Why would we want
Things we can’t get back again?
Dean dan Annabeth berjalan menyisiri pantai dengan memakai jaket dan tudung jaket terpasang di kepala mereka. Kacamata hitam bertengger menutupi mata mereka.
“Ini tidak buruk juga,” komentar Annabeth.
Dean tersenyum geli di sebelahnya. “Kau baik-baik saja?” tanyanya memastikan.
“Sedikit terasa panas, tapi tidak begitu menyiksa seperti sebelumnya,” terang Annabeth.
Dean mengangguk puas mendengarnya. “Semakin lama kau akan tidak terpengaruh dengan matahari seterik apa pun dan bisa pergi ke mana pun yang kau inginkan, kapan pun itu,” urai Dean.
“Mungkin akan terasa sakit jika aku keluar di siang hari tadi,” ucap Jeanna. Di dalam mobil yang sudah memakai kaca segelap itu pun, aku masih bisa merasakan panasnya.”
“Daya tahanmu cukup bagus, Annabeth. Hanya dalam sebulan, kau su
Just the two of usLike how it should beDean menoleh pada Annabeth yang menarik napas dalam-dalam ketika mereka memasuki pulau itu.“Ini jauh lebih baik dari di kota,” ucap Annabeth.Dean mendengus geli. “Bahkan meski kau tak membutuhkan udara, kau masih pilih-pilih tentang itu?”“Meski kita tidak butuh udara, tapi kita tetap bisa menciumnya, kan?” balas Annabeth. “Daripada asap kendaraan, udara di sini jauh lebih baik.”Dean mengangguk setuju. “Sekarang, bagaimana kalau kita berpencar dan nanti bertemu di sini lagi?” Dean menawari.Annabeth mengangguk, lalu menunjuk ke arah kiri. “Aku ke sana.”“Oke. Sampai jumpa nanti, kalau begitu,” Dean berkata. “Dan pastikan kau memanggilku jika kau membutuhkanku.”Annabeth mendengus meremehkan, lalu melesat pergi. Dean mendengus pelan melihat itu. Dengan
Even if I have foreverI wish time would stopWhen I stare at you beautiful eyes“Pengendalian diri yang bagus,” komentar Annabeth sembari memakai kausnya. “Setidaknya kau hanya menghancurkan setengah batunya. Aku sudah siap berduka cita untuk batu itu tadi.”Dean meringis, tak mendebat, sembari membantu merapikan rambut Annabeth.“Apa aku tampak seperti baru bercinta gila-gilaan denganmu?” tanya Annabeth lugas.Dean berdehem. “Yeah, itu tadi memang gila,” Dean menanggapi.Annabeth memutar mata. Ia sudah akan meninggalkan Dean, tapi kemudian berbalik dan menatap Dean, lalu merapikan rambut pria itu yang berantakan karena ulahnya.“Kau juga tampak seperti baru bercinta gila-gilaan,” ucap Annabeth.Dean tergelak, lalu merangkul pinggang Annabeth dan mencium bibirnya sekilas. “Kau yang memulai, Annabeth.&rdquo
If I canI would give you the worldEven if you have my world already “Kau akan pergi ke mana?” tanya Gabe ketika Dean akan pergi di tengah sarapannya.“Aku harus mengecek ke suatu tempat,” jawab Dean. “Kurasa kita bisa pergi untuk mengecek hotelnya nanti malam. Sekalian kita mencari di mana para hantunya.”Gabe mengangguk. “Tapi, kau mau pergi ke mana?” tanyanya. “Dengan Annabeth?”Dean menggeleng. “Annabeth akan tetap di sini bersamamu. Atau kalian bisa berbelanja online.” Dean menoleh pada Annabeth yang mengerutkan kening.“Berbelanja?” tanya Annabeth.Dean mengangguk. “Pulau, rumah yang jauh dari pemukiman, kapal, mobil,” sebut Dean. “Kau bilang, kau ingin bisa melakukan semuanya, kan?”Annabeth mengangguk kuat.“Melakukan … apa?” Gabe
