Share

ngamar 29 A

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2024-11-28 06:34:42

Beberapa saat sebelum nya,

"Kamu tega sekali! Masa lulusan S1 ekonomi jadi OB sih, Randi!?" tanya Dedi dengan nada tak suka.

Randi melihat Dedi dan menghela napas panjang.

"Memangnya kenapa kalau menjadi OB? Yang penting kan halal. Sekarang banyak kok sarjana yang mempunyai pekerjaan yang nggak nyambung dengan title. Lancar - lancar saja. Asalkan ulet dan cekatan. Banyak pula yang lulusan SMA tapi mempunyai penghasilan lebih tinggi daripada sarjana karena mereka nggak gengsi dan nggak pilih- pilih pekerjaan.

Daripada enggak ada kerjaan atau punya pekerjaan tapi haram, ya mending pekerjaan apapun asal halal. Memangnya bisa makan gengsi?!" tanya Randi menatap kakaknya dengan serius.

Dedi meletakkan sendoknya di atas piring.

'Duh, sudah capek - capek membuat rencana membakar pagar kafe untuk bekerja di kafe Randi, malah permintaanku ditolak lagi,' keluh Dedi dalam hati.

Dedi pun memilih berdiri dan meninggalkan makan siangnya yang baru berkurang beberapa sendok.

"Nggak usah, deh.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 29 B

    "Aku mau menempati rumah baruku sekarang, Randi," ujar Dedi sambil menyeret kopernya ke hadapan Randi yang sedang duduk di ruang tengah melihat tivi. Randi mengangkat wajahnya dan melihat sang kakak yang sedang mengotak atik ponselnya."Ya syukur lah kalau mas Dedi bisa membeli rumah lagi. Emangnya kamu kerja apa, Mas? Cepet banget beli rumah, memangnya kamu kerja apa, Mas?" tanya Randi penuh selidik. Dedi seketika menyimpan ponselnya di saku celana. "Yang jelas bukan sekedar menjadi office boy di rumah sakit tempat kamu bekerja," ujar Dedi dengan nada mencemooh. "Tapi pekerjaan kamu halal kan, Mas?" tanya Randi penuh selidik. Dedi langsung mendelik. "Apa maksud kamu bicara seperti itu, Randi!? Kamu iri dengan rejeki dan keberuntungan aku!?" tanya Dedi sengit. Randi menggeleng. "Sama sekali tidak! Aku justru tidak ingin mas Dedi menjalani pekerjaan haram hanya agar cepat mendapat uang,” ujar Randi tegas. " Kasihin orang tua kita jika mereka tahu kalau pekerjaan mas Dedi haram,

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 30 A

    "Ceraikan aku, Mas! Aku ingin bebas dari bayang- bayang kesalahan masa lalu kamu!" tukas Nita tegas. Agus tampak terkejut dengan keputusan Nita. "Kamu serius mengatakan hal itu?!" tanya Agus, menatap sang istri tak percaya. "Iya, Mas. Aku... Ternyataa tidak bisa hidup dengan kamu yang telah membohongi ku sejak awal pernikahan," ujar Nita dengan mata berkaca. Agus berdiri dan segera berlutut di depan istri sahnya. "Maafkan aku, Nit. Maafkan aku! Aku sungguh tidak bermaksiat untuk membohongi mu. Aku khilaf di masa lalu dan menikah siri dengan Tina saat KKN. Dan aku tahu jika kita awalnya memang dijodohkan, tapi aku benar-benar jatuh cinta padamu, Nit! Jangan tinggal kan aku!" ujar Agus menghiba. Nita menatap suami nya dengan nanar. "Kalau kita mempertahankan rumah tangga kita hanya demi anak, kamu dan aku akan sama - sama tersiksa. Aku tersiksa karena membayang kan kamu yang pernah membohongi ku dengan menikahi perempuan lain sebelum denganku. Dan kamu pasti akan tersiksa juga ji

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 30 B

    Ratna dan Agung segera memeluk sang bunda sambil bertangisan. "Maafkan bunda! Maafkan karena bunda membuat keluarga kita terpecah. Bunda sungguh tidak kuat serumah dengan ayah kalian. Maafkan bunda karena telah membiarkan Augustina menang!" ujar Bunda dalam dekapan kedua anaknya. "Iya, Bunda. Kami mengerti. Bunda tenang saja. Kami tetap di sini untuk menjaga bunda," ujar Ratna dan Agung hampir bersamaan. *Agus mengendarai mobilnya dengan perasaan masygul. Dia menuju ke gedung gym miliknya. Dalam hati menimbang- nimbang akan bermalam dimana untuk sementara waktu. Dengan langkah gontai, Agus memasuki gedung gym nya lalu mulai memeriksa berbagai peralatan di sana. Satu per satu berdatangan lah pelatih yang bekerja di tempat gymnya, diikuti dengan member lama dan member baru. Agus terlihat melamun saat seorang pelatih yang bekerja di tempat gymnya menghampirinya. "Kenapa Bos? Kucel amat wajahnya? Kayak enggak diberi jatah sama bini berhari-hari," tegur salah seorang pelatihnya. Agu

