Now I know
All I need is you
Seharian itu, Annabeth sengaja tetap di kamar, memikirkan pertanyaan Dean padanya kemarin.
Menikah?
Annabeth menghela napas. Ya, ia mencintai Dean, tapi … menikah? Kenapa itu terasa … aneh bagi Annabeth? Apa mungkin karena dulu ia bekerja sebagai Wedding Organizer?
Tidak, bukan itu. Hanya saja … untuk apa pernikahan ini? Untuk siapa pernikahan ini? Toh bukan berarti mereka bisa mengundang tamu di pesta pernikahan mereka.
Setelah seharian berkutat sendiri dengan berbagai macam pertanyaan tentang perlunya pernikahan, Annabeth akhirnya keluar kamar. Gabe juga tampak sudah keluar kamar dan sedang menonton televisi, sementara Dean duduk di sebelah Gabe, tapi sedang memeriksa sesuatu di laptopnya.
Annabeth berjalan hati-hati ke ruang keluarga dan duduk di sofa lain. Dean mendongak sekilas dan tersenyum kecil pada Annabeth sebelum kembali men
I can spend foreverIf it’s with you“Dengan ini, aku menyatakan kalian sebagai suami-istri,” ucap Gabe, menutup upacara pernikahan Dean dan Annabeth itu.Lalu, Dean dan Annabeth bertukar cincin, saling tersenyum, dan … sudah. Selesai. Mereka lalu menatap sekeliling. Saat ini, mereka ada di ruang tamu rumah Dean yang sudah dikosongkan dan dihias dengan kain-kain putih dan bunga di sekelilingnya. Sementara, di ruang keluarga, tampak sofa-sofa di ruang tamu, bertumpuk di satu sisi.Baru semalam mereka merencanakan pernikahan dan sejak semalam mereka pergi entah ke mana. Lalu, malam ini, mereka pulang membawa barang-barang untuk persiapan pernikahan. Hanya dalam satu jam, mereka menata ruang tamu menjadi tempat pernikahan. Gabe bahkan tak tahu dari mana Dean mendapat kain-kain putih dan bunga-bunga itu. Ketika Gabe keluar kamarnya karena mendengar suara berisik, dan semua barang-barang itu sudah ada di
You’re all that I needYou’re all that I wantAnnabeth yang duduk bersandar di atas tempat tidur, menatap Dean heran ketika pria itu masuk ke kamarnya.“Apa sebenarnya yang kau dan Gabe bicarakan?” tanya Annabeth. “Video apa?”Dean berdehem. “Bukan apa-apa,” jawabnya.Annabeth mengerutkan kening. “Lalu, kenapa kau kemari? Kenapa tidak ke kamarmu?” tanyanya.Dean mengerjap. “Karena kita sudah menikah.”“Lalu?”Dean berdehem lagi. “Bukankah suami-istri seharusnya tidur bersama?”Annabeth mengerjap. “Ah, begitukah?”Dean mengangguk. “Ya, begitu.” Dean lalu menghampiri Annabeth dan duduk di tempat tidur, memunggungi Annabeth.“Tapi, kita berdua kan, tidak akan tidur?” sebut Annabeth.Dean mengangguk. “Benar. Karena itu, meski kita di sin
We can take it slowWe have all the times In the world Setelah Gabe pergi tidur malam itu, Annabeth dan Dean masih di ruang keluarga dan melihat-lihat dari laptop Dean, tujuan pertama mereka besok.“Gabe sudah memesan tiket pesawat untuk kita juga,” beritahu Dean.Annabeth mengangguk. “Di sana, kita bisa menyeberang ke pulau kecil tak jauh dari sana. Apa menurutmu akan banyak mangsa buruan di sana?” Annabeth antusias.Dean berpikir sejenak. “Pulau itu kosong dan tidak ada satu pun penghuni manusia di sana. Untuk hewan di sana … kurasa ular pasti ada. Beruang dan yang lainnya … aku tidak yakin. Tapi, pulau itu cukup besar dan bisa jadi ada beruang yang berenang ke sana. Patut dikunjungi.”Annabeth mengangguk puas. “Apa kita bisa membeli pulau itu? Bagaimana jika kita memlihara beruang di sana untuk stok makanan kita?”Dean me
Apa yang tak bisa kembaliSelalu menjadi penyesalan“Aku benar-benar benci matahari,” ucap Annabeth begitu pelan, tapi masih bisa didengar Dean.“Kau harus mulai membiasakan diri,” Dean membalas.“Kalian juga harus membiasakan diri untuk tidak menghancurkan barang-barang di rumah.” Gabe.Dean berdehem.“Dean, biarkan aku mengubahnya menjadi vampir agar dia tahu betapa menyebalkannya kekuatan vampir,” desis Annabeth.Mengejutkan Dean, Gabe masih bisa mendengar itu dan membalas, “Begitu aku menjadi vampir, yang pertama akan kuhajar dengan kekuatanku adalah kau.”“Bagaimana jika aku mengubahmu begitu kita turun?” tantang Annabeth.“Dean!” Gabe kali ini mengadu pada Dean dengan kesal dan cukup keras, hingga pembuat salah satu pramugari menghampiri kursi Gabe dan menanyakan jika dia memerlukan sesuatu.
