Share

NAYARA And the Lost of Naga Sasra
NAYARA And the Lost of Naga Sasra
Author: Enno Ramelan

Pekerjaan Nayara

Author: Enno Ramelan
last update Last Updated: 2022-08-20 16:09:21

Motor hitam ala Brat Bobber berhenti di depan gedung berlantai dua berwarna biru muda. Di depan gedung itu terpasang baliho besar bertuliskan nama sebuah perusahaan. Gadis muda pengendara motor tersebut berkerja di sana.

Dia memarkirkan motornya di samping gedung. Mengenakan kaos putih lengan pendek, dipadukan dengan jaket denim berwarna hitam, serta celana jeans warna senada. Tak lupa sebuah kaca mata hitam tersemat di wajahnya.

Tubuhnya proposional dengan tinggi semampai. Rambut hitam sebahu dia biarkan tergerai. Nay, begitu dia biasa disapa.

Bekerja pada bagian survey untuk perusahaan jasa renovasi rumah-rumah tua. Usianya mendekati kepala tiga. Cukup matang memang, tetapi dia belum memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Menikah bukan prioritas utama. Baginya, bekerja dirasa jauh lebih penting dan menyenangkan. Bisa bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman. Terkadang penuh kejutan dan seru.

Pagi ini Nay diminta untuk menemui salah satu klien. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat proyek pengerjaan renovasi rumah tua. Kemarin Pak Oey, atasannya, memberikan foto sebuah rumah tua besar dengan halaman yang sangat luas. Konon rumah tersebut peninggalan tuan tanah jaman Belanda.

"Nay, temui Pak Hans jam 09.00. Alamat dan nomor HP-nya sudah saya kirim kemarin ke WA kamu. Cek apakah rumah itu aman untuk dikerjakan. Ini bawa mobil saya saja." Sebuah kunci dia angsurkan ke depan Nay.

"Oke, Boss!" Tangan Nay mengambil kunci di meja atasannya itu lalu dia masukkan ke dalam saku jaket "Saya berangkat, Pak." Pak Oey tersenyum seraya mengacungkan jempolnya

Menggunakan mobil hitam jenis sedan milik Pak Oey, Nay meluncur menyopiri mobilnya sendiri. Seperti biasa, pemandangan hampir di setiap ruas jalan raya di jam-jam sibuk, selalu rapat dengan kendaraan. Tidak bisa memacu dengan cepat, paling hanya saling mengumpat dalam hati bila kendaraan di depan tak kunjung bergerak.

Hampir dua jam perjalanan dari kantor sampai ke rumah yang dimaksud. Setibanya di sana, Pak Hans sudah menunggu. Dia tersenyum hangat menyambut kedatangan Nayara.

"Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat." Nay santun mengucap salam.

"Pagi. Tidak apa, saya juga baru datang. Kamu, Nayara?" tanya Pak Hans.

"Iya, Pak, saya."

"Mari silahkan masuk. Kata Pak Oey, kamu akan melihat bagian dalam dan sekeliling halaman rumah ini."

"Iya, Pak."

"Mari saya antar." Pak Hans berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti Nay di belakangnya.

Begitu langkahnya menapaki lantai ruang depan, aroma kotoran kelelawar tercium samar. Beberapa lubang terlihat di langit-langit rumah.

Sekelebat bayangan hitam mondar-mandir di dalam ruangan. Sepertinya mereka mulai merasa terganggu dengan kehadiran Nay. Terlebih ketika Pak Hans mengajak Nay menapaki tangga menuju lantai dua.

"Mau apa kau di sini?" Suara parau seorang wanita tua bertanya kepada Nay. Dia duduk di dekat tangga.

"Hanya ingin melihat-lihat saja." Nay menjawab dengan batinnya.

"Mau mengusir kami dari sini?" tanya perempuan itu lagi.

"Bisa jadi." Nay menyeringai tipis.

"Awas kau!" Perempuan itu mengancam lalu pergi melayang ke arah taman.

Energi wanita itu biasa saja. Makhluk sejenis itu sudah sering dia temui saat sedang melakukan tugas. Tidak perlu dicemaskan, dia hanya mengganggu saja.

"Ini kamar utama," bisik Pak Hans seraya membuka pintu kamar di depan mereka. "Kamar pribadi Opa Buyut dan Opa saya," sambung Pak Hans.

