Share

ngamar 34 A

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 08:01:34

Beberapa saat sebelum nya,

Pesta pernikahan antara Dedi dan Agustina baru saja selesai. Agus pun langsung pulang ke rumahnya kontrakan dan meninggalkan Tina di aula hotel.

Tina yang melihat suami sirinya meninggalkan dirinya tanpa kata begitu saja terlihat kecewa. Perempuan itu pun lalu segera menuju ke kamar ganti dan mengganti drescode kebayanya.

Sementara itu Dedi berencana memboyong Agustina ke rumahnya. Lelaki itu menunggu Agustina yang sedang menyiapkan baju dan perintilannya ke dalam koper dan tas besar.

Tina yang sudah selesai menyiapkan bajunya untuk ikut ke rumah Dedi, berpamitan pada anak dan menantunya untuk menjenguk Agus, yang rumahnya hanya berjarak 300 meter dari kontrakaannya.

Tina yang sudah berada di depan kontrakan Agus, segera mengetuk pintu. Dia menunggu beberapa saat sampai Agus membukakan pintu untuknya. Wajah Agus terlihat tidak senang dan seperti baru saja menangis saat melihat kedatangan Tina.

Tina menatap Agus dengan iba, lalu bertanya pada lelaki itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 34 B

    Dedi berfikir sejenak, "sepertinya aku bisa membuat tempat gym itu menjadi milik ibu, tapi kita harus melenyapkan Om Agus dulu. Bagaimana? Apa Ibu bersedia jika Om Agus kita lenyapkan?" tanya Dedi menatap tajam pada mertuanya. Tina berpikir beberapa saat dan wajahnya langsung sumringah. "Baiklah, lenyapkan saja Agus agar Nita dan anak-anaknya tahu bagaimana rasanya kehilangan. Lagi pula aku sudah dibuang oleh Agus, kalau aku tidak bisa bahagia, Agus dan keluarganya juga tidak boleh bahagia!" sahut Tina berapi - api. "Baiklah, lenyapkan Agus dan jadikan tempat gymnya menjadi milik kita, tapi dengan satu syarat, jangan sampai polisi curiga. Apa kamu bisa melakukannya?" tanya Tina sambil menatap ke arah menantunya. Dedi menjentikkan jari telunjuk dengan jari tengah. "Oh itu urusan gampang! Saya punya kenalan orang yang bisa membereskan hal itu. Saya mempunyai kenalan pengacara handal untuk memanipulasi tanda tangan dan saya juga akan mengatur dengan rapi agar Om Agus bisa dilenyapkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 35 A

    Om Agus memberikan tempat gym itu sebagai hadiah pernikahan kami karena beliau merasa bersalah sudah tidak bertanggung jawab sejak Agustina lahir," ujar Dedi penuh dengan rasa percaya diri membuat Nita terkejut. "Apa? Mas Agus memberikan tempat gym nya padamu? Itu tidak mungkin!" ujar Nita tercengang.Dedi tersenyum penuh kemenangan. "Kenapa menurut tante tidak mungkin? Bukankah sah saja seorang ayah memberikan warisan pada anaknya, yah walaupun anak dari pernikahan siri sih, tapi Om Agus memberikannya sebagai bentuk hadiah dan hibah karena merasa bersalah telah menelantarkan Agustina selama ini," ujar Dedi penuh kemenangan. Nita masih terdiam, saat Ratna mendekatinya. "Bun, jangan dibahas sekarang. Kuburan Ayah belum kering," bisik Ratna mengingatkan. "Semua harus di bereskan hari ini atau maksimal besok. Bunda tidak mau orang yang tidak berhak menerima warisan ayah mengaku-ngaku dan membuat bukti palsu tentang warisan Ayah," ujar Nita. Dedi tertawa. "Hahaha! Rupanya Tante tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 35 B

    Randi hanya mengangguk-manggut. "Ya sudah, kalau begitu aku bantu ya," ujar Randi lalu mulai memeriksa bahan makanan yang ada di kulkas LG side kafe mereka. "Apa yang kamu lakukan, Randi?" tanya Ratna yang terkejut saat melihat Randi yang juga ikut-ikutan jongkok di depan kulkas besar kafe mereka. "Aku ingin membantumu, biar kamu lebih cepat pulang. Sudah jam sepuluh malam dan kafenya juga sudah sepi sekali," kata Randi melihat Ratna. Ratna tersenyum. "Ini kan tanggung jawab aku sebagai kepala koki. Untuk memastikan semua bahan makanan dalam keadaan lengkap." "Makanya aku bantu juga, aku juga sebagai pengelola kafe kan juga ikut bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan makanan, bukan kamu saja," ucap Randi. "Ya sudah kalau kamu memang ingin membantuku." Ratna dan Randi dengan cekatan menghitung makanan mentah yang tersisa di kulkas dan bahan makanan yang besok akan diperlukan. "Hm, yak, akhirnya sudah selesai. Sekarang kita pulang yuk," ujar Ratna sambil menutup pintu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 36 A

    Ratna dan Randi menoleh ke asal suara, dan mereka melihat Susi yang sedang membawa keranjang belanja menatap mereka berdua dengan mata berkaca - kaca. Ratna terkesiap saat melihat Susi dan ibunya yang berdiri di depannya. Ratna melepas pegangan tangannya dari tangan Randi dan mendekat kearah teman adiknya itu. "Baiklah, mumpung kamu di sini, meskipun kurasa ini adalah waktu yang tidak tepat, datanglah ke kafe gaul jam 9 pagi. Aku akan menjelaskan semuanya." Ratna menjeda kalimat nya sejenak lalu menoleh ke sekeliling nya. Suasana pasar cukup ramai di pagi ini. Dan tidak memungkinkan untuk membicarakan hal pribadi yang sensitif saat ini. "Apa lagi yang ingin mbak katakan? Semua sudah jelas. Mbak Ratna adalah pagar makan tanaman. Mbak Ratna berjanji bawa Mbak Ratna akan menjodohkan aku dengan Randi, tapi sekarang apa yang aku lihat? Mbak Ratna malah menjadikan Randi sebagai pacar sendiri. Mbak Ratna mengingkari janji dan berkhianat padaku!" seru Susi dengan marah. "Aku melakukan hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 36 B