Why would we wantThings we can’t get back again?Dean dan Annabeth berjalan menyisiri pantai dengan memakai jaket dan tudung jaket terpasang di kepala mereka. Kacamata hitam bertengger menutupi mata mereka.“Ini tidak buruk juga,” komentar Annabeth.Dean tersenyum geli di sebelahnya. “Kau baik-baik saja?” tanyanya memastikan.“Sedikit terasa panas, tapi tidak begitu menyiksa seperti sebelumnya,” terang Annabeth.Dean mengangguk puas mendengarnya. “Semakin lama kau akan tidak terpengaruh dengan matahari seterik apa pun dan bisa pergi ke mana pun yang kau inginkan, kapan pun itu,” urai Dean.“Mungkin akan terasa sakit jika aku keluar di siang hari tadi,” ucap Jeanna. Di dalam mobil yang sudah memakai kaca segelap itu pun, aku masih bisa merasakan panasnya.”“Daya tahanmu cukup bagus, Annabeth. Hanya dalam sebulan, kau su
Just the two of usLike how it should beDean menoleh pada Annabeth yang menarik napas dalam-dalam ketika mereka memasuki pulau itu.“Ini jauh lebih baik dari di kota,” ucap Annabeth.Dean mendengus geli. “Bahkan meski kau tak membutuhkan udara, kau masih pilih-pilih tentang itu?”“Meski kita tidak butuh udara, tapi kita tetap bisa menciumnya, kan?” balas Annabeth. “Daripada asap kendaraan, udara di sini jauh lebih baik.”Dean mengangguk setuju. “Sekarang, bagaimana kalau kita berpencar dan nanti bertemu di sini lagi?” Dean menawari.Annabeth mengangguk, lalu menunjuk ke arah kiri. “Aku ke sana.”“Oke. Sampai jumpa nanti, kalau begitu,” Dean berkata. “Dan pastikan kau memanggilku jika kau membutuhkanku.”Annabeth mendengus meremehkan, lalu melesat pergi. Dean mendengus pelan melihat itu. Dengan
Even if I have foreverI wish time would stopWhen I stare at you beautiful eyes“Pengendalian diri yang bagus,” komentar Annabeth sembari memakai kausnya. “Setidaknya kau hanya menghancurkan setengah batunya. Aku sudah siap berduka cita untuk batu itu tadi.”Dean meringis, tak mendebat, sembari membantu merapikan rambut Annabeth.“Apa aku tampak seperti baru bercinta gila-gilaan denganmu?” tanya Annabeth lugas.Dean berdehem. “Yeah, itu tadi memang gila,” Dean menanggapi.Annabeth memutar mata. Ia sudah akan meninggalkan Dean, tapi kemudian berbalik dan menatap Dean, lalu merapikan rambut pria itu yang berantakan karena ulahnya.“Kau juga tampak seperti baru bercinta gila-gilaan,” ucap Annabeth.Dean tergelak, lalu merangkul pinggang Annabeth dan mencium bibirnya sekilas. “Kau yang memulai, Annabeth.&rdquo
If I canI would give you the worldEven if you have my world already “Kau akan pergi ke mana?” tanya Gabe ketika Dean akan pergi di tengah sarapannya.“Aku harus mengecek ke suatu tempat,” jawab Dean. “Kurasa kita bisa pergi untuk mengecek hotelnya nanti malam. Sekalian kita mencari di mana para hantunya.”Gabe mengangguk. “Tapi, kau mau pergi ke mana?” tanyanya. “Dengan Annabeth?”Dean menggeleng. “Annabeth akan tetap di sini bersamamu. Atau kalian bisa berbelanja online.” Dean menoleh pada Annabeth yang mengerutkan kening.“Berbelanja?” tanya Annabeth.Dean mengangguk. “Pulau, rumah yang jauh dari pemukiman, kapal, mobil,” sebut Dean. “Kau bilang, kau ingin bisa melakukan semuanya, kan?”Annabeth mengangguk kuat.“Melakukan … apa?” Gabe
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam
No matter how mad I at youI can’t leave you Jane biasa mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Namun, ketika serangan dibuat berlapis seperti ini … merepotkan juga. Belum lagi hujan tembakan dari jarak jauh seperti ini. Hingga tiba-tiba, sesuatu melesat cepat, mengempaskan barisan lingkaran vampir yang menerjang ke arah Jane.Jane terkejut mendapati keberadaan Dean di sana. Tak hanya Dean, tapi Annabeth juga tampak melumpuhkan belasan vampir sekaligus, membuat mereka jatuh berlutut, lemas, seolah kehabisan kekuatan. Tak hanya itu, gadis itu lantas melompat tinggi dan membakar satu lingkaran vampir yang mengepungnya.Namun, serangan terus berlanjut. Meski, tak ada harapan bagi lawan mereka untuk menang. Jane melompat meninggalkan medan pertempuran untuk menangkap para penembak dalam jangkauan kekuatannya. Saat itulah, Jane sekilas melihat Owen di dahan salah satu pohon, dan ada sosok yang mendek
The risk of powerThe risk of being the strongest Dean menunduk menatap Owen yang sejak mereka pergi tadi terus menyurukkan kepala di dada Dean. Dean akhirnya berhenti ketika mereka sudah memasuki kota sebelah. Annabeth menghampirinya.“Ada apa, Dean?” tanya Annabeth.Dean tak menjawab, tapi ia menunduk menatap Owen di gendongannya.“Owen,” panggil Annabeth.Owen mendongak menatap Annabeth dengan wajah muram.“Kau kenapa? Apa kau takut karena Dad bergerak terlalu cepat?” tanya Annabeth lembut.Owen menggeleng.“Lalu, kenapa?” tanya Annabeth lagi.“Aunt Jane,” sebut Owen.Dean menegang mendengar Owen menyebutkan nama itu.“Ada apa dengan Aunt Jane?” Annabeth mengambil alih Owen ke gendongannya.“Aunt Jane pergi ke mana, Mom?” tanya Owen.“Dia harus melakukan sesuatu,
Sometimes we broke each otherCause we’re too much care each otherSetelah Jane pergi seperti tadi, Owen tampak murung. Maka, seharian itu Annabeth mengajak Owen mengobrol dan bermain untuk menghiburnya. Meski tetap saja, malam itu Owen masih tampak murung dan memutuskan untuk pergi ke tenda sendirian.Setelah Owen masuk ke tenda, Annabeth menghela napas dengan tatapan sedih ke arah tenda tempat Owen berada. Dean yang sedari tadi hanya mengamati, melompat ke hadapan Annabeth.“Apa yang membuatmu murung, Annabeth?” tanya Dean.Annabeth menatap Dean. “Dean, aku merasa … ini tidak benar.”“Apa yang kau bicarakan?” Dean kembali bertanya.“Jane… kita …” Annabeth menggeleng. “Seharusnya tidak seperti ini, kan?”Dean menatap tepat ke mata Annabeth. “Lalu, seharusnya seperti apa?” Dean b