Sesampainya di kantor, Hyun Jae langsung membawa mereka ke ruangan. Dan menyuruh mereka duduk manis. Hyun Jae menghampiri Myeong Na Ri yang langsung mengerutkan dahi melihat anak- anak yang datang bersama Hyun Jae."Mereka...?""Na Ri, kau periksa satu persatu anak- anak itu. Cocokkan dengan laporan yang masuk. Lalu, segera hubungi orang tua mereka."Baik, Hyun Jae. Aku akan membawa berkas- berkas laporannya.""Bawa sebagian kepadaku, biar aku bantu." Myeong Na Ri segera beranjak dan mengambil berkas laporan kehilangan kemudian memberikan sebagian kepada Hyun Jae. Dengan cepat Hyun Jae pun mendata anak- anak itu. Melihat dan menyamakan foto yang ada pada berkas- berkas itu dan kemudian membuat ceklis. Setelah semua selesai, Myeong Na Ri segera menelepon para orang tua dari anak-anak itu.. Tak lama kemudian nampak Kapten Jo
Kang Sin Jae tertawa terbahak-bahak di atas mobilnya."Gadis ingusan sok tau. Haah, Lee Kiaw Sik benar-benar apes bertemu dengannya semalam. Dengan mudahnya pula ia membocorkan lokasi sebelum sempat aku memperingatkan. Gagal semua rencana, jika begini Park Mun yeol harus menemui Dewa kematian," gumam Kang Sin Jae.Ia tiba di rumah sakit dan dengan wajah tak berdosa ia pun langsung memasuki kamar tempat Park Mun Yeol di rawat. Saat ia masuk seorang perawat tengah mengganti cairan infus Park Mun Yeol yang telah kosong."Apa kondisinya sekarang stabil?" tanya Kang Sin Jae."Ah, ya beruntung kondisi pasien baik, sehingga operasi bisa berjalan dengan lancar. Anda dari kepolisian?""Ya, saya akan menjaganya suster.""Jika infusnya habis, langsung beritahu kami, atau silahkan memencet bel yang ada di atas ranjang pasien. Tolong di perhatikan juga layar monitor it
Kim Young Jo membawa Hyun Jae ke bukit penantian. Mereka duduk bersama di puncak bukit tak jauh dari Jeongwol."Masih marah?" tanya Kim Young Jo. Hyun Jae menggeleng, ia menyandarkan kepalanya di bahu Kim Young Jo. Tiba-tiba Kim Young Jo melihat kalung yang di pakai Hyun Jae."Kalungmu...?""Eh, kalungku yang mana? Yang ini atau yang berbentuk bulan sabit ini?""Bulan sabit itu. Darimana kau mendapatkan kalung ini?" tanya Kim Young Jo. Hyun Jae menyentuh kalung itu. "Waktu itu aku hendak ke asrama. Aku melewati jembatan, dan ada ibu tua yang berjualan. Aku tertarik dengan kalung ini. Tapi, dia bilang kalung ini sudah kembali pada pemiliknya. Lalu, saat aku berjalan dan menengok ke belakang ibu itu sudah tidak ada."Kim Young Jo tersenyum. Ia lah dulu yang memberikan kalung indah itu untuk Yue Liang. Dan, kini kalung itu menghias leher Hyun Jae."Jadi
Sudah seminggu semenjak Kim Young Jo kembali ke apartemen nya bersama Ye Jin dan Daek Wo. Pagi ini ia kembali mendapatkan amplop hitam. Sambil menyeruput kopinya, Kim Young Jo membuka amplop itu."Siapa?" tanya Ye Jin."Namanya Luna usianya baru 17 tahun,bunuh diri dengan cara melompat dari gedung perkantoran.""Masih muda sekali. Kapan?""Lusa, tapi kita sudah harus mengikuti gadis itu mulai hari ini. Bersiaplah kalian," ujar Kim Young Jo. Ye Jin dan Daek Wo langsung bersiap- siap untuk berangkat. Seperti biasa, setiap kali mereka bertugas mereka akan mengenakan pakaian resmi. Lengkap dengan dasi berwarna hitam. Seperti kebiasan Kim Young Jo. Mereka berjalan terlebih dahulu ke lobby apartemen, dan menghilang dari pintu.Kim Young Jo mengerutkan dahinya. Mereka sampai di kantor polisi tempat Hyun Jae bekerja."Ada apa Young Jo?" tanya Dae
