Liam tengah disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk, kerjasama yang terjalin antara perusahaannya dengan perusahaan yang dipimpin Ruby mengalami sukses besar.
Banyak perusahaan yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaannya namun Liam sangat selektif tentang itu, Kayla membantu Liam untuk memilih perusahaan mana saja yang cukup layak bekerjasama dengan mereka sebelum berkas itu diberikan pada Liam yang menjadi pengambil keputusan.
Liam membaca dengan teliti kontrak seorang model yang baru saja menjadi bagian dari agensinya, keningnya berkerut beberapa kali saat membaca uraian yang ada di sana.
“Ternyata kertas-kertasmu ini lebih menarik dari kekasihmu? Hmm?” Ruby yang baru saja masuk berjalan dengan anggun menghampiri meja Liam, sebelah tangannya meletakkan Clutch di atas sofa.
Mendengar suara tersebut Liam mengangkat wajahnya, pria tampan itu tersenyum manis dan menegakkan duduknya menyambut sang kekasih dengan hangat.
“Ten
Pertemuan itu diadakan di ruang bawah tanah Mansion milik keluarga Mcgregory, bukan sembarang ruang bawah tanah karena ruangan luas itu dilapisi baja setebal lima senti dan juga titanium dengan ketebalan enam puluh.Tak ada satupun alat komunikasi yang dapat di gunakan di dalam ruangan itu, dan tidak ada pelacak yang bisa menembus ruangan favorit Liam itu. Ruangan teraman yang memang dibutuhkan oleh mereka saat ini.Liam duduk di ujung meja, meski dia masih muda namun pengaruhnya di dunia bawah sungguh tak bisa di remehkan.Aura menyeramkan menguar pekat saat Liam mulai membuka rapat itu, diawali dengan Liam yang dengan detail menceritakan tentang pencurian XOXO dan rencananya yang sangat rinci tentang bagaimana mengambil kembali milik mereka."Saya akan membuat sebuah kelompok kecil di luar dari kerjasama kita, kelompok yang berisi penerus klan dan juga anggota lain yg akan membantu semua pergerakan ketiga klan. Silahkan lakukan pengambilan suara."
"Kupikir dia belum siap menceritakan pada kita jika dia mengencani seorang Liam Mcgregory, ayolah! Jangan ganggu Ruby di depan kekasihnya." Victoria menengahi, Jordy bersaudara memang sangat suka menggoda putri bungsu keluarga Kimberly itu di setiap kesempatan."Kau Liam bukannya kau baru saja kembali ke Korea?" Tiffany menatap Liam penuh penasaran, semua orang di Korea tahu tentang kecelakaan hebat yang dikabarkan menewaskan Liam tapi sekarang pria tampan itu tampak sangat bugar seperti tidak pernah sekarat sebelumnya.Wajah Ruby makin menampakkan kegugupannya saat mendengar pertanyaan itu, dia takut semua orang tahu bahwa Liam mengalami hilang ingatan.Ruby menatap wajah Liam yang masih tenang seperti biasanya, bahkan tak menunjukkan keterkejutan atau kebingungan sedikitpun."Aku menjalani pemulihan yang cukup memakan waktu di Jerman, dan ku pikir itu kenapa Ruby tidak mau menceritakan tentangku. Dia masih menganggapku orang asing karena terlalu lama di
Liam menyeringai saat membuka koper kecil di tangannya , tanpa menoleh dia mengulurkan koper itu kebelakang. Séanne menerimanya dan langsung membuka tablet di tangannya, ketukan cepat terdengar.Setelah beberapa saat Sèanne mendongak dan menatap Liam dengan lekat, "ini asli."Liam menyeringai, lalu berbalik dari sana. Liam menuangkan beberapa cairan yang dia ambil secara acak dan mencampurkannya dalam tabung reaksi, asap putih tipis muncul dari dalam tabung. Liam kembali memasang topengnya.Sharon mencampur cepat cairan yang dia bawa dan memasukkannya kedalam syringe , dan secepat kilat menyintikkannya di leher belakang dokter James yang masih menatap Liam dengan waspada."Aaargghh!" Dokter James mengerang memegangi leher belakangnya, sementara Sharon dengan santai kembali merapikan perlengkapannya. Cairan yang dia suntikkan adalah Azt27, sebuah senyawa yang menyebabkan gagal jantung. Namun senyawa itu tak akan bisa di temukan
