Setelah lama berdebat, akhirnya Crystal menerima bantuan pria asing itu. Namun, kembali terjadi sedikit masalah saat pria itu menyadari Crystal yang ternyata tidak sadarkan diri sejak awal perjalanan.
'Aku sungguh pria yang beruntung.' Batin pria bermasker itu."Nona Crystal ... maaf saya akan sedikit licik." Pria bermasker itu menanggalkan maskernya lalu mengambil ponsel dan menyalakan alat rekaman. "Nona, tolong bangun. Ke mana saya harus mengantar anda?"Tidak ada jawaban."Nona, karna anda pingsan ... izinkan saya membawa anda ke tempat saya. Besok, anda bisa pergi."Masih tidak ada jawaban."Baiklah kalau begitu. Saya akan membawa anda."Rekaman pun berhenti. Pria itu tertawa kecil setelah mematikan ponselnya. Lalu mulai menjalankan mesin mobil meninggalkan area.***"Tuan Muda ... siapa lagi sekarang yang anda bawa? Astagaaa~ kenapa anda selalu membuat saya jantungan setiap hariii ...." Seorang pria yang mengenakan setelan jas berekor berlari menuju pintu depan setelah melihat anak majikannya pulang membawa wanita asing dalam gendongan.Sang empu hanya diam seperti tembok berjalan dan tidak berniat menggubris pertanyaan pelayan pribadi kiriman ayahnya itu."Tuan Edward!!!""Ck! Ini yang terakhir!" desis Edward melirik tajam pria kepala lima itu. "Nah, sekarang pulanglah, Vincent. Bilang pada pria itu, aku sudah menemukan wanita yang akan ku nikahi."Dunia seperti berhenti sejenak begitu kalimat itu keluar."M-memememenikah?!" Vincent Reus terbelalak mendengar apa yang baru saja dikatakan anak majikannya. "Siapa yang akan menikah dengan siapa?!""Aku ... dan ... wanita ini," cengir Edward lalu melangkah pergi melewati Vincent tanpa beban.'Oh, Tuhan. Cobaan apa lagi yang engkau berikan. Huhu. Saya benar-benar tidak sanggup lagi menangani putra majikan saya, Tuhan.' Vincent meraung-raung dalam hati.Pintu terbuka. Edward masuk ke dalam kamar dengan raut wajah penuh kepuasan bak mendapat tangkapan besar. Dengan hati-hati, dia meletakkan tubuh Crystal di atas ranjangnya. "Butuh waktu hingga tiga tahun untuk memastikan bahwa menculikmu adalah pilihan yang benar, Nona ...." Ia membelai lembut wajah mulus wanita itu. Lalu menciumnya.Ia melumat kasar bibir Crystal yang merah merona akibat pewarna lipstik. Hanya sebentar, namun sanggup membuat gairah Edward meningkat. Ia pun menyudahi ciumannya dan mengelap bibirnya dengan jempolnya.Bekas lipstik masih tercoret indah di bibir Edward. Ia pun sama sekali tidak keberatan dan malah merasa bangga. "Huu~ sangat nikmat."Puas memandangi lekuk tubuh Crystal dari atas ke bawah, Edward mengeryit saat indra penciumannya menangkap aroma parfum yang menempel pada tubuhnya. Tahu kalau itu bukan aroma parfum Crystal, ia semakin merasa mual. "Ini semua gara-gara wanita binal itu."Beberapa menit kemudian ..."Ahhh ...." Edward membuka mata menatap dinding berair di depannya dengan pandangan