"Sudah berapa lama ruangan ini tidak dibuka, Pak? Udaranya sangat lembab dan bau."

"Terakhir saya berkunjung ke sini sekitar dua puluh tahun yang lalu. Ketika Opa saya meninggal dunia. Setelah itu saya tidak pernah berkunjung lagi. Ada tukang kebun yang sesekali datang membersihkan lingkungan di sekitar sini."

"Oh, begitu. Berarti sudah cukup lama tidak ditinggali. Pantas saja keadaannya seperti ini."

Nay menggeser kursi di depan cermin meja rias. Dia duduk di sana lalu membuka laci yang ternyata hanya berisi sisir yang sudah usang. Tiba-tiba muncul seseorang berdiri di belakangnya.

"Pagi, Opa," sapa Nay sopan lalu kembali melihat sudut lain ruangan tersebut.

Laki-laki tadi tidak menjawab. Matanya penuh selidik melihat Nay berdiri lalu berkeliling di dalam kamar.

"Mari, kita lihat ruangan lainnya," ajak Pak Hans pada Nay.

"Oh, iya, Pak. Mari."

Mereka menuju ruangan di sebelahnya. Nay mendongak melihat plafon yang berlubang di beberapa bagian. Berpasang mata terlihat dari lubang gelap itu. Merah dan menyala. Nay tersenyum tipis. Mereka sedang mengawasi dan ingin tahu apa yang sedang Nay dan Pak Hans lakukan.

"Sepertinya ruangan ini yang paling banyak kerusakannya ya, Pak."

"Iya. Kata Ibu saya di sini tempat berkumpul keluarga. Setelah direnovasi nanti fungsinya akan tetap sama."

"Oh, begitu."

Nay mengambil kamera dari dalam tasnya. Memfoto beberapa bagian yang mengalami kerusakan cukup parah di ruangan itu.

Ketika Nay mengambil gambar di sudut ruangan, sesosok wanita berparas cantik dengan rambut terikat pita berwarna biru mendekatinya. Dia tersenyum. Energinya terasa lembut. Tidak jahat seperti beberapa yang ada di atap sana.

"Selamat datang." Perempuan itu menyapa dengan dialek Belandanya.

"Terima kasih." Nay tersenyum ramah membalas sapaannya.

Perempuan itu hanya mematung dekat jendela. Matanya mengikuti kemana Nay dan Pak Hans bergerak. Sepertinya dia senang rumah itu akhirnya akan direnovasi.

Ponsel Nay bergetar. Ada pesan masuk di WA-nya. Sigap Nay memeriksanya. Ternyata pesan dari Pak Oey.

[Nay, kembali ke kantor]

[Oke, Bos]

"Maaf, Pak. Saya harus kembali ke kantor. Pak Oey mengirimkan pesan ke WA saya. Kemungkinan besok saya akan kembali lagi. Nanti saya konfirmasi lagi ke Bapak."

"Baiklah, saya akan titipkan saja kuncinya pada Pak Manto penjaga kebun. Rumahnya di belakang rumah ini."

"Iya, Pak. Saya pamit dulu. Permisi."

Nay meninggalkan rumah Pak Hans dengan terburu-buru. Ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Dia bisa merasakan itu. Butuh konsentrasi lebih untuk bisa melihatnya.

Nay memacu mobilnya. Suasana jalanan tidak sepadat saat dia pergi tadi. Di perjalanan Nay berusaha berkonsentrasi menghubungkan energinya ke kantor.

Damn! beberapa pekerja kerasukan. Nampaknya ada yang sengaja mengirim mereka untuk mengacau.

Setibanya di kantor Nay bergegas menuju ruangan Pak Oey. Beberapa pekerja terlihat berteriak-teriak, melotot dan bergerak tanpa aturan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Senya
Wah seru banget, nay indigo?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Mereka yang Tak Kasatmata