Kyung Hae dan Hyun Jae pun meningggalkan kantor Choi Eun Jeon. Wajah Hyun Jae nampak sedikit kesal. Namun, ia berusaha untuk meredam emosinya."Apakah mereka akan baik- baik saja?" tanya Kyung He."Untuk hari ini, ya. Mereka akan baik- baik saja. Tapi, entahlah besok.""Maksudmu besok mereka akan kembali ke kantor lagi?"Hyun Jae hanya mengendikkan bahunya. "Sudahlah, ayo kembali ke kantor saja." Kyung He mengikuti langkah Hyun Jae. Mereka pun langsung kembali ke kantor. Sementara itu, Luna dan Ibunya masih nampak berbincang-bincang dengan Choi Eun Jeon. Mereka nampak bicara serius sekali."Ingat Choi. Jika kau melakukan hal itu lagi, aku tidak akan mencabut laporanku," kata nyonya Song dengan kesal."Iya nyonya, tenang saja. Aku akan bertanggung jawab atas putrimu ini, iya kan Luna sayang?" Kata Choi dengan licik.Luna hanya diam. S
Luna betul-betul tidak menyangka akan mengalami hal ini. Dengan perasaan hancur dia pun segera berlari keluar dari ruangan Choi. Cukup sudah, lebih baik ia akhiri saha hidupnya sekarang juga. Meskipun uang itu di kembalikan, Luna yakin Choi tetap akan menyebarkan video itu. Orang seperti Choi tidak bisa di percaya. Dengan hati yang hancur, Luna menaiki Lift langsung menuju lantai paling atas gedung perkantoran itu. Sampai di atas, Luna menaiki tangga menuju ke atap. Niatnya sudah mantap. Ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Ia sudah meninggalkan surat untuk ibunya. Tepat pada saat Luna naik, Nyonya Song dan Hyun Jae bertemu diluar. Mereka langsung menuju ke kantor Choi. Melihat ada polisi, Choi merasa sedikit kecut"Aku tidak tau dia di mana. Tadi, dia memang kemari. Tapi, dia pergi lagi," ujar Choi. Hyun Jae yang sudah melihat bayangan kematian Luna dengan cepat menarik tangan nyonya Song."Dia ad
Hyun Jae melangkah keluar dari kantornya. Ia merasa lelahhoongli. Namun, rasa lelahnya hilang seketika saat melihat ada sepasang suami istri yang duduk di belakang. Jelas bukan manusia, karena tidak ada manusia yang bisa menembus masuk ke dalam mobilnya."Hyun Jae, apa kau sudah melupakan kami?"Hyun Jae menatap kedua arwah di hadapannya."Bibi Ye Soo, paman Ja hoong?" ujar Hyun Jae. Keduanya tersenyum senang, "Akhirnya, kau bisa mengingat kami, Hyun."**** Hyun Jae menatap Yee Soo sedikit tak percaya. "Memangnya apa sih kelebihan 888 dibandingkan Malaikat maut lain?" tanya Hyun Jae penasaran. "Haduh, dia itu malaikat yang paling sadis, dan paling tidak kompromi. Katanya, dia itu di hukum raja langit, tapi sekaligus di beri berkah. Satu-satunya malaikat maut yang pernah menang melawan raja neraka." Hyun Ja
Hanya dalam sekejap mata, mereka tiba di Jeongwol. Seperti biasa, Gong Liu menyambut ramah di meja resepsionis. Namun, ia sedikit mengerutkan dahinya saat melihat Hyun Jae."Malaikat maut 888, dia?""Nona Hyun Jae tentu saja manusia, Gong Liu. Sama seperti manager Yu Na," kata Dewi Xiang sambil melangkah mendekati mereka. Hyun Jae terpesona melihat kecantikan Dewi Xiang. Ia menatap Dewi Xiang sampai tak berkediip."Kita pernah bertemu, Hyun Jae," ujar Dewi Xiang sambil menyentuh kalung yang dipakai Hyun Jae. Hyun Jae membekap mulutnya, matanya terbelalak."Anda...?""Ya, aku menyamar menjadi wanita tua pedagang kaki lima. Apa kau terkejut?" tanya Dewi Xiang. Hyun Jae membungkuk memberi hormat."Maafkan saya, tidak mengenali anda." Dewi Xiang menatap Yee So dan Jang Jo Hoong."Hmm, kalian jiw