dalam keadaan baik tanpa kurang suatu apapun. Tidak perlu mencari bukti baru dan diselesaikan secara kekel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nur meini
Good job Megan, sikap itulah yg seharusnya di perlihatkan pada ortu Tita dan Ervan....Jangan menyerah Nye ikuti aja kata Megan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NODA   176. Pengakuan Tita

    Hari berganti dengan mendebarkan. Hingga sampailah kami pada pergantian pekan. Menyambut kembali persidangan yang sebelumnya sangat memuakkan.Selama satu pekan, kami terutama Denis berkerja keras mencari bukti. Lelaki paruh baya yang tertangkap oleh CCTV yang sempat aku pasang sebelum aku pergi pagi itu, sampai sekarang belum juga ditemukan. Akhirnya kami memilih opsi kedua, mencari keberadaan Bi Narti yang juga kami curigai ada hubungannya dengan penculikan Nizam. Dengan berbagai usaha dan upaya akhirnya kami menemukannya di Suka Bumi dan dengan berbagai upaya juga kami bisa menghadirkan Bi Narti di persidangan.Setelah sumpah diambil, Hakim pun mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan pembuka pada Bi Narti dan hubungannya dengan keluarga kami. Beberapa pertanyaan diajukan pada Bi Narti yang terlihat begitu tertekan. Lalu di seberang tempat Bi Narti duduk sebagai saksi, Tita tampak menatapnya nyalang. Di tempat duduknya, Bi Narti mulai memberikan keterangan-keterangan yang lumay

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • NODA   177. Masa lalu

    POV TitaDi balik jeruji besi berlantai dingin ini, sepertinya aku harus mulai membiasakan diri. Ya, lagi-lagi aku kalah, oleh dia yang rupawan di mata semua orang, oleh dia yang mempunyai martabat, dan oleh dia yang pandai dalam segala hal. Anyelir.Kami memang bersama dan terlihat seperti saudara, tapi apakah ada saudara yang menyakiti hati saudaranya secara berulang? Terkadang, orang tak pernah merasa bahwa dirinya telah menyakiti orang lain dengan begitu dalam dan bersikap seolah tidak tahu apa-apa. menyedihkan. Dia dengan segala kelebihan dan aku dengan segala kekurangan. Kami dibesarkan bersama, semua kami lakukan bersama-sama. Perbedaan kami adalah aku punya hati dan sanggup mencintai, sedangkan dia tidak punya rasa cinta namun banyak diminati. Dia yang hanya memikirkan rumus matematika dan logika tak sempat memikirkan apa yang namanya perasaan ataupun cinta. Sedangkan aku, berkali-kali harus patah oleh dia yang tak punya cinta.Entah sudah berapa kali mereka mendekatiku hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • NODA   178. Masa lalu 2

    POV MegantaraSepulang dari persidangan, Anyelir mengurung diri di dalam kamar. Dia terus menyesali dan mencoba mengingat semua kejadian di masa lalu yang kiranya telah membuat sahabatnya itu terluka. Tapi menurutnya tidak ada.Ia tergugu di depan cermin membenamkan wajahnya di atas meja.Aku membiarkannya untuk sesaat, membiarkannya menumpahkan segala emosi dengan menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, ini tidak mudah. Dikhianati orang terdekat hingga menimbulkan penderitaan yang sangat dalam dan menghancurkan segala cita-citanya tentu di luar dugaan baginya. Aku paham.Yang membuat hatiku teriris lagi adalah seorang anak tanpa dosa setia duduk di bawah sana memegangi kaki ibunya, dia tahu ibunya sedang terluka.Aku beringsut mendekatinya. Meraih anak polos yang dari sorot mata itu bisa aku rasakan bahwa dia sedang mencemaskan ibunya. "Nizam ikut Oma mau?" tanyaku.Dia menggeleng. "Mama," ucapnya menunjuk pada Anyelir. "Mama sakit, mau Daddy obatin dulu. Tuh, tas Daddy sudah siap kan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • NODA   179. Persidangan