    Nay, membuka mata batinnya lebih jauh. Mencoba menemukan di mana "ketua" gerombolan makhluk perempuan yang sedang mengganggu para pekerja. Ketemu! Pekerja berbaju biru yang tergeletak dekat kursi, dirasuki makhluk perempuan yang paling kuat di antara semuanya."Kau! Keluar!" teriak Nay pada makhluk perempuan di dalam tubuh pekerja tersebut. Untuk membuat mereka semua tersadar cukup temukan si ketua, maka yang lainnya akan mengikuti. Sejurus kemudian Nay melepas jaketnya lalu meluruskan tangan tepat di hadapan para pekerja. Tangan Nay menarik energi dan menyimpannya di dalam. Lengan kiri Nay sangat istimewa. Bagaikan magnet bisa menarik makhluk-makhluk tak kasat mata dan mengurungnya di sana. Satu persatu pekerja Pak Oey tersadar. Wajah mereka pucat dan lemas. Energi mereka cukup banyak terbuang. Mengingat mereka kerasukan lebih dari satu jam. "Ini kalian minum dulu, biar Nay membantu menetralisir tempat kerja kalian." Pak Oey memberikan minuman kemasan pada mereka. "Ini kiriman d

    Last Updated : 2022-08-20
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Ada Apa Sebenarnya?

    "Ini!" Rey mengangkat bungkusan plastik yang dibawanya. "Bayarnya pake gorengan.""Kamu emang gak modal!" protes Nay. "Kita duduk di sini saja." Nay menunjuk salah satu bangku besi di sudut taman.Mereka duduk bersisian. Lampu temaram menghiasi setiap sudut taman. Walau malam sudah larut, masih terlihat beberapa orang berbincang di bangku yang yang tersebar di beberapa titik. "Bisa tunjukkan fotonya, Rey?"Rey mengeluarkan HP dari saku celananya. "Sebentar, mungkin ini akan membuatmu terkejut."Nay tertawa. "Apa? Terkejut? Segala macam bentuk makhluk mengerikan sudah pernah aku temui. Kalau hanya potongan tubuh tidak mungkin membuatku terkejut, Rey.""Ini, Nay." Rey menyodorkan gambar tubuh seorang wanita persis seperti ceritanya. "Coba perhatikan darah yang mengalir di antara dua kakinya. Ada sesuatu yang menancap di sana. Sebilah bambu kuning. Apa ini berarti sesuatu bagimu, Nay? Mengingat bambu kuning bertalian erat dengan dunia mistis.""Belum tentu, Rey. Tapi ini cukup menarik.

    Last Updated : 2022-08-20
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Mengusir Penghuni Astral

    Terdengar dehem bernada rendah dari dekat pintu samping. Nay, menoleh. Sosok tinggi besar sedang memandanginya. Tubuhnya berbulu lebat. Ada sepasang tanduk pendek di kepala. Kuku-kuku panjangnya menjuntai sampai ke lantai. Matanya melotot merah dan besar. Di samping sosok itu, berdiri melayang seorang wanita berbaju putih lusuh dengan rambut keriting panjang menyeringai pada. Mukanya putih seperti memakai bedak bayi. Matanya tak kalah merah dengan sosok bertubuh besar tadi. Mereka berdua memiliki 'energi' paling kuat di antara semua penghuni rumah ini. Bisa dibilang pemimpin di lokasi tersebut. Mereka terlihat enggan mendekati Nay. Mungkin karena dua penjaga yang selalu menemani kemanapun Nay pergi. "Aku tidak bermaksud jahat. Datang hanya untuk berbicara pada kalian. Rumah ini akan direnovasi. Jadi kalian harus mencari tempat baru.""Kau pikir semudah itu mengusir kami dari sini." Nenek tua yang kemarin mengancam Nay ikut berbicara. Dia duduk di tempat yang sama. Dekat tangga.

    Last Updated : 2022-08-20
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Kenyataan yang Mengharukan

    "Ibumu tidak membuangmu, Nay. Tapi menitipkan pada kami. Dia lah yang meminta kami untuk merahasiakan ini. Kata ibumu, bila kau terus bersamanya, kalian berdua dalam bahaya," ucap Bu Mien membuka sedikit tentang ibu Nay."Tutup matamu, Nay. Aku akan membawamu ke masa di mana kau diantar ibumu ke tempat ini. Atur perasaanmu, Nay. Konsentrasi." Nyi Asrita lalu meletakkan tangannya di dahi Nay.Nay dan Nyi Asrita terbawa melayang melewati lorong gelap. Samar-samar terlihat cahaya di kejauhan. Nay merasa tak sabar. Dia ingin cepat sampai di tempat cahaya itu berasal. Dia meyakini di sanalah tujuan akhir mereka."Lihat cahaya itu, Nay. Kita akan tiba di sana sebentar lagi." Nyi Asrita menggenggam tangan Nay. Dia mencoba menenangkan perasaan anak asuhnya itu yang terlihat mulai menangis. "Iya, Nyi," jawab Nay dengan suara tertahan.Perasaan Nay semakin bergejolak ketika mereka tiba di tempat asal cahaya yang mereka lihat tadi. Ada Bu Mien dan seorang perempuan berambut panjang kusut masai.