sayu. Seluruh tubuhnya bergetar dan sangat panas. "Ini benar-benar membuatku gila."Edward pun menyudahi aktifitas mandinya dan segera kembali ke kamar dengan hanya berbalut jubah mandi. Kakinya melangkah mendekat dan jemari kekarnya perlahan melepaskan kancing kemeja Crystal."Ini bukan perbuatan yang baik kan, Nona?" Edward bertanya pada wajah tidur Crystal dengan tatapan penuh gairah. "Tapi, kalau tidak begini ... selamanya aku tidak akan pernah mendapatkanmu. Dan itu, tidak boleh terjadi, atau aku ... mungkin akan jadi gila. Jadi ...." Edward tak melanjutkan.Ia memilih menenggelamkan wajahnya di antara dada indah Crystal. Sementara tangan yang satu bermain di dada, tangan yang lain mencoba untuk masuk ke dalam rok wanita itu."Aku akan bertanggung jawab!" desah Edward menciumi leher mulus Crystal. "Jadi, kuharap ... kau mau menyerahkan tubuhmu dengan tenang."Pagi menyingsing. Udara dingin dan sinar mentari, menerjang masuk ke kamar, membuat dua insan yang tengah bergumul di bawah selimut mau tak mau harus membuka mata.Crystal adalah yang pertama.Tubuh Crystal menegang hebat setelah menyadari apa yang terjadi padanya. Wajahnya pucat pasi setelah memastikan wajah siapa yang telah menemani tidurnya semalam.Sekali lagi dirinya menatap wajah pria yang saat ini ada di sebelahnya. Wajah itu adalah wajah yang selalu muncul di berita televisi dan surat kabar. Bukan, bukan seorang artis. Tapi ketenarannya hampir menyamai artis nasional.'Tidak, ini tidak benar!' Batin Crystal berteriak.Tiba-tiba, pria itu berdehem membuat Crystal terlonjak ke belakang dan buru-buru menjauh turun dari ranjang mencari sesuatu. Tepat saat ia akan mengambil pakaian, suara berat nan parau menggetarkan hatinya."Anda sudah bangun Nona Crystal?"Crystal berbalik dan mendapati seorang pria gagah nan berotot itu tersenyum cantik di atas bantal empuk bekas tidurnya. Cryst
"J-jadi, begitulah situasinya saat ini ... Tuan," ungkap Vincent Reus di hadapan seorang pria tinggi besar yang tengah memandangi taman di pagi hari dengan secangkir kopi dan roti kering.Ammar Charleston. Pria itu menyesap kuat-kuat nikotin pada cerutu yang disematkan diantara dua jarinya. "Haaahh ... aku pasti akan dikutuk orang mati.""Maaf?"'Anak itu seharusnya mirip dengan ibunya. Tapi, obsesi itu. Hah. Ini karmaku.' Ammar menghela napas lagi. Otaknya begitu sakit mendengar berita putranya yang kembali membuat ulah dan lagi-lagi selalu bermuara ke hal yang sama. Wanita.Vincent keluar dari ruangan setelah mendapat perintah. Ia buru-buru menghubungi seseorang. Namun, saat akan masuk ke dalam mobil dirinya bertemu pria tak dikenal yang menghalangi jalan masuk."Ck! Ini pasti kerjaan Tuan Muda," gumam Vincent pelan.Sementara itu."Hahaha ... aku tidak sabar menunggu kabar bagus." Edward duduk dengan menyilangkan kaki sambil menatap wajah pucat Crystal. "Kau tahu kabar apa itu?"".