    POV AnyelirPersidangan Tita sudah sampai pada putusan. Dia dijatuhi hukuman atas tindakan penculikan dan juga dalam kasus perkosaan yang terjadi padaku. Keduanya secara langsung memang sudah dia akui dalam persidangan sebelumnya. Aku memilih untuk tidak hadir pada sidang putusan tersebut, Megan dan Papa yang mengikuti, bagiku sudah cukup melihatnya begitu menyedihkan, meski tak sebanding dengan apa yang sudah direnggut dariku. Tita, dia ingin menjauhkan aku dari Megantara waktu itu, menyuruhku menggugurkan kandungan demi kebaikanku katanya. Ternyata di balik semua itu ada kebencian yang begitu mendarah daging. Aku menghela napas dalam, berharap dadaku yang sesak setiap teringat apa yang dilakukan oleh sahabatku itu bisa berkurang.Hampir setiap malam saat Nizam sudah terlelap, aku duduk di bangku taman menatap langit bertabur bintang setelah kejadian demi kejadian yang membuat hidupku semakin rumit itu terjadi. Selama tinggal di rumah ini, Ibu meminta Nizam untuk tidur bersamanya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • NODA   180. Intermezo

    POV MegantaraSepulang kerja, aku menemui papa, ada yang mengganggu pikiran selama beberapa hari setelah persidangan Ervan itu digelar. Terlebih, saat melihat Anyelir yang masih sering termenung, tersenyum pun tanpa binar. Hampir setiap malam selepas aku pulang dia terjaga dengan segala rasa, meletakkan kepala di pangkuan hanya dengan satu kata : lelah. Ya, menjalani dua kali persidangan beruntun tentu bukan hal yang mudah baginya. Perasaan sakit yang belum sembuh sama sekali pada sahabatnya harus dilanjutkan dengan yang lebih memuakkan dan menjengkelkan : Ervan.Kuketuk pintu ruang kerja setelah bertanya pada Mama tentang keberadaan Papa. Beberapa kali aku mengetuknya, tapi tak ada jawaban apa pun yang terdengar dari dalam sana. Tanpa menunggu aku pun membukanya."Pa." Aku memanggil dia yang berdiri di depan jendela kaca dan lagi-lagi tak ada jawaban. Di tempatnya berdiri saat ini, dia tampak memandang Nizam yang sedang bermain bersama Anyelir di taman samping rumah. Kadang, seny

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   181. Bantahan Ervan

    Bantahan ErvanPOV MegantaraPersidangan akhirnya kembali digelar. Seperti apa kata pengacara mereka di sidang sebelumnya. Bantahan terus dilancarkan. Pengacara itu membantah dan terus menyangkal bahwa Ervan tidak terlibat dalam penculikan Nizam atau pun Anyelir. Dia hanya ingin membantu namun Anyelir justru menuduh dia lah pelakunya, bahkan Anyelir menyakitinya dengan menyemprotkan cairan di matanya dan menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Untuk tuduhan atas pemerkosaan itu, ia mengatakan bahwa itu hanyalah fitnah belaka yang dilontarkan tanpa bukti nyata.Benar-benar pandai memutar balikkan fakta. Selain itu, Ervan sendiri memberi keterangan bahwa dia tidak tahu menahu akan penculikan tersebut, apa lagi tentang perkosaan itu. Mengenai pengakuan Tita, bagi Ervan itu hanya fitnah karena adanya dendam di masa lalu."Saya di Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Saya tahu dari kabar beredar bahwa anak dari sahabat saya, Megantara, sedang hilang. Kebetulan saya melewati bandara dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   182. Narapidana dan Noda

    POV MegantaraDi dalam mobil setelah persidangan, kami hanya saling diam, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Papa yang duduk di sebelahku hanya menatap fokus pada jalanan yang ada di depan dengan pandangan menerawang dan Anyelir yang duduk di bangku belakang menyandarkan kepala di pintu menatap ke arah luar jendela masih dengan sorot mata sendu, sedangkan aku memegang kemudi dengan pikiran yang terus melayang entah ke mana.Lemahnya bukti yang kami miliki membawa kami seolah sedang berjalan di jalan buntu.Dari sini aku paham, kenapa Papa melarang keras aku melaporkan Ervan yang jelas-jelas menurut Anyelir dia lah yang melakukan penculikan terhadapku waktu itu. Karena, tanpa adanya bukti kita tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan hukum meski kita tahu yang sebenarnya. Selain itu mereka akan dengan mudah membalikkan keadaan dengan tuduhan pencemaran nama baik jika kedua pelaku itu tetap bungkam. Dan terbukti, kedua lelaki itu tetap bungkam sampai akhir persidangan. Mungkin sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   183. Tiga saksi bikin keki

    Satu pekan selanjutnya, sidang kembali digelar. Kali ini tiga saksi dipanggil secara bersamaan. Biantara dan Denis duduk bersisian memenuhi panggilan hakim sebagai saksi penculikan, sedangkan aku duduk di bagian paling ujung dan harus lebih mempersiapkan mental karena mungkin akan lebih dicecar gara-gara tuduhan Ervan pada sidang sebelumnya.Pada persidangan kali ini, aku melarang Anyelir untuk datang karena semalam dia demam. Aku menyuruhnya untuk beristirahat di rumah saja bersama Mama dan Nizam.Sebelum memasuki ruangan, Papa berpesan beberapa hal pada kami bertiga salah satunya untuk berkata apa adanya, tak perlu menambah atau mengurangi, jujur saja, karena salah bicara sedikit saja akan digunakan mereka untuk menyerang balik dan membuat kita semakin terpojok nanti. Terlebih, pelaksanaan tes DNA hingga saat ini belum juga dilaksanakan entah karena apa, sehingga yang perlu kita lakukan adalah waspada, karena siapa tahu mereka sedang membuat rencana baru.Persidangan dimulai setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19

Bab terbaru

  • NODA   197. Ending

    Besoknya mereka benar-benar kembali ke Bali tentu saja rumah kembali sepi. Sebelum pergi, mereka mempersiapkan seorang asisten rumah tangga baru dari agensi resmi untuk membantu Anyelir mengurus rumah dan Nizam. Malam harinya, aku memenuhi janji. Datang ke tempat yang sudah Anyelir beritahu sore tadi. Sepulang dari rumah sakit, aku meluncur ke sana karena Anyelir sudah menunggu katanya. Aku senang, sedikit demi sedikit dia mulai kembali mengenal dunia luar. Tidak lagi acuh dan enggan. Bahkan malam ini begitu mengejutkan. Dia sendiri yang menginginkan untuk makan di luar. Sungguh mencengangkan dan juga di luar dugaan.Setelah mobil terparkir di halaman restoran. Aku bergegas masuk, kucari keberadaan Anyelir dan kutemukan dia di meja paling ujung dekat jendela. Kulangkahkan kaki mendekatinya. Dia menoleh ke arahku dan berdebar lah jantungku saat melihat wajah dengan polesan yang membuatnya tampak begitu berbeda, sangat cantik. Penampilannya semakin sempurna dengan balutan gamis indah

  • NODA   196. 1 Bab menuju Ending

    POV Megantara[Bang, aku baik-baik saja. Aku akan mengantar Renata ke Bali. Thanks atas kesempatan dan aku tahu semua adalah siasatmu.]Kusunggingkan senyum setelah membaca pesan dari Denis yang entah sudah berapa hari menghilang dan sempat membuat kami sekeluarga kelimpungan. Sengaja, aku tidak ikut menemuinya, memberi waktu untuknya agar bisa bersama Renata yang entah kenapa tidak pernah bisa melihat cinta yang begitu besar dari Denis untuknya sejak dulu sampai sekarang, sedangkan Denis yang malang justru memilih diam dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan.Aku tahu, meski telah bersama Tita, Denis belum sepenuhnya melupakan Renata. Keputusannya yang tiba-tiba, degan mudah menerima Tita tanpa pikir panjang pun aku yakin hanya karena pada saat itu dia sedang putus asa. Awalanya aku mengira dia juga sudah mati rasa. Tapi, ketika kami kembali dipertemukan di tempat yang sama, aku menangkap tatapannya pada Renata tidak berubah, tetap sama, penuh cinta. Namun, aku juga tah

  • NODA   195. Mengagumi atau mencintai 2

    Tepuk tangan menyambut begitu kami turun. "Hebat, Mas, keren," ucap mereka yang ada di lokasi pada Denis."Sip," kata Denis menunjukkan jari jempol.Keren? Apa yang keren? Menurutku justru sangat menyedihkan, tak ada teriak kebahagiaan yang harusnya aku lakukan di atas sana apa lagi perasaan bebas seperti elang, melainkan beban berat menghimpit dadaku karena sikap Denis yang terkesan acuh dan berubah, tenggelam memikirkan Tita.Aku bergegas meninggalkan mereka yang masih terlihat sibuk dengan parasut dan sabuk pengaman. Hari sudah mulai petang, sudah saatnya untuk pulang. Hari ini sudah cukup untuk menjadi kenangan."Ren, mau ke mana?" Denis berlari mengikuti langkahku."Pulang, kamu bilang kan setelah terbang cepetan pulang. Lagi pula tiket penerbanganku ke New York tinggal beberapa hari lagi, aku harus ke Bali dulu, ketemu mama sama papa. Setidaknya aku sudah memastikan kalau kamu baik-baik saja, masih sehat," jawabku melanjutkan langkah. Namun, langkahku harus terhenti karena tan

  • NODA   194. Mengagumi atau mencintai?

    POV RenataSudah hampir satu minggu aku mencarinya dan baru bisa menemukannya di sini, tempat yang sam sekali tidak ada dalam pemikiran kami sebelumnya. Sebuah tempat yang lumayan jauh dari keramaian. Entah, sudah berapa tempat di Jakarta hingga Bandung yang aku, Megantara, dan Om Hakam datangi hanya untuk menemukan pria yang saat ini sedang berada di atas sana, menikmati alam merayakan kebebasan atau mungkin juga sedang menghibur diri. Kami menemukan keberadaannya dari unggahan Instagram yang dia unggah, yang memperlihatkan pemandangan perbukitan dengan caption-nya 'Bebas'. Kemudian kami mencari tahu detail dari gambar tersebut. Di sinilah aku, di gunung Banyak kota Batu Malang. Megantara tidak ikut hari ini karena istrinya sedang kurang enak badan. Tapi dia tetap mau aku menemui Denis. Ya, kami bertiga memang sangat dekat, dia sangat khawatir dengan adiknya mungkin. Sehingga memaksaku untuk datang ke tempat yang menurutku lumayan jauh.Aku tahu ini tidak mudah. Kehilangan dua h

  • NODA   193. Menikmati karma

    POV BiantaraDengan berakhirnya sidang berarti kewajibanku pun telah berakhir. Aku bisa lebih tenang sekarang, karena Megantara selamat dari ancaman atas tuduhan pencemaran nama baik termasuk aku, karena pada kenyataanya aku juga lah yang melaporkan atas tindakan penculikan Anyelir, sebab, pada saat itu Megantara tidak ada di tempat, jadi jikalau Megantara masuk penjara aku pun sama.Hari ini akta ceraiku dengan Luna sudah dikirim melalui kuasa hukum yang aku tunjuk. Semua sudah berakhir, tak ada lagi yang tersisa. Kami benar-benar sudah berakhir dan ini aku nikmati sebagai bentuk dari segala karma atas perbuatan dan status yang sempat aku sematkan pada wanita yang tanpa aku sadari mampu membuat hatiku berdenyut sakit setiap melihatnya bersama laki-laki lain. Wanita yang membuat hatiku teriris setiap melihatnya menangis. Aku telah menjanda kan Anyelir dan sekarang aku didudakan oleh Luna. Apa lagi kalau bukan karma yang dibayar tunai?Kuketuk pintu bercat putih setelah penjaga memberi

  • NODA   192. Permintaan Maaf

    Pintu kamar ditutup dengan kasar menimbulkan debar di dalam dada karena keterkejutan. Aku memutar badan sambil mengusap dada pelan, setelah sebelumnya melangkah masuk kamar terlebih dahulu. Kemudian memutar bola mata mencari jawaban apa yang terjadi pada wanita yang saat ini menatap nyalang ke arahku. Kuangkat dagu seraya menyipitkan mata bertanya. "Kenapa?""Kenapa? Tadi kamu bilang apa? Mas Bian kucing? Kalau Mas Bian kucing terus kamu apa? Buaya?" tanyanya sambil marah-marah."Buaya? Buaya apa, sih?!" Aku balik bertanya karena merasa kurang begitu paham. Bukan kurang tapi memang tidak paham."Kalau bukan buaya apa namanya lelaki yang suka deketin wanita lain begitu ada kesempatan? Nggak mau rugi," ucapnya penuh penekanan."Apa sih, Anye? Kamu kalau Biantara ngomong langsung aja masuk otak kiri nggak keluar-keluar, klop banget.""Mau balik melempar kesalahan, ni, romannya," sindirnya."Enggak, orang aku ngga deketin ngapain? Jangan cemburu gitu, ah," candaku."Bukan cemburu, tapi m

  • NODA   191. Senyuman

    Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana mungkin hasil tes DNA itu tidak cocok? Siapa yang mereka bayar untuk mengotak-atik hasil tes itu?Ruang sidang kembali riuh. Jeritan, tangisan terdengar begitu menyedihkan. Tangis orang tua Ervan, istri yang kemudian memilih meninggalkan ruangan, dan juga tangis Renata yang pecah begitu hakim meninggalkan ruang sidang disusul Ervan yang dibawa keluar dari ruang sidang menuju tahanan. Denis dan Nando berusaha menenangkan Renata yang terlihat begitu terpukul atau bahkan menyesal atas keputusannya menjadi saksi. Entah.Tapi, aku tahu, bagaimana perasaan ketiganya. Wanita paruh baya itu melangkah maju ke arah kami dengan derai air mata setelah sang suami digelandang petugas untuk dimintai keterangan. Biantara bangkit kemudian menghadang. Langkah wanita itu pun terhenti, menatap ke arah Biantara dengan tatapan sendu kemudian tatapan itu berubah menjadi permohonan dalam bisu."Kita pulang," Papa datang setelah melepas seragam hitam khas

  • NODA   190. Fakta baru 2

    "Ambil anak itu diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kirim ke luar negeri, bawa kembali kalau dia sudah dewasa dengan identitas baru."Terdengar isakan dari bangku keluarga terdakwa. Selain Anyelir, wanita lain yang sudah pasti sangat terluka pada bagian ini adalah istri Ervan, Alana. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang sudah menemani bahkan memberikan buah hati seakan tidak ada nilainya hanya karena anak yang dilahirkan perempuan. Di mana nurani mereka sebagai suami dan kakek? Bukankah bisa mencobanya lagi untuk kembali mendapatkan anak laki-laki, mereka masih muda. Lagi pula bukankah wanita atau laki-laki itu sama saja? Banyak di luar sana wanita-wanita hebat yang sukses melebihi kesuksesan laki-laki dan bukankah laki-laki juga terlahir diri rahim seorang wanita? Lalu kenapa mereka menganggap remeh wanita?Suara gemerisik kembali terdengar, kali ini rekaman diganti dengan rekaman yang dipasang oleh Renata di kantor Om Winata. Awalnya hanya terdengar suara sepatu dan gesekan kerta

  • NODA   189. Fakta baru

    Di kursi saksi, Renata mulai berbicara, sesekali ia menghela napas. Mengurangi ketegangan, mungkin. Aku sangat mengerti apa yang dia rasakan. Biar bagaimana pun mereka adalah keluarga, memilih antara keluarga dan keadilan tentu sangat sulit sekaligus membuatnya dilema."Beberapa bulan lalu setelah acara pernikahannya di Bali. Megantara menemui saya. Menceritakan tentang istrinya. Awalnya saya sangat tersentuh dan iba. Hingga pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia mencurigai saudara saya, Ervan. Meminta bantuan saya untuk menyelidiki Ervan diam-diam. Saya sempat marah. Biar bagaimana pun juga, Ervan adalah sepupu saya, tentu saya tidak terima. Akhirnya saya mengiyakan, tapi dengan niat agar Megantara tau bahwa saudara saya tidak demikian. Pada saat itu saya benar-benar yakin bahwa Ervan orang baik. Dengan percaya diri saya menyelidiki Ervan dengan berbagai cara." ucap Renata sambil sesekali menghapus sudut matanya. Sedangkan Ervan menunduk dalam. Mungkin dia tidak menyangka Renata

DMCA.com Protection Status