    Last Updated : 2022-08-20
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Meminta Bantuan Rey

    Sri, salah satu teman tak kasat mata yang sering bertandang ke apartemen Nay. Menurut ceritanya, dia mati bunuh diri terjun ke laut yang letaknya tak jauh dari kompleks apartemen ini. Bisa dibilang Nay dan Sri berteman karib. Mereka sudah kenal lama. Sri biasa duduk di pohon kamboja dekat lapangan basket. Ada dua temannya yang tak pernah absen menemani. Rossi dan Prita. Mereka juga korban kasih tak sampai. Kisah hidup mereka kurang lebih sama. Bunuh diri karena cinta. "Apa Rey sudah pulang, Sri?" tanya Nay ketika mereka telah sampai di depan unit milik Nay. "Aku belum melihatnya, Nay," jawab Sri "Oh," balas Nay pendek, lalu dia mengambil kunci dari saku tasnya. Nay membuka pintu, kemudian Nay masuk diikuti Sri di belakangnya. "Kalian pacaran, ya?" tanya Sri dengan mimik wajah serius. Nay tertawa. "Kau naksir dia, ya?" Nay balik bertanya, mencandai Sri."Gak mau naksir. Saingannya berat." "Belum dicoba sudah kalah duluan, Sri," ledek Nay. "Sudah jelas Mas polisi ganteng itu naks

    Last Updated : 2022-08-20
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Bicara dengan Rey

    "Wait! Jadi kau sudah tahu asal-usulmu, Nay?""Belum jelas, Rey. Makanya aku perlu tahu siapa laki-laki yang ditulis ibuku itu.""Dia ayahmu, kah?""Haduh! Nih, Pak polisi nanya melulu," celetuk Rossi. "Belum tahu juga Rey. Di situ tidak dituliskan.""Kalau benar Bramantyo yang itu, tidak mudah untuk menemuinya, Nay," kata Rey mengambil cangkir kopinya. "Kau tahu dia, Rey?" "Dia pengusaha tambang batubara. Dua tahun lalu, kalau aku tak salah ingat istri dan anaknya meninggal karena kecelakaan. Dia shock berat sampai mengalami gangguan jiwa.""Terus?""Terus, terus, ntar nabrak dong, Nay.""Ih, malah bercanda." Nay mencubit lengan Rey yang hampir saja membuat isi di cangkir Rey tumpah. "Sakit juga ya cubitan orang cantik," kata Rey tersenyum lalu menyeruput sedikit isi cangkirnya yang masih panas. "Sekarang aku tidak tahu dia di mana. Kemungkinan besar berada di rumah sakit jiwa.""Tapi kalau bukan Bramantyo yang itu?" Nay bertanya ragu."Bukankah itu tujuanmu memintaku datang, Nay

    Last Updated : 2022-09-08
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Bramantyo Ekawira

    Nay mengurungkan niatnya untuk makan. Dia keluar dengan meninggalkan makanan yang masih utuh di atas meja. Pelayan di sana sempat memperhatikan Nay yang hanya membayar lalu pergi. Terlebih seseorang di meja kasir. Matanya tak lepas mengikuti langkah kaki Nay. Mungkin dia salah satu anak pemilik restoran. Beberapa meter keluar dari restoran, ponselnya berbunyi. Buru-buru dia mengangkatnya. Dari nada deringnya itu telpon dari Rey."Nay, sepertinya memang benar Bramantyo yang kita bicarakan semalam kenal dengan ibumu." Rey mengawali pembicaraan. "Aku sudah dapat alamatnya. Nanti aku WA. Kalau kau sedang off, kita ketemu di sana jam tiga sore ini. Ganti.""Baik Ndan! Diterima. Siap dilaksanakan!" "Aku tunggu, ya," ujar Rey, kemudian menutup telponnya. Tanpa menunggu, Nay membuka pesan dari Rey : Jalan Adipati nomor 5 (rumah besar berwarna putih) tunggu di sana sampai aku datang.Nay melihat jam di sudut ponselnya. Sekarang baru jam satu. Masih sempat Nay makan siang dulu. Perjalanan ke