What is it that you’re afraid of?I’m hereKetika Dean, Annabeth, dan Gabe memasuki hotel itu, Dean langsung merasakan aura gelap dan berat di sana. Hotel ini bergaya vintage dengan penerangan redup dari lampu bercahaya kuning.Gabe memesan satu kamar di setiap lantai hotel itu. Lantai pertama adalah lobi, lantai dua gedung serbaguna, lantai tiga kafe dan restoran, lantai lima hingga lantai sepuluh adalah kamar hotel.Dari lobi, mereka pergi ke lantai dua untuk mengecek gedung serbaguna hotel itu. Ada empat ruangan di sana. Dua ruangan yang besar dan dua lainnya ruangan yang lebih kecil. Namun, ketika mereka tiba di sana, semua ruangan itu gelap. Tidak ada aktivitas. Hanya suara langkah mereka dan gaungnya yang terdengar kemudian.“Aku akan mengecek ke kanan, kalian ke kiri,” Gabe berkata.Dean mengangguk. Dean dan Annabeth berjalan ke arah kiri. Mereka masuk ke ruangan besar l
Terkadang dunia begitu tidak adilPada mereka yang tak berdayaSetelah mereka selesai mengecek semua kamar di hotel itu, mereka kembali turun ke lobi. Sementara Gabe melakukan check out, Dean dan Annabeth menunggu di luar. Annabeth yang tadi keluar lebih dulu, tahu ada orang yang bergerak ke arahnya, tapi Annabeth membiarkannya. Pun ketika orang itu menyambar ponsel di tangan Annabeth. Ah, padahal itu ponsel yang baru dibelikan Dean beberapa waktu lalu.Annabeth menoleh pada Dean. “Boleh aku bermain-main sebentar?” tanyanya.Dean mendengus geli. “Kembalilah setelah kau mendapatkan ponselmu. Tidak ada tangan patah dan lain-lain,” Dean mengingatkan.Annabeth cemberut. Dia sudah akan melesat pergi ketika telinganya menangkap sebuah suara,“Kembalikan ponsel itu pada pemiliknya!” “Kau lagi, kau lagi!” Lalu, terdengar suara t
I’ll create the worldThat you want “Gabe akan baik-baik saja, kan?” tanya Annabeth ketika mereka tiba di pulau, tempat Dean ingin menunjukkan hadiahnya.Dean mengangguk. “Gabe pasti membawa Owen ke kamar hotelnya. Toh kamar itu terlalu luas untuk ditempati Gabe sendirian.”Annabeth mengangguk setuju. “Sejujurnya, dadaku terasa sakit ketika mendengar cerita Owen,” aku Annabeth. “Jantungku bahkan tak lagi berdetak, tapi … aku bisa merasakan sakitnya.”Dean tersenyum kecil pada Annabeth. “Aku juga, Annabeth.”“Tapi, setelah ini, semua akan baik-baik saja kan, untuk anak itu?” tanya Annabeth.“Tentu saja,” jawab Dean. “Aku akan memastikan dia pergi ke sekolah dan bermain dengan teman-teman seumurannya.”Annabeth tersenyum lega mendengar itu. “Terima kasih, Dean. Kuanggap itu sebagai ha
How can I let goThe little hands that hold my handTightly, desperatelyDean merasakan kemarahan memenuhi dirinya ketika melihat keadaan Owen. Dean merobek karung yang membungkus tubuh Owen dengan hati-hati. Wajah Owen berlumuran darah yang berasal dari kepalanya. Tangan dan kakinya patah. Dean mengangkat kaus lusuh yang dipakai Owen dan memeriksa tubuhnya. Rusuknya patah dan sepertinya menusuk jantungnya. Dean juga melihat ada memar di perutnya. Pendarahan organ dalam.Dean menyentuh nadi Owen. Ia nyaris tak bisa merasakannya. Tak ada harapan. Dean menggenggam tangan kecil Owen yang sekarat. Saat ini, Dean ingin segera mengakhiri penderitaan anak ini, tapi ia tak tega untuk membunuhnya.“Dean … lakukan sesuatu …” ucap Annabeth dengan suara pelan, terguncang.Dean menggeleng. “Tubuhnya terlindas mobil, Annabeth. Setelah tertabrak mobil dengan keras, sepertinya tubuhnya