Séanne menatap keluar jendela melihat orang yang lalu lalang dan terburu-buru mencari tempat berteduh, gerimis turun sejak Séanne memasuki Cafe kecil yang dulu sering menjadi saksi kemesraannya dengan Liam. Bahkan tempatnya duduk di dekat jendela ini adalah tempat favorit mereka menghabiskan waktu, Séanne memejamkan matanya perlahan akhir-akhir ini dia lebih tersiksa dari biasanya. Hubungan Liam dengan Ruby mulai diketahui beberapa pihak termasuk ayahnya, tentu saja Masson prihatin pada apa yang terjadi dengan putrinya. Namun sekali lagi tak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah dengan keadaan dan berharap Liam akan kembali mengingat segalanya, ya mereka hanya bisa berdo'a. "Séanne? Itu kau?" Suara seorang pria membuat Séanne membuka matanya dan menoleh cepat, pria tinggi mengenakan jaket kulit hitam dan jeans berdiri di sisi meja Séanne dengan mata terbelalak seolah hampir lepas. "Hans? Itu kau?" Séanne menatap dari atas ke bawah citra pria di depan
"Aku hanya ingin tahu pola pertemuan mereka, bukankah kau tahu Hans sangat susah dicari?" Sèanne berusaha melepaskan cengkeraman Jolly di tangannya. Jolly melepaskan tangannya sembari memutar bola matanya malas, dengan langkah buru-buru dan menahan kesal Jolly duduk di kursi kebesaran miliknya. "Liam akan membunuhku jika tahu tentang ini, tugasmu baru di setujui dan rencananya kau akan melaksanakannya lusa." "Ayolah, Jolly. Aku mendapatkan kesempatan sekarang, bisa saja rencana itu tidak berjalan lancar." Sèanne mendekat dan duduk di hadapan Jolly yang sedang memijit pangkal hidungnya ringan. *** Ruby menatap Layar Laptopnya dengan kening berkerut, saat dia memperbesar pencitraan di layar dengan kaget dia berdiri dan berlari keluar ruangannya. Beberapa staf yang melihat Ruby bingung. Namun mereka tidak berani bertanya dengan apa yang di lakukan CEO mereka. *** "Berita t
Liam yang mendengar Ruby segera menghampiri dan menyatukan alisnya melihat apa yang ditunjukkan oleh Ruby, sesosok perempuan tergeletak tanpa mengenakan apapun di tengah ruangan itu. Rambut panjangnya yang hitam adalah satu-satunya hal yang menghalangi pemandangan punggung putihnya.Ruby melirik Liam sekilas lalu masuk kedalam ruangan. Ruby memeriksa keadaan perempuan tanpa busana yang mereka temukan. Perlahan Ruby memutar langkahnya kedepan dan matanya seketika membelalak kaget melihat kondisi perempuan tersebut."Panggil bantuan, kita harus membawanya ke rumah sakit." Ruby berlutut di depan perempuan itu lalu menelentangkan tubuh lemah tak berdaya tersebut.Mata Ruby mengamati sekitar lalu menemukan selembar kain penutup jendela. Dengan cepat Ruby menariknya lalu menutupkan kain pada tubuh tak berdaya itu.Pilot serta Co pilot helikopter menyeruak masuk di belakang Liam, Mereka dengan segera membawa perempuan itu pergi dari sana."Mereka sa
Sèanne meneguk ludahnya kasar saat Liam memanggilnya kedalam ruangan. Liam langsung mengunci pintu ketika Sèanne duduk gelisah di kursi.Liam menatap Sèanne tajam lalu berjalan seperti seekor singa kembali ke kursi kebesarannya, mata dinginnya menatap tajam seolah bisa membunuh siapa saja yang bertatapan dengannya.Liam yang sempurna duduk di hadapan Sèanne mengangsurkan amplop, Sèanne langsung membukanya dan matanya membulat seolah hendak keluar dari cangkangnya."Jadi? Nona Sèanne bisa jelaskan ini? Apa saya harus mengkonfirmasi jika kabar anda berkencan dengan Justin benar?" Liam menatap Sèanne tajam sementara Sèanne menggeleng kuat hingga rambutnya bertebaran di sekelilingnya."S-saya tidak berkencan, waktu itu Justin meminta saya menemui penggemar yang mengidolakan saya dan gadis itu terkena kanker." Sèanne menatap sekeliling dengan gugup. Aura Liam yang entah kenapa sangat gelap me
Pagi yang mendung dengan angin kencang tidak sedikitpun merubah suasana hati Liam yang bahagia. Kabar tertangkapnya Hans membuatnya ingin segera sampai di Mansion rahasia miliknya. SUV hitam yang di tumpangi Liam melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang sepi. Jemari panjang Liam mengetuk cepat layar tablet yang ada di pangkuannya, seolah tahu sesuatu Liam tidak ingin sendirian menemui Hans. Ruby tentu dengan senang hati ikut dengan Liam, namun karena Ruby harus menemui koleganya dia terpaksa membiarkan Liam berangkat lebih dulu. Bayangan tentang apa yang ingin Liam lakukan pada Hans membuat adrenalinnya berpacu, jantungnya berdetak dengan cepat seiring nafasnya yang memburu. Ketika kedua mata Liam yang terpejam membuka perlahan, kilat amarah terpancar jelas di kedua matanya seolah apapun yang terjadi Hans tak akan dibiarkan hidup dengan tenang atau bahkan tidak akan lagi dibiarkan hidup. **** Sharon berlarian di sepanjang