    Last Updated : 2022-09-09
  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Teluh

    Di dalam Pak Bram kembali histeris. Dia terus berteriak-teriak minta benda itu dikembalikan. Pak Arya memanggil dua orang pegawainya yang biasa mengurus Pak Bram untuk mencoba menenangkannya. "Seseorang telah mengirimkan teluh. Lihat Rey! Aku menemukan ini di bawah tempat tidur Pak Bram," tukas Nay pada Rey yang sudah berada di sebelahnya."Oh, jadi Pak Bram kena santet.""Bukan Rey, beda. Teluh itu seseorang mengambil sukma orang yang di dimaksud lalu menyesatkannya ke alam lain. Seperti Pak Bram itu. Nah, di dalam tubuh Pak Bram bukan dia. Namun, roh jahat, hantu atau siluman. Jadi selama sukma Pak Bram tidak dikembalikan, roh jahat itu akan tetap di situ. Menghisap hawa murni si empunya tubuh," kata Nay menjelaskan. "I see!" Rey manggut-manggut. "Kita tunggu Pak Arya keluar. Aku harus berbicara dengan beliau.""Kau tunggu di sini, biar aku menyusul Pak Arya ke dalam.""Oke, Rey. Aku tunggu di depan saja." Rey masuk ke kamar Pak Bram sedangkan Nay kembali ke ruang tamu. Tak lam

    Last Updated : 2022-09-10

Latest chapter

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Sesuatu yang Berbeda

    Nay mengangguk. "Aku yakin orang-orang seperti kita sudah merasakan energi gelap yang semakin menyebar. Kalau dibiarkan dunia kita akan dikuasai kegelapan.""Kita tidak bisa hanya diam saja. Jujur, aku sangat kecewa dengan pilihan kakakku. Memalukan dan pasti merugikan dunia bawah.""Mungkin dengan bekerja sama dengan mereka, kakakmu bisa mewujudkan mimpinya menjadi satu-satunya penguasa dunia bawah.""Aku sekarang mengerti kenapa bejana itu diberikan padaku. Ayah dan ibu sepertinya sudah tahu tabiat anak laki-lakinya." Wajah Suri berubah muram. "Aku berharap kakakku bisa kembali pada tanggung jawabnya pada Banyuputih sebelum terlambat."Perlahan Nay menepuk pundak Suri. "Aku lapar. Kau mau mi instan?"Suri tersenyum kecil. "Seandainya makanan yang kau sebut mi instan itu bisa kumakan pasti tidak kutolak. Boleh aku di sini saja?""Mau menginap di sini pun boleh, Suri."Nay berjalan ke dapur mengambil mi instan cup yang cukup diseduh dengan air panas dari dispenser. Sambil menunggu mi

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Tidak Terduga

    "Ada apa Nona ingin bicara dengan saya?" tanya istri Tuan Hansen. "Sebelumnya terima kasih Nyonya sudah bersedia menemui saya. Benar saya bicara dengan Nyonya Adhisti?""Iya, betul. Saya Adhisti.""Ini soal Bastian, Nyonya.""Bastian malang. Dia masih menunggu di rumah itu, bukan?"Kening Nay sedikit berkerut. Ia tidak menduga Nyonya Adhisti tahu tentang keberadaan putranya. "Iya, Nyonya. Saya bertemu dengan Bastian dan saya berjanji untuk mempertemukan Nyonya dengan dia.""Hansen membawa saya ke sini karena menganggap jiwa saya terganggu. Berhalusinasi tentang Bastian secara berlebihan. Hansen mengira saya gila. Dia sama sekali tidak percaya. Tapi saya punya cara lain. Memintanya merenovasi rumah itu.""Semesta merangkum doa. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Bastian akan bertemu Nyonya. Selama ini dia mengira, Nyonya marah dan membencinya. "Saya tahu Bastian masih ada di rumah itu. Saya ingin dia pergi dengan tenang. Saya juga sudah belajar ikhlas melepasnya." Manik mata Nyo