Bohong bila tidak takut. Munafik bila tidak khawatir. Tak pernah. Sampai mati pun, Crystal tidak pernah mengira dirinya akan berurusan dengan pria bernama Edward.Pria yang masih duduk di bangku kuliah itu dulunya merupakan mantan pacar kembarannya— Christine yang ditentang keras oleh ayahnya saat mereka berencana untuk menikah.Alasannya sangat masuk akal.Edward memiliki skandal penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dan semua itu telah dibenarkan oleh keluarga Charleston. Pria 20 tahun itu juga terlibat skandal pembunuhan model wanita papan atas dan yang baru-baru ini terjadi, yakni teror bom di kampus juga menyeret namanya.Tahun ini pun, Edward lagi-lagi terjerat skandal asmara dengan salah satu putri petinggi negara dan dirinya dianggap telah melakukan pemerkosaan dan pencemaran nama baik.Namun yang lebih menyeramkan dari semua itu, rumor Edward yang diduga adalah seorang pengikut organisasi teroris. Ada pula yang mengatakan bahwa Edward secara aktif masuk ke dalam organi
"Nona, sebelah sini."Crystal menoleh cepat ke sumber suara begitu ia berhasil keluar dari kediaman pribadi Edward yang menghabiskan waktu hingga puluhan menit. Ia menerima uluran tangan seorang pria yang diketahui adalah orang suruhan Ammar. Pria itu membawanya pergi melewati gerbang kecil di belakang rumah.Lalu, setelah berhasil keluar dirinya menyusuri jalan kecil mengikuti arahan si pria itu dan langkahnya terhenti saat bertemu mobil hitam yang terparkir di bawah pohon."Kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona. Pergilah!" ucap pria bermasker itu.Crystal pun mengucap terima kasih dengan sopan lalu segera masuk ke mobil. Namun, hatinya masih terasa janggal dan mulai ada bisikan kekhawatiran yang semakin lama semakin menyiksa."Ini terlalu mudah. Bahkan sangat mudah." Ia bergumam sendiri sementara mobil masih berjalan menuju bandara.Dari bandara Miami, Crystal terbang ke kota Los Angeles dan memesan hotel di sana. Meski sedikit terpaksa, ia menahan diri untuk tinggal di sana s
"Laporkan kondisinya!" Edward tiduran di sofa menatap layar televisi bersama belasan botol bir yang berserakan di sana-sini.Seorang pria yang berdiri tak jauh dari Edward membuka masker hitam miliknya dan berkata, "Kondisi Nona baik-baik saja. Nona sudah melihat berita dan responnya pun masih terkendali. Nona menangis semalaman. Saat dini hari Nona keluar dari hotel mencari makan di restoran X."'Hm, ini di luar ekspektasi. Menarik juga.' Edward menoleh menatap pria itu dan berkata, "Lalu?""Jadi, entah apa saya boleh berkata begini. Nona sempat menatap lama kafe tempat biasa Nona dan mantan suaminya sebelum menuju ke restoran." Pria itu menggaruk tengkuknya yang terasa dingin. Melihat respon Edward kurang baik, ia mulai merasa menyesali ucapannya. 'Ha~, kumohon. Gajiku yang malang.'"Baiklah, kau boleh pergi." Edward meletakkan botol bir dengan kasar. "Oh, siapa namamu?""Saya Rooney, Tuan.""Ya." Edward menatap Rooney, ketus. "Cari pria yang bernama Adam Herson. Lalu, panggil Ditri
10.30 p.m[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10