    "Untuk melihat surga bagi calon anak-anak kita kelak," ujar Randi sambil tertawa. Ratna tertawa seraya mendaratkan cubitan di pundak Randi."Ah kamu ini bisa aja," kata Ratna. Randi pun tersenyum melihat Ratna tersipu malu."Oh ya mbak, aku ingin sekali ulang tahun ku kali ini, aku mendapatkan kado dari mu," ujar Randi penuh harap. "Kamu minta kado apa, Rand? Kalau aku mampu, pasti akan ku penuhi," kata Ratna."Aku mau kado ulang tahunku itu tangan kamu, Mbak", sahut Randi. Ratna melongo. "Tanganku? Buat apa tanganmu?" tanya Ratna bingung. "Ya biar cintaku tidak bertepuk sebelah tangan," ujar Randi lagi sambil tertawa. Ratna tertawa mendengarkan ucapan Randi. "Kamu sudah mendapatkan cintaku, Ran. Tinggal mengesahkan saja. Semoga aku segera sembuh dari traumaku dan kita bisa bahagia bersama," ujar Ratna. "Aamiin," sahut Randi. "Oh ya Mbak, aku punya beberapa voucher dari teman-teman aku yang buka salon barangkali kamu minat. Bisalah ambil libur sama aku. Kita facial bareng. Walaup

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 37 A

    Agung yang panik, segera menghentikan mobil di pinggir jembatan dan menghambur ke arah Susi. "Apa yang kamu lakukan?! Turun, Sus!" seru Agung dengan panik. Susi yang melihat kedatangan Agung, tidak mengindahkan nya. Dia justru membungkuk dan mengulurkan tangannya ke bawah jembatan, seolah - olah hendak melompat turun dari besi pembatas jembatan. "Astaghfirullah, Sus! Turun! Masih ada aku!" seru Agung memeluk tubuh Susi dari belakang. Susi mendelik ke arah Agung. Beberapa orang yang melewati jembatan, mulai berhenti dan memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam peristiwa itu ke ponsel mereka. "Kamu apa- apaan sih, Gung?! Kamu bisa bikin aku malu lho! Jangan peluk- peluk aku! Kita diliatin orang banyak tuh!" seru Susi sambil menatap orang di sekeliling nya. Agung mengacuhkan seruan Susi dan tetap memeluk tubuh gadis itu. "Enggak. Aku nggak akan melepaskan kamu sampai kamu turun dari sini! Jangan bunuh diri, Sus! Kalau kamu b u n uh d i ri, aku bagaimana!?" tanya Agung bersikera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 37 B

    "Hm, susah, Gung. Aku telanjur berharap mbak Ratna membantu hubungan ku dengan Randi," ujar Susi lirih. Suasana hening sejenak. Kedua nya penuh dengan pikiran masing-masing. "Gung, tadi kamu bilang di jembatan masih ada aku kan? Maksudnya apa?!" tanya Susi. Agung melirik gadis itu. Nyaris tiga tahun bekerja dalam satu instansi tidak juga membuat Agung berani menyatakan cintanya. Agung takut ditolak, dan mengakibatkan hubungan nya dengan Susi semakin merenggang. Tapi Agung merasa tidak akan bisa menyatakan cintanya jika bukan hari ini. "Aku.. mencintai kamu sejak kita bertemu pertama kali di rumah sakit," ujar Agung menjeda kalimat nya. Susi mendelik. "Hah? Kok aku nggak tahu?" tanya gadis itu. Agung hanya nyengir. "Yah, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku diam saja dan nggak memberikan tanda apa pun tentang perasaanku. Lagipula, aku tahu kalau kamu mencintai Randi dan di hatimu hanya ada Randi. Iya kan?!" tanya Agung. Susi menghela napas panjang. "Hhh, jangan cerita soal Randi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 38 A

    "Wah, Ibu keren sekali! Sip! Luar biasa! Ibu ini sudah cantik, lincah lagi!" ujar Dedi sambil tersenyum dan merapikan bajunya. Tina tersipu malu. Jauh di dalam hatinya tersimpan rasa bersalah karena telah melakukan hal itu dengan sang menantu. 'Duh, sudah terlanjur basah. Ya sudah mandi sekalian deh. Lagi pula Dedi juga bisa - bisanya tahu jika aku beberapa kali melihat film dewasa,' batin Tina. Dedi meraih dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan. "Ini untuk jajan ibu. Kalau kurang, bilang saja. Atau ibu mau kuantar periksa ke dokter?!" tawar Dedi dengan senyum terkembang. Tina menggeleng. "Mungkin ibu hanya meriang, merindukan kasih sayang. Tapi setelah kamu datang, ibu sudah merasa enakan," sahut Tina malu- malu. Dedi tertawa. "Ya sudah, kalau begitu saya berangkat ke tempat gym dulu, Bu. Kalau butuh apa - apa, telepon saja. Pergi dulu, Bu," pamit Dedi sambil berlalu.Lelaki itu tersenyum puas sambil melajukan mobilnya menuju ke tempat gym. "Ah, mujur sekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status