I can do anything To protect what’s mineKetika Dean kembali ke pondok membawa beberapa botol darah, Dean melihat Annabeth duduk di tepi tempat tidur kayu tempat Owen berbaring lemas. Sepertinya anak itu sudah kehabisan seluruh kekuatannya.Dean duduk di kursi kayu dan meletakkan botol-botol yang dibawanya ke meja di depannya. Dean menatap Owen yang sedang menatap Annabeth lekat.“Kenapa kau melakukannya, Annabeth?” tanya Dean dengan tatapan masih ke arah Owen. “Kenapa kau mengubahnya menjadi vampir?” Kali ini tatapan Dean tertuju pada Annabeth yang juga menatap Owen.Annabeth menoleh dan menatap Dean, tampak terluka. “Lalu, kau ingin aku mengabaikannya saja? Ketika dia sekarat dan kesakitan …”“Sekarang dia semakin kesakitan, Annabeth,” Dean membalas getir. “Aku seharusnya membunuhnya di sana tadi untuk mengakhiri penderitaannya, tapi aku tid
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam
No matter how mad I at youI can’t leave you Jane biasa mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Namun, ketika serangan dibuat berlapis seperti ini … merepotkan juga. Belum lagi hujan tembakan dari jarak jauh seperti ini. Hingga tiba-tiba, sesuatu melesat cepat, mengempaskan barisan lingkaran vampir yang menerjang ke arah Jane.Jane terkejut mendapati keberadaan Dean di sana. Tak hanya Dean, tapi Annabeth juga tampak melumpuhkan belasan vampir sekaligus, membuat mereka jatuh berlutut, lemas, seolah kehabisan kekuatan. Tak hanya itu, gadis itu lantas melompat tinggi dan membakar satu lingkaran vampir yang mengepungnya.Namun, serangan terus berlanjut. Meski, tak ada harapan bagi lawan mereka untuk menang. Jane melompat meninggalkan medan pertempuran untuk menangkap para penembak dalam jangkauan kekuatannya. Saat itulah, Jane sekilas melihat Owen di dahan salah satu pohon, dan ada sosok yang mendek
The risk of powerThe risk of being the strongest Dean menunduk menatap Owen yang sejak mereka pergi tadi terus menyurukkan kepala di dada Dean. Dean akhirnya berhenti ketika mereka sudah memasuki kota sebelah. Annabeth menghampirinya.“Ada apa, Dean?” tanya Annabeth.Dean tak menjawab, tapi ia menunduk menatap Owen di gendongannya.“Owen,” panggil Annabeth.Owen mendongak menatap Annabeth dengan wajah muram.“Kau kenapa? Apa kau takut karena Dad bergerak terlalu cepat?” tanya Annabeth lembut.Owen menggeleng.“Lalu, kenapa?” tanya Annabeth lagi.“Aunt Jane,” sebut Owen.Dean menegang mendengar Owen menyebutkan nama itu.“Ada apa dengan Aunt Jane?” Annabeth mengambil alih Owen ke gendongannya.“Aunt Jane pergi ke mana, Mom?” tanya Owen.“Dia harus melakukan sesuatu,
Sometimes we broke each otherCause we’re too much care each otherSetelah Jane pergi seperti tadi, Owen tampak murung. Maka, seharian itu Annabeth mengajak Owen mengobrol dan bermain untuk menghiburnya. Meski tetap saja, malam itu Owen masih tampak murung dan memutuskan untuk pergi ke tenda sendirian.Setelah Owen masuk ke tenda, Annabeth menghela napas dengan tatapan sedih ke arah tenda tempat Owen berada. Dean yang sedari tadi hanya mengamati, melompat ke hadapan Annabeth.“Apa yang membuatmu murung, Annabeth?” tanya Dean.Annabeth menatap Dean. “Dean, aku merasa … ini tidak benar.”“Apa yang kau bicarakan?” Dean kembali bertanya.“Jane… kita …” Annabeth menggeleng. “Seharusnya tidak seperti ini, kan?”Dean menatap tepat ke mata Annabeth. “Lalu, seharusnya seperti apa?” Dean b