Christine pergi menemui ayahnya di ruang kerja setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Edward. "Ayah! Aku ingin bicara sebentar ...."Delon Snowden. Pemimpin keluarga sekaligus ayah dari anak perempuan kembar itu menatap putrinya dan berkata dengan lembut, "Ada apa Sayang? Apa putra-putranya Ammar mengganggumu?"Christine menggeleng cepat lalu memeluk Delon, erat. "Crystal ... ayah akan menjodohkan dia dengan Tuan Muda Edward, kan?""Loh? Kok kamu bisa tahu?"'He~ jadi benar, ya. Padahal aku asal nebak aja. Berarti anak itu sudah membicarakan masalah ini sejak kapan, ya. Dasar bocah. Lihat saja. Aku akan menghancurkan keinginanmu.' Christine tersenyum kecil membatin."Itu ... tadi aku tidak sengaja mendengar gurauan Edward. Kukira, ayah akan menjodohkan Crystal dengan sepupu mereka. Anak sulung keluarga Herson. Siapa ya namanya?""Adam?""Nah, itu!" Christine menjawab cepat. "Kenapa ayah tidak mendekatkan Crystal pada Adam saja, Ayah?"Delon terd
Semua terjadi begitu cepat. Akhirnya, Delon secara tiba-tiba memberikan surat pernyataan pada Ammar mengenai apa yang mengganggunya.Dan kebetulan, Ammar yang juga tidak menyukai Edward, padahal itu putranya sendiri, menghendaki keinginan Delon untuk bertemu. Lalu, mereka, Ammar, Delon, Gallan dan Edward pun bertemu untuk membahas masalah ini."Apa maksud anda, Paman? Bukankah waktu itu anda menyetujui keinginan saya?" Edward remaja merasa keberatan. Dirinya juga merasa telah dibohongi. "Anda meragukan perasaan saya hanya karna sikap saya selama ini?""Bukan begitu, Ed. Kamu lihat sendiri ... Crystal itu seperti apa. Aku juga belum pernah mengatakan padanya perihal perasaanmu padanya. Jadi—""Saya tidak mau." Jawaban Edward membungkam semua orang. "Yang saya inginkan adalah Crystal. Padahal saya sudah mengikuti keinginan anda untuk tidak mendekatinya dan hanya melihat dari jauh. Tapi, sekarang ... apa-apaan sikap anda itu!?""Edward!!!" bentak Ammar merasa tak enak pada Delon."Ayah!"
Seorang wanita duduk di kursi empuk menghadap jendela dengan gaun tidur super ketat dan kain tipis bertali yang hanya menutupi sebagian kecil dada wanita itu. Udara malam yang mulai dingin membuatnya menarik kain selimut tebal menutupi tubuhnya.Langit malam gelap dihiasi bintang bertaburan lalu ditambah bulan purnama yang bulat sempurna biasanya adalah pemandangan yang siapa pun pasti akan mengatakan indah. Namun, sepertinya tidak bagi wanita itu."Ini adalah pertama kalinya ... aku membenci malam bulan purnama." Wanita itu meneguk bir langsung dari botol lalu membantingnya setelah dirasa tidak ada isinya lagi. "Ahh~ ... mereka benar-benar menikah."Tiba-tiba, datang panggilan dari seseorang. Sebuah nomor tak dikenal memenuhi layar ponsel wanita itu lalu mati dan tak lama pesan baru, masuk.[Christine, kau dimana? Aku ingin bertemu. - Adam.]Kemudian, muncul lagi satu pesan dari nomor yang sama. Melihat itu, Crystal mendengus lalu tertawa kecil. 'Benar, ku gunak
Pernikahan berakhir dengan manis dan lancar tanpa halangan. Para tamu yang kebanyakan dari pihak keluarga pun tidak terlalu banyak drama dan hanya fokus menyalami mempelai pengantin.Christine pun demikian. Sebagai pihak yang paling tidak ingin keduanya bahagia itu ternyata tidak hadir ke acara pernikahan mereka entah apa alasannya. Namun, Crystal tidak mempedulikan itu dan memilih fokus pada apa yang ada di depannya saat ini.Pesta berlangsung hingga malam. Edward tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang. Ia pun pergi dari panggung meninggalkan Crystal yang hanya bisa menghela nafasnya, pelan.'Huh! Bukankah ini curang namanya. Dia memintaku harus profesional menjalankan peran, tapi dia sendiri tidak bisa bersikap baik padaku yang merupakan istri bisnisnya.' Batin Crystal sebal.Sampai acara makan-makan dengan keluarga selesai, Edward tidak kunjung kembali. Crystal pun terpaksa harus menyusul Edward ke tempat yang mungkin dikunjungi pria itu karna pihak keluarga Ch