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 31 A

    Pak RT dan para pengunjung warung pun tercengang, sementara wajah Agus merah padam. "Lho, jadi pak Agus ini suaminya Bu Tina?" tanya Pak RT dengan wajah bingung. Baru saja Tina hendak menjawab pertanyaan dari Pak RT, saat Agustina menyela. "Betul, Pak RT, beliau ayah saya, namanya Agus dan ibu saya bernama Tina, jadi saya diberi nama Agustina," sahut Agustina mantap. Sementara itu Agus semakin salah tingkah. Pak RT langsung menangkap arah pembicaraan Agustina dan mengira Agus dan Tina adalah pasangan suami istri yang sudah bercerai."Hm, jadi begitu. Baiklah, saya harap walaupun sudah berpisah, pak Agus dan bu Tina tetap menjaga kerukunan di kampung ini ya?! Bapak dan ibu tinggal di satu komplek perumahan dengan saya. Kalau ada masalah atau beda pendapat, boleh meminta saran saya atau warga desa yang dituakan. Tidak usah takut atau malu," ujar pak RT sambil menatap Agus dan Tina bergantian. Keduanya mengangguk dengan kikuk. Agustina mendekat ke arah bu RT yang sedang mengantarkan

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 31 B

    Suasana hening sejenak. "Mas, jangan kebanyakan mikir! Kalau kamu bersedia, aku akan menjaga omongan ku sekaligus omongan Si Agustina agar dia nggak nyebarin informasi tentang masa lalu kamu yang menelantarkan kami. Tapi kalau kamu tidak mau ya, siap - siap saja kamu menjadi bahan gibah semua orang di komplek perumahan ini!" ujar Tina tersenyum menyeringai. "Baiklah, aku bersedia untuk menikah kan Agustina. Bagaimana pun kan dia anak yang terlahir dari pernikahan yang sah secara agama," ujar Agus akhirnya. ***Sebulan kemudian, "Mbak, ada undangan dari mantan nih!" ujar Agung yang baru saja masuk ke dalam rumah. Dia membawa sepucuk undangan berwarna emas dan menyerahkan nya pada Ratna. Ratna menatap undangan itu sekilas. "Wah, mereka jadi menikah akhirnya," ujar Ratna sambil membaca nama yang tertera di surat undangan itu. "Apa mbak Ratna mau datang?" tanya Agung pada kakaknya. Ratna terdiam sejenak. "Hadeh, aku malas. Mending buat kerja di kafe saja," ujar Ratna mencebik. Agu

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 32 A

    "Hah? Jadi selama ini Agung mencintai Susi? Tapi Susi malah mencintai Randi, teman Agung," gumam Ratna kaget. Dia lalu menyimpan foto - foto dan surat - surat yang ditulis Agung untuk Susi di kamarnya, kemudian meminta mbok Siti untuk menyetrika gaun nya dan baju Agung yang akan dipakai di acara resepsi pernikahan Dedi. Agung pulang ke rumah dengan terburu-buru lalu masuk ke dalam kamarnya dan membuka lemari. Dengan panik, lelaki muda itu memeriksa tiap helai pakaiannya. Beberapa saat memeriksa tumpukan baju, Agung duduk di ranjang dengan kecewa. Lalu dia menghela napas panjang dan memeriksa lipatan baju di lemari nya sekali lagi. "Apa kamu mencari ini?" tanya Ratna berdiri di depan pintu kamar adiknya. Agung menoleh ke arah suara dan terhenyak saat melihat Ratna yang memegang surat- surat dan foto Susi. "Mbak, tolong kembalikan!" seru Agung mendekat ke arah Ratna. Tapi Ratna justru menyembunyikan foto dan surat milik Agung tersebut di balik punggung nya. "Tenang. Aku pasti meng

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 32 B

    "Belum. Belum terpikir tentang hal itu. Aku hanya ingin menjalani waktu dulu dan memberikan kesempatan bagi ku dan Randi agar lebih saling mengenal. Mumpung masa iddahku sudah selesai. Kalau untuk menikah lagi, sejujurnya aku masih takut diselingkuhi kembali. Tapi setidaknya jika aku dengan Randi, kamu kan ada kesempatan untuk mendekati Susi. Tunjukkan sinyal kamu jatuh cinta sama dia. Jangan diam saja. Dia mana tahu perasaan kamu. Cinta itu datang karena terbiasa. Witing tresno soko saking jalaran kulino, kata orang Jawa," jelas Ratna panjang lebar. "Hm, baiklah! Aku akan meraih dan mendapatkan cintaku. Minimal biar dia tahu perasaanku dan memberikan kesempatan kami untuk saling mengenal!" tekad Agung. "Nah, gitu dong. Ya sudah, ayo siap -siap berangkat ke pernikahan mantan ku," ujar Ratna sambil mengacungkan kedua jempolnya. *Ratna dan Agung memasuki aula hotel mahkota dengan dress code yang telah ditentukan. Ratna tampak cantik dan anggun dengan make up flawless ala Korea deng

    Last Updated : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 33 A

    "Tentu saja. Bagaimana? Apa tawaran kamu padaku masih berlaku atau sudah ada yang baru?" tanya Ratna dengan pipi yang bersemu merah. Randi menelan ludah. Jika tidak ingat bahwa ini adalah resepsi pernikahan kakaknya, dia sudah melompat dan memeluk Ratna. Randi yang pada awalnya merasa bete dan kesal karena merasa dipaksa untuk menemani sang kakak di pelaminan, sekarang perasaan kesalnya mendadak hilang. "Tentu... Tentu masih. Aku masih menunggu kamu membalas perasaan ku, Mbak," ujar Randi tulus seraya menatap Ratna dengan wajah sumringah. Agung yang berdiri di belakang Ratna dan sedang mengantri untuk bersalaman dengan keluarga pengantin sampai harus berdehem karena merasa lama saat menunggu gilirannya. "Ehem, duh, aku tahu kalian sedang bahagia! Tapi cepetan dong salamannya. Banyak yang ngantri salaman nih," bisik Agung, membuat Ratna dan Randi saling melepas jabatan tangan mereka. "Kalau begitu, sampai jumpa besok di kafe. Dan aku akan berusaha membuatmu bahagia, Mbak," bisik Ra

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status