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Langkah Pertama

    Nay tidak tahu mengapa pikiran tentang dark force membuatnya merasa panas dan tidak nyaman. Cukup lama ia berdiri di depan jendela apartemennya dengan mata memperhatikan langit yang terlihat suram. Seharusnya ia lebih peka bukan malah abai seperti yang dilakukannya belakangan ini. Berhenti menjadi seorang Nayara rasanya memang tidak mungkin. Ia dibutuhkan untuk berkontribusi pada bumi tempatnya berdiri. Dark force tidak main-main. Sebarannya cepat tetapi tidak terlihat. Mempengaruhi atmosfer kehidupan manusia sampai ke hal-hal yang paling kecil. Semakin banyak di media sosial jari-jari manusia menuliskan kata-kata kasar, makian dan hinaan yang ditujukan kepada manusia lain hanya karena ketidaksukaan. Kasus perundungan yang berujung kematian pun semakin banyak terjadi. Korupsi, perampasan hak, intoleransi dan masih seabrek persoalan lain yang semakin memprihatinkan. Disadari atau tidak semua itu bisa mengakibatkan ketidakseimbangan berskala besar. "Selama masih ada doa manusia yang

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Kekuatan Gelap

    Setelah menyelesaikan tugasnya, Nay berpamitan pulang. Ekspresi wajah Tuan Hansen berubah muram. Sangat berbeda dengan raut wajahnya saat Nay datang. Hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah pertanyaan Nay tentang anak lelakinya. "Pak Bos sudah kenal lama dengan Tuan Hansen?" tanya Nay begitu ia sampai di ruangan Pak Oey. "Lumayan lama. Kenapa, Nay?""Istrinya apa masih ada, Pak?""Setahu saya masih. Sejak kematian anak laki-lakinya, dia mengalami guncangan mental. Menurut desas-desus sampai sekarang masih seperti itu.""Jiwa anak lelaki Tuan Hansen masih menunggu mamanya di rumah itu. Saya tidak mungkin mengabaikannya, Pak.""Mungkin beberapa kenalan bisa membantu memberikan informasi. Nanti saya infokan ke kamu, Nay. Saya ada urusan di luar. Kau periksa berkas ini, kalau sudah selesai kau bebas." Pak Oey mengambil tumpukan berkas dari atas meja kemudian memberikannya pada Nay. "Baik, Bos." Nay menerima berkas tersebut lalu masuk ke ruangannya. Nay memeriksa berkas yang diberika

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Bastian

    "Maaf kalau pertanyaan saya membuat Tuan Hansen teringat tentang masa lalu," ujar Nay. Matanya bergerak ke arah jendela. Ia melihat bocah lelaki yang belum ia ketahui namanya itu sedang berdiri memandangi papanya dari balik kaca jendela. "Silakan Nona mengecek area ini. Saya kedalam dulu." Tuan Hansen berbicara tanpa menoleh ke arah Nay. Ia kemudian melangkah masuk dari pintu yang sama. Nay melambaikan tangan dan membuka komunikasi dengan putra Tuan Hansen. Ia meminta bocah itu keluar. Ia ingin mendengar langsung apa yang sebenarnya terjadi sebelum mencari tahu sendiri. "Kita belum kenalan. Siapa namamu?" tanya Nay mengusap bangku besi yang menempel di dinding pagar beton sekadar untuk menyingkirkan debu dan kotoran. "Bastian. Mama biasa memanggilku Tian," jawab bocah itu sambil melongok ke dalam kolam renang. Ia berhenti beberapa saat lalu berjalan menghampiri Nay yang sudah duduk di bangku sambil memeriksa ponselnya. "Duduklah di samping Kakak. Kita ngobrol-ngobrol sebentar." N

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Kembali Bekerja

    Nay dan Rey memutuskan untuk menunda pernikahan sampai hati satu sama lain sudah merasa benar-benar yakin. Setidaknya dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk saling melihat ke diri masing-masing. Mereka menyibukkan diri dengan aktivitas keseharian seperti biasa. Nay tetap dengan profesinya begitu pula Rey. Mereka sengaja membuat intensitas pertemuan menjadi sedikit. Cukup satu minggu sekali. "Apa kau yakin cara ini ampuh, Nay? Bukankah semakin jarang bertemu akan semakin jauh," tanya Sri yang sedang bersandar di lemari memperhatikan Nay. "Antara yakin dan tidak," jawab Nay sambil mengundurkan rambutnya di depan kaca wastafel. "Menurutku terlalu beresiko kalau kalian saling menjauh seperti sekarang. Yang ada ikatan batin kalian jadi longgar.""Kalau akhirnya semakin longgar artinya kami tidak berjodoh.""Enteng bener ngomong begitu. Kau harus ingat Nay, perjuangan kalian itu berat. Sudah sampai sejauh ini malah pisah.""Kalau memang itu takdirnya, kami bisa apa, Sri."Sri mendesah pe

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Bimbang

    "Sekarang kau sudah tahu, Nay. Jadi, bagaimana selanjutnya?" Akhirnya Rey membuka pembicaraan setelah beberapa menit mereka tidak mengatakan apa-apa. Nay mendesah pelan lalu meletakkan cangkirnya di atas nakas. "Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku perlu berpikir dengan tenang agar keputusan yang kuambil tidak kusesali nantinya.""Aku tidak akan memaksamu menjawabnya sekarang. Yang kau butuhkan saat ini adalah Istirahat. Kalau perlu apa-apa, telepon saja," kata Rey. Ia lalu berdiri tetapi ketika hendak melangkah, Nay memegang pergelangan tangannya. Pria itu menoleh. "Di sini saja. Banyak hal yang ingin aku tanyakan." Nay mendongak, melihat ke arah mata Rey. Tanpa berkata apa pun, Rey kembali duduk. Ia sejujurnya senang Nay menahannya. "Bertanyalah, aku akan menjawabnya dengan jujur." Suara Rey datar dan tenang. "Kenapa kau melakukan ini?" tanya Nay dengan intonasi suara yang sama dengan Rey. "Mungkin bagimu terdengar klise, tapi aku melakukan ini semua karena cinta. Walaupun

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Rencana Sudwika

    Sudwika tidak mengelak untuk tidak mengiakan pertanyaan Nay. Karena memang kenyataannya seperti itu. "Begitu pentingkah kekuasaan bagi kalian para penguasa dunia bawah? Apa kalian terbiasa memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan?" tanya Nay tidak suka. "Ini bukan tentang kekuasaan tapi keseimbangan dunia bawah, Nay.""Keseimbangan seperti apa lagi? Alasan yang sudah pernah kudengar dan terkesan kalian buat-buat saja." Nay mendesah kasar. "Kembalikan aku ke duniaku. Masih ada urusanku dengan Rasendriya yang tidak perlu orang lain ikut campur.""Aku mengatakan yang sebenarnya, Nay. Naga sasra harusnya dibenamkan di dalam bejana emas milik ayahku agar energinya tetap. Tidak besar juga tidak kecil. Seimbang." Sudwika berusaha meyakinkan Nay. "Entahlah, aku sudah sulit mempercayai para penguasa. Di mulut berucap manis, tapi kenyataan terkecap pahit.""Sekarang kita pergi ke tempat di mana kau menancapkan naga sasra. Kau lihat dan rasakan apakah energi kerusi itu masih ada atau sud

  • NAYARA And the Lost of Naga Sasra   Raja Banyuputih

    Sebuah anak panah terlihat melesat dan tepat mendarat di samping Nay. Berpendar membawa untaian cahaya yang seketika berpendar menerangi sekitar. Ujung runcingnya menyentuh lapisan air yang membeku hingga menimbulkan suara retakan yang merambat cepat. Dari bentuk dan energinya, anak panah itu bulan milik Wirabadra. Bersamaan dengan retaknya lapisan es, jiwa Nay mulai bisa bergerak. Walaupun belum leluasa ia sudah bisa menggunakan jemarinya untuk mengumpulkan energi. Ia tetap harus waspada. Terlebih berada di tempat yang asing dengan sedikit cahaya yang membuat jarak pandangnya terbatas. "Akhirnya kau berada di Banyuputih, Nayara." Suara seorang laki-laki terdengar begitu dekat. Nay, berusaha bangkit dengan susah payah. Energinya belum cukup untuk melenturkan tubuhnya. Ya, pada dimensi lain jiwa terlihat tak ubahnya seperti tubuh kasar yang sebenarnya. "Apakah Anda raja Sudwika?" tanya Nayara setelah melihat dengan jelas sosok yang berdiri hanya beberapa jengkal darinya. "Kau menge

DMCA.com Protection Status