Pendeta, Crystal, dan Ditrian menatap Edward dengan wajah tegang dan kaku. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Tanpa diperintah, Ditrian segera mundur ke belakang dan pergi dari altar. Sebelum pergi, ia berkata pada Edward. "A-akhirnya anda datang, Tuan Muda ...." Suara Ditrian bergetar.Edward melepaskan topi yang menutupi kepalanya dan membuangnya asal. Lalu naik ke altar dan berkata pada pendeta. "Ulangi!""Apa!?" Pendeta itu terpaku."Kubilang, ulangi upacaranya. Aku adalah suami asli wanita ini. Cepat!" Edward menatap sengit pendeta itu. Edward segera menarik cincin yang terpasang di jari manis Crystal lalu membantingnya dengan keras ke depan para hadirin.Lagi-lagi semua orang terperanjat. Crystal sendiri sudah tak tahu lagi bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Edward benar-benar sangat berani dan tindakannya sudah di luar batas nalar."B-baiklah! Tuan Charleston!" Pendeta pun hanya bisa menghela nafasnya.Upacara berlangsung dengan suas
Di sebuah ruangan penuh dengan bercak darah dan barang-barang rusak yang berserakan di sana sini. Buku, berkas-berkas yang sepertinya penting, lalu yang paling menonjol adalah dua orang yang tengah bergulat dengan permainan pertahanan fisik yang pada akhirnya di menangkan oleh salah satu dari mereka yang menundukkan pihak musuh dengan pistol.Suasana mencekam terasa lebih menggila saat pria itu menyeringai tajam."Kau tak mau mengaku?" Edward berdiri di atas tubuh seseorang dan menodongkan pistol tepat di dahi orang itu."K-kau! A-anak buah ... Snake-B! Bagaimana kau bisa ada di sini?!" jerit seorang pria yang terlentang di tanah dengan tubuh bersimbah darah."Ayolah! Aku sudah enam hari di sini. Aku harus pulang dan menikah!" desis Edward mengeluh lelah.Terdengar suara tawa dari belakang. Edward pun menoleh dan seketika menatap sinis seorang pria yang duduk dengan santai menikmati rokok di tangannya."Pulanglah! Aku akan mengurus sisanya," ucap pria itu ber
Di atas pesawat, dengan tangan kanan memegang kukis dan tangan kiri memegang bungkus plastik, Edward tak berhenti tersenyum menatap ke depan. "Lihat, kan? Berbisnis dengan wanita ini sangat memuaskan. Dan kalian masih bertanya kenapa aku segila itu mengejarnya?" gumamnya dalam.Kukis habis. Edward melipat bungkus plastik itu se-rapi mungkin dan memasukkannya ke kantong jaketnya. 'Sial, semakin dipikir semakin aku ingin membawanya.'Sementara itu, di kediaman utama Charleston."Saya sedikit mendapat informasi tentang Nona Crystal. Dari yang saya dengar dari kesaksian para pelayan dan pegawai di kediaman tuan muda, Nona memiliki kepribadian yang sangat baik dan ramah. Pagi ini pun ada insiden di mana nona memaafkan sikap tuan yang meninggalkan beliau tanpa pamit. Bahkan Nona memberi kukis buatannya untuk tuan muda."Mendengar itu, Sandrina kembali memijit kepala dan menghela napas berat. "Sudah kuduga, akan sulit bila lawannya adalah Crystal. Putri Delon yang satu ini memang terancang s
"Lapor, Tuan! Penjagaan ketat Nona sudah dimulai. Lalu, saya baru saja mendapat kabar dari rekan saya. Dia bertemu pria asing yang memperhatikan Nona dari atas pohon saat Nona jalan-jalan pagi di taman. Kami sedang dalam proses pengejaran." Ditrian melapor pada Edward yang sedang sibuk memakai dasi.'Sudah dimulai ternyata. Sial, aku sedikit lengah.' Batin Edward kesal."Di mana wanita itu sekarang?" Edward menoleh menatap tajam Ditrian.Ditrian cukup terkejut dengan tatapan itu. Ia pun menjawab dengan cepat, "Nona sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah."'Dia sedang sibuk dengan acara pernikahan. Bagus, tetaplah tenang seperti itu, Crystal.' Edward sedikit lega mendengarnya."Ah, saya lupa bilang. Tadi pagi, saya mendapat pesan dari Nyonya Marry."Edward mengeryit. "Ada apa?""Nona Crystal ingin makan siang bersama anda." Ditrian agak ragu mengatakannya. Pasalnya, apakah waktunya cukup karna Edward harus segera meninggalkan Miami dan terbang ke California beberapa saat lagi.E
Terbangun dari tidur nyenyak memang impian setiap orang. Apalagi untuk para penggila uang dan kekuasan seperti Edward. Namun, paginya lagi-lagi diganggu dengan suara teriakan melengking seseorang."Edward ... kenapa kau ada di sini? Hey! Bangunlah!" Crystal sendiri merasa dejavu menyadari mereka lagi-lagi tidur seranjang. Namun, yang cukup aneh adalah dirinya tidak merasakan sakit pada bagian bawahnya. Crystal bukannya cabul, tetapi dia cukup cepat memahami situasi.Merasa Crystal terlalu berisik, Edward menarik paksa tubuh Crsytal masuk ke dalam selimut lalu memeluk pinggang wanita itu dari belakang. "Aku ada kerjaan nanti siang, sekarang aku mau tidur. Jangan berisik atau kau ku buat tidak bisa berjalan seharian nanti."Suara parau Edward membuat Crystal bergidik ngeri. Inikah suara pria yang baru bangun tidur. Terdengar seperti suara harimau mengerikan yang sedang mengeram."B-baiklah! Tidurlah! Aku harus bangun dan makan pagi. Aku cukup lapar, Edward!" Crystal beralasan agar bisa
"Akhirnya selesai! Besok tinggal eksekusi. Malam ini, aku harus bersenang-senang sebelum berangkat besok ...," gumam Edward seraya melakukan peregangan otot. Kemudian, ia kembali mencium blazer yang melilit lehernya dengan penuh semangat. "Tapi, rasanya males banget harus ketemu pria itu."Edward melempar blazer Crystal ke ranjang. Kemudian, membuka kemejanya membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos. Ia melirik ke bawah. 'Kau pasti sudah sangat tersiksa, ya. Bersabarlah.'Edward masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terkena keringat. Sambil mandi, tak lupa dirinya bersemedi mengeluarkan beban yang selama ini dirasakan selama memikirkan Crystal."Ahh~ ogh! Yeah, I'll fuck you, Crystal. More and more. You're body so ... ugh! I want you so bad, Babe!"Selepas mandi, Edward kembali mendapati Marry yang berdiri dengan wajah tertunduk seperti menahan emosi. "Kenapa kau datang lagi?" tanya Edward sembari mengambil baju tidur yang terlipat rapi di atas ranjang."Anda benar-benar ke
Sementara itu, beberapa jam yang lalu di kamar Edward ..."Anu, Marry ... apa kau melihat blazer berwarna cream nude yang kuletakkan di sini?" Crystal berjalan kesana-kemari sibuk mencari sesuatu. Ia sangat yakin telah meletakkan blazernya di sofa bersama aksesorisnya. Namun, entah bagaimana tiba-tiba blazernya menghilang setelah ia mandi. "Padahal aksesorisnya masih ada, tapi ...."Marry tertunduk diam. Ia bingung ingin menjelaskan dari mana. Ia juga kesal dengan kebiasaan tuannya yang suka mengambil barang Crystal tanpa izin. Beberapa waktu lalu, Edward juga mengambil sapu tangan yang pinggiran kainnya terdapat ukiran renda bertuliskan nama Crystal yang entah tuannya dapat dari mana."Tuan Muda tadi mengambilnya, Nona."Dia tidak mungkin mengatakan itu."Saya tidak tahu, Nona. Saat saya datang ke sini, sudah tidak ada blazer yang Nona sebutkan tadi. Mungkin, Nona melupakannya di suatu tempat." Marry hanya bisa mengatakan itu. Ia tidak mau terlibat masalah dua manusia itu. Terlalu me