Beranda / Romansa / NODA / 178. Masa lalu 2

Share

178. Masa lalu 2

Penulis: Novita Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-16 14:19:33

POV Megantara

Sepulang dari persidangan, Anyelir mengurung diri di dalam kamar. Dia terus menyesali dan mencoba mengingat semua kejadian di masa lalu yang kiranya telah membuat sahabatnya itu terluka. Tapi menurutnya tidak ada.

Ia tergugu di depan cermin membenamkan wajahnya di atas meja.

Aku membiarkannya untuk sesaat, membiarkannya menumpahkan segala emosi dengan menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, ini tidak mudah. Dikhianati orang terdekat hingga menimbulkan penderitaan yang sangat dalam dan menghancurkan segala cita-citanya tentu di luar dugaan baginya. Aku paham.

Yang membuat hatiku teriris lagi adalah seorang anak tanpa dosa setia duduk di bawah sana memegangi kaki ibunya, dia tahu ibunya sedang terluka.

Aku beringsut mendekatinya. Meraih anak polos yang dari sorot mata itu bisa aku rasakan bahwa dia sedang mencemaskan ibunya. "Nizam ikut Oma mau?" tanyaku.

Dia menggeleng. "Mama," ucapnya menunjuk pada Anyelir.

"Mama sakit, mau Daddy obatin dulu. Tuh, tas Daddy sudah siap kan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Raisya CuuisAl-bar
knp ga bisa di baca ini yaa
goodnovel comment avatar
Nur meini
Pelangi setelah hujan ya Nye.... bahagailah karena engkau punya suami dan mertua idaman... wajar jika Tita semakin cemburu padamu...
goodnovel comment avatar
sinyo uhuy
emmmmmmmmm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NODA   179. Persidangan

    POV AnyelirPersidangan Tita sudah sampai pada putusan. Dia dijatuhi hukuman atas tindakan penculikan dan juga dalam kasus perkosaan yang terjadi padaku. Keduanya secara langsung memang sudah dia akui dalam persidangan sebelumnya. Aku memilih untuk tidak hadir pada sidang putusan tersebut, Megan dan Papa yang mengikuti, bagiku sudah cukup melihatnya begitu menyedihkan, meski tak sebanding dengan apa yang sudah direnggut dariku. Tita, dia ingin menjauhkan aku dari Megantara waktu itu, menyuruhku menggugurkan kandungan demi kebaikanku katanya. Ternyata di balik semua itu ada kebencian yang begitu mendarah daging. Aku menghela napas dalam, berharap dadaku yang sesak setiap teringat apa yang dilakukan oleh sahabatku itu bisa berkurang.Hampir setiap malam saat Nizam sudah terlelap, aku duduk di bangku taman menatap langit bertabur bintang setelah kejadian demi kejadian yang membuat hidupku semakin rumit itu terjadi. Selama tinggal di rumah ini, Ibu meminta Nizam untuk tidur bersamanya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • NODA   180. Intermezo

    POV MegantaraSepulang kerja, aku menemui papa, ada yang mengganggu pikiran selama beberapa hari setelah persidangan Ervan itu digelar. Terlebih, saat melihat Anyelir yang masih sering termenung, tersenyum pun tanpa binar. Hampir setiap malam selepas aku pulang dia terjaga dengan segala rasa, meletakkan kepala di pangkuan hanya dengan satu kata : lelah. Ya, menjalani dua kali persidangan beruntun tentu bukan hal yang mudah baginya. Perasaan sakit yang belum sembuh sama sekali pada sahabatnya harus dilanjutkan dengan yang lebih memuakkan dan menjengkelkan : Ervan.Kuketuk pintu ruang kerja setelah bertanya pada Mama tentang keberadaan Papa. Beberapa kali aku mengetuknya, tapi tak ada jawaban apa pun yang terdengar dari dalam sana. Tanpa menunggu aku pun membukanya."Pa." Aku memanggil dia yang berdiri di depan jendela kaca dan lagi-lagi tak ada jawaban. Di tempatnya berdiri saat ini, dia tampak memandang Nizam yang sedang bermain bersama Anyelir di taman samping rumah. Kadang, seny

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   181. Bantahan Ervan

    Bantahan ErvanPOV MegantaraPersidangan akhirnya kembali digelar. Seperti apa kata pengacara mereka di sidang sebelumnya. Bantahan terus dilancarkan. Pengacara itu membantah dan terus menyangkal bahwa Ervan tidak terlibat dalam penculikan Nizam atau pun Anyelir. Dia hanya ingin membantu namun Anyelir justru menuduh dia lah pelakunya, bahkan Anyelir menyakitinya dengan menyemprotkan cairan di matanya dan menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Untuk tuduhan atas pemerkosaan itu, ia mengatakan bahwa itu hanyalah fitnah belaka yang dilontarkan tanpa bukti nyata.Benar-benar pandai memutar balikkan fakta. Selain itu, Ervan sendiri memberi keterangan bahwa dia tidak tahu menahu akan penculikan tersebut, apa lagi tentang perkosaan itu. Mengenai pengakuan Tita, bagi Ervan itu hanya fitnah karena adanya dendam di masa lalu."Saya di Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Saya tahu dari kabar beredar bahwa anak dari sahabat saya, Megantara, sedang hilang. Kebetulan saya melewati bandara dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   182. Narapidana dan Noda

    POV MegantaraDi dalam mobil setelah persidangan, kami hanya saling diam, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Papa yang duduk di sebelahku hanya menatap fokus pada jalanan yang ada di depan dengan pandangan menerawang dan Anyelir yang duduk di bangku belakang menyandarkan kepala di pintu menatap ke arah luar jendela masih dengan sorot mata sendu, sedangkan aku memegang kemudi dengan pikiran yang terus melayang entah ke mana.Lemahnya bukti yang kami miliki membawa kami seolah sedang berjalan di jalan buntu.Dari sini aku paham, kenapa Papa melarang keras aku melaporkan Ervan yang jelas-jelas menurut Anyelir dia lah yang melakukan penculikan terhadapku waktu itu. Karena, tanpa adanya bukti kita tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan hukum meski kita tahu yang sebenarnya. Selain itu mereka akan dengan mudah membalikkan keadaan dengan tuduhan pencemaran nama baik jika kedua pelaku itu tetap bungkam. Dan terbukti, kedua lelaki itu tetap bungkam sampai akhir persidangan. Mungkin sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • NODA   183. Tiga saksi bikin keki

    Satu pekan selanjutnya, sidang kembali digelar. Kali ini tiga saksi dipanggil secara bersamaan. Biantara dan Denis duduk bersisian memenuhi panggilan hakim sebagai saksi penculikan, sedangkan aku duduk di bagian paling ujung dan harus lebih mempersiapkan mental karena mungkin akan lebih dicecar gara-gara tuduhan Ervan pada sidang sebelumnya.Pada persidangan kali ini, aku melarang Anyelir untuk datang karena semalam dia demam. Aku menyuruhnya untuk beristirahat di rumah saja bersama Mama dan Nizam.Sebelum memasuki ruangan, Papa berpesan beberapa hal pada kami bertiga salah satunya untuk berkata apa adanya, tak perlu menambah atau mengurangi, jujur saja, karena salah bicara sedikit saja akan digunakan mereka untuk menyerang balik dan membuat kita semakin terpojok nanti. Terlebih, pelaksanaan tes DNA hingga saat ini belum juga dilaksanakan entah karena apa, sehingga yang perlu kita lakukan adalah waspada, karena siapa tahu mereka sedang membuat rencana baru.Persidangan dimulai setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • NODA   184. Tiga saksi bikin keki 2

    "Sekarang saudara Denis. Ini sangat menarik menurut saya. Jadi bagaimana bisa seorang suami menyelidiki istrinya sendiri bahkan sampai menangkapnya lalu melaporkan sendiri lo?""Jujur, awalanya saya tidak tahu kalau istri saya yang ada di bandara itu. Saya hanya datang setelah mendapat pesan dari kakak saya, Anyelir. Dia memberitahukan bahwa keponakan saya ada di bandara dan meminta tolong saya agar cepat ke sana karena abang saya, Megantara, tidak bisa dihubungi.""Karena saya juga sedang di kantor waktu itu tanpa pikir panjang saya membawa beberapa polisi untuk membantu penangkapan. Sampai di sana saya kaget karena ternyata istri saya yang membawa Nizam. Dan saya melaporkan bersama Pak Biantara karena memang Abang dan kakak saya masih berhalangan hadir waktu itu."Dalam persidangan Tita, Denis memang belum sempat di datangkan sebagai saksi karena sebelum dia dipanggil, Tita sudah tidak bisa mengelak dari bukti dan cecaran hakim kemudian mengaku."Apa tidak ada orang lain selain saud

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • NODA   185. Tes DNA

    Nizam menyambut di ambang pintu begitu aku tiba dari persidangan, tangan kecil itu meraih tanganku dan menuntunku menuju kamar. "Kenapa, ni, Ma?" tanyaku pada Mama yang mengikuti di belakang kami."Suruh ngobatin mamanya mungkin.""Masih demam Anyelirnya?" tanyaku cemas."Kalau efek obatnya habis masih demam lagi. Kamu ikut aja, Mama siapin makanan untuk papamu dulu."Sampai di lantai dua, Nizam mendorong pintu yang tidak tertutup rapat itu. "Daddy ... Mama," ucapnya menunjuk tas kerja yang ada di atas nakas. Aku meraihnya kemudian membawa tas menuju tempat tidur di mana Anyelir terlihat berbaring di sana."Mama, kan bobok, nanti aja, ya periksanya?" bisikku setelah kulihat Anyelir terlihat masih tidur. Nizam menggeleng tanda tidak setuju."Kasihan mamanya kalau dibangunin, Nak," bujukku lagi masih dengan suara sangat pelan.Mama membuka pintu, pelan. Aku dan dan Nizam menoleh ke arah pintu. "Nizam makan sama Opa. Opa bawa es krim coklat."Mata bening itu melebar setelah mendengar k

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • NODA   186. Selagi raga masih bernyawa

    POV MegantaraHari ini hari minggu. Papa terlihat duduk termenung di kursi taman samping rumah, mengawasi Nizam yang sedang bermain bersama salah satu pengawal. Aku berdiri di teras rumah, mengamati keduanya."Wo, jangan jauh-jauh, Wo!" Papa berseru pada Pak Jarwo—pengawal yang saat ini bermain bola dengan Nizam."Siap, Pak," jawabnya kemudian menundukkan kepala menyapaku.Tidak ada yang lebih menyedihkan bagi seorang yang telah lama meninggalkan dunia yang begitu dia impikan, namun sekali dia mencobanya lagi, dia harus gagal. Rasa bersalahnya terhadap Anyelir dan juga Nizam begitu besar, terlebih saat dia harus menyaksikan sebentar lagi anak satu-satunya kemungkinan besar akan mendekam di balik jeruji besi entah untuk berapa lama.Ya, mungkin sidang selanjutnya akan menjadi sidang terakhir kasus pemerkosaan sekaligus penculikan itu. Nizam terbukti bukan darah daging Ervan, jadi tak ada alasan baginya untuk menculik Nizam. Logika yang sangat sempurna, menurutku. Mereka benar-benar han

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20

Bab terbaru

  • NODA   197. Ending

    Besoknya mereka benar-benar kembali ke Bali tentu saja rumah kembali sepi. Sebelum pergi, mereka mempersiapkan seorang asisten rumah tangga baru dari agensi resmi untuk membantu Anyelir mengurus rumah dan Nizam. Malam harinya, aku memenuhi janji. Datang ke tempat yang sudah Anyelir beritahu sore tadi. Sepulang dari rumah sakit, aku meluncur ke sana karena Anyelir sudah menunggu katanya. Aku senang, sedikit demi sedikit dia mulai kembali mengenal dunia luar. Tidak lagi acuh dan enggan. Bahkan malam ini begitu mengejutkan. Dia sendiri yang menginginkan untuk makan di luar. Sungguh mencengangkan dan juga di luar dugaan.Setelah mobil terparkir di halaman restoran. Aku bergegas masuk, kucari keberadaan Anyelir dan kutemukan dia di meja paling ujung dekat jendela. Kulangkahkan kaki mendekatinya. Dia menoleh ke arahku dan berdebar lah jantungku saat melihat wajah dengan polesan yang membuatnya tampak begitu berbeda, sangat cantik. Penampilannya semakin sempurna dengan balutan gamis indah

  • NODA   196. 1 Bab menuju Ending

    POV Megantara[Bang, aku baik-baik saja. Aku akan mengantar Renata ke Bali. Thanks atas kesempatan dan aku tahu semua adalah siasatmu.]Kusunggingkan senyum setelah membaca pesan dari Denis yang entah sudah berapa hari menghilang dan sempat membuat kami sekeluarga kelimpungan. Sengaja, aku tidak ikut menemuinya, memberi waktu untuknya agar bisa bersama Renata yang entah kenapa tidak pernah bisa melihat cinta yang begitu besar dari Denis untuknya sejak dulu sampai sekarang, sedangkan Denis yang malang justru memilih diam dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan.Aku tahu, meski telah bersama Tita, Denis belum sepenuhnya melupakan Renata. Keputusannya yang tiba-tiba, degan mudah menerima Tita tanpa pikir panjang pun aku yakin hanya karena pada saat itu dia sedang putus asa. Awalanya aku mengira dia juga sudah mati rasa. Tapi, ketika kami kembali dipertemukan di tempat yang sama, aku menangkap tatapannya pada Renata tidak berubah, tetap sama, penuh cinta. Namun, aku juga tah

  • NODA   195. Mengagumi atau mencintai 2

    Tepuk tangan menyambut begitu kami turun. "Hebat, Mas, keren," ucap mereka yang ada di lokasi pada Denis."Sip," kata Denis menunjukkan jari jempol.Keren? Apa yang keren? Menurutku justru sangat menyedihkan, tak ada teriak kebahagiaan yang harusnya aku lakukan di atas sana apa lagi perasaan bebas seperti elang, melainkan beban berat menghimpit dadaku karena sikap Denis yang terkesan acuh dan berubah, tenggelam memikirkan Tita.Aku bergegas meninggalkan mereka yang masih terlihat sibuk dengan parasut dan sabuk pengaman. Hari sudah mulai petang, sudah saatnya untuk pulang. Hari ini sudah cukup untuk menjadi kenangan."Ren, mau ke mana?" Denis berlari mengikuti langkahku."Pulang, kamu bilang kan setelah terbang cepetan pulang. Lagi pula tiket penerbanganku ke New York tinggal beberapa hari lagi, aku harus ke Bali dulu, ketemu mama sama papa. Setidaknya aku sudah memastikan kalau kamu baik-baik saja, masih sehat," jawabku melanjutkan langkah. Namun, langkahku harus terhenti karena tan

  • NODA   194. Mengagumi atau mencintai?

    POV RenataSudah hampir satu minggu aku mencarinya dan baru bisa menemukannya di sini, tempat yang sam sekali tidak ada dalam pemikiran kami sebelumnya. Sebuah tempat yang lumayan jauh dari keramaian. Entah, sudah berapa tempat di Jakarta hingga Bandung yang aku, Megantara, dan Om Hakam datangi hanya untuk menemukan pria yang saat ini sedang berada di atas sana, menikmati alam merayakan kebebasan atau mungkin juga sedang menghibur diri. Kami menemukan keberadaannya dari unggahan Instagram yang dia unggah, yang memperlihatkan pemandangan perbukitan dengan caption-nya 'Bebas'. Kemudian kami mencari tahu detail dari gambar tersebut. Di sinilah aku, di gunung Banyak kota Batu Malang. Megantara tidak ikut hari ini karena istrinya sedang kurang enak badan. Tapi dia tetap mau aku menemui Denis. Ya, kami bertiga memang sangat dekat, dia sangat khawatir dengan adiknya mungkin. Sehingga memaksaku untuk datang ke tempat yang menurutku lumayan jauh.Aku tahu ini tidak mudah. Kehilangan dua h

  • NODA   193. Menikmati karma

    POV BiantaraDengan berakhirnya sidang berarti kewajibanku pun telah berakhir. Aku bisa lebih tenang sekarang, karena Megantara selamat dari ancaman atas tuduhan pencemaran nama baik termasuk aku, karena pada kenyataanya aku juga lah yang melaporkan atas tindakan penculikan Anyelir, sebab, pada saat itu Megantara tidak ada di tempat, jadi jikalau Megantara masuk penjara aku pun sama.Hari ini akta ceraiku dengan Luna sudah dikirim melalui kuasa hukum yang aku tunjuk. Semua sudah berakhir, tak ada lagi yang tersisa. Kami benar-benar sudah berakhir dan ini aku nikmati sebagai bentuk dari segala karma atas perbuatan dan status yang sempat aku sematkan pada wanita yang tanpa aku sadari mampu membuat hatiku berdenyut sakit setiap melihatnya bersama laki-laki lain. Wanita yang membuat hatiku teriris setiap melihatnya menangis. Aku telah menjanda kan Anyelir dan sekarang aku didudakan oleh Luna. Apa lagi kalau bukan karma yang dibayar tunai?Kuketuk pintu bercat putih setelah penjaga memberi

  • NODA   192. Permintaan Maaf

    Pintu kamar ditutup dengan kasar menimbulkan debar di dalam dada karena keterkejutan. Aku memutar badan sambil mengusap dada pelan, setelah sebelumnya melangkah masuk kamar terlebih dahulu. Kemudian memutar bola mata mencari jawaban apa yang terjadi pada wanita yang saat ini menatap nyalang ke arahku. Kuangkat dagu seraya menyipitkan mata bertanya. "Kenapa?""Kenapa? Tadi kamu bilang apa? Mas Bian kucing? Kalau Mas Bian kucing terus kamu apa? Buaya?" tanyanya sambil marah-marah."Buaya? Buaya apa, sih?!" Aku balik bertanya karena merasa kurang begitu paham. Bukan kurang tapi memang tidak paham."Kalau bukan buaya apa namanya lelaki yang suka deketin wanita lain begitu ada kesempatan? Nggak mau rugi," ucapnya penuh penekanan."Apa sih, Anye? Kamu kalau Biantara ngomong langsung aja masuk otak kiri nggak keluar-keluar, klop banget.""Mau balik melempar kesalahan, ni, romannya," sindirnya."Enggak, orang aku ngga deketin ngapain? Jangan cemburu gitu, ah," candaku."Bukan cemburu, tapi m

  • NODA   191. Senyuman

    Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana mungkin hasil tes DNA itu tidak cocok? Siapa yang mereka bayar untuk mengotak-atik hasil tes itu?Ruang sidang kembali riuh. Jeritan, tangisan terdengar begitu menyedihkan. Tangis orang tua Ervan, istri yang kemudian memilih meninggalkan ruangan, dan juga tangis Renata yang pecah begitu hakim meninggalkan ruang sidang disusul Ervan yang dibawa keluar dari ruang sidang menuju tahanan. Denis dan Nando berusaha menenangkan Renata yang terlihat begitu terpukul atau bahkan menyesal atas keputusannya menjadi saksi. Entah.Tapi, aku tahu, bagaimana perasaan ketiganya. Wanita paruh baya itu melangkah maju ke arah kami dengan derai air mata setelah sang suami digelandang petugas untuk dimintai keterangan. Biantara bangkit kemudian menghadang. Langkah wanita itu pun terhenti, menatap ke arah Biantara dengan tatapan sendu kemudian tatapan itu berubah menjadi permohonan dalam bisu."Kita pulang," Papa datang setelah melepas seragam hitam khas

  • NODA   190. Fakta baru 2

    "Ambil anak itu diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kirim ke luar negeri, bawa kembali kalau dia sudah dewasa dengan identitas baru."Terdengar isakan dari bangku keluarga terdakwa. Selain Anyelir, wanita lain yang sudah pasti sangat terluka pada bagian ini adalah istri Ervan, Alana. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang sudah menemani bahkan memberikan buah hati seakan tidak ada nilainya hanya karena anak yang dilahirkan perempuan. Di mana nurani mereka sebagai suami dan kakek? Bukankah bisa mencobanya lagi untuk kembali mendapatkan anak laki-laki, mereka masih muda. Lagi pula bukankah wanita atau laki-laki itu sama saja? Banyak di luar sana wanita-wanita hebat yang sukses melebihi kesuksesan laki-laki dan bukankah laki-laki juga terlahir diri rahim seorang wanita? Lalu kenapa mereka menganggap remeh wanita?Suara gemerisik kembali terdengar, kali ini rekaman diganti dengan rekaman yang dipasang oleh Renata di kantor Om Winata. Awalnya hanya terdengar suara sepatu dan gesekan kerta

  • NODA   189. Fakta baru

    Di kursi saksi, Renata mulai berbicara, sesekali ia menghela napas. Mengurangi ketegangan, mungkin. Aku sangat mengerti apa yang dia rasakan. Biar bagaimana pun mereka adalah keluarga, memilih antara keluarga dan keadilan tentu sangat sulit sekaligus membuatnya dilema."Beberapa bulan lalu setelah acara pernikahannya di Bali. Megantara menemui saya. Menceritakan tentang istrinya. Awalnya saya sangat tersentuh dan iba. Hingga pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia mencurigai saudara saya, Ervan. Meminta bantuan saya untuk menyelidiki Ervan diam-diam. Saya sempat marah. Biar bagaimana pun juga, Ervan adalah sepupu saya, tentu saya tidak terima. Akhirnya saya mengiyakan, tapi dengan niat agar Megantara tau bahwa saudara saya tidak demikian. Pada saat itu saya benar-benar yakin bahwa Ervan orang baik. Dengan percaya diri saya menyelidiki Ervan dengan berbagai cara." ucap Renata sambil sesekali menghapus sudut matanya. Sedangkan Ervan menunduk dalam. Mungkin dia tidak menyangka Renata

DMCA